Not In My Bingo Card

37 7 3
                                    

Happy Reading!

Januar dan kelima teman sekelasnya makan mie ayam sebelum kelas siang dimulai. Hari ini merupakan hari yang cukup padat. Ada tiga mata kuliah, yang pelaksanaan jamnya berdempetan.

Itulah mengapa saat ini mereka tidak mampir ke kosan dulu, melainkan langsung mengisi perut sebelum kembali menerima materi kuliah kembali.

Berbeda dengan mahasiswa lain yang lebih suka makan di kantin yang tersedia di setiap fakultas, mereka lebih suka makan di kosan salah satu teman mereka yang dekat dengan kampus atau seperti saat ini yang mampir ke penjual mie ayam bakso depan kampus.

Alasan sederhananya, mereka tidak suka keramaian di kantin fakultas. Selain penuh, mereka harus mengantri dan menunggu lama untuk makan. Apalagi di jam makan siang. Terlanjur kena busung lapar yang ada.

"Lu ngapain dah beli es teh dua?" singgung salah seorang pada Januar.

"Suka-suka gue lahh!"

"Mending buat gue," ucapnya kembali.

Memang sebenarnya dia hanya tergoda untuk meminum es teh milik Januar setelah mereka menyelesaikan makannya.

"Mending es teh lu gue beli," sahut yang lain juga menginginkan es teh Januar.

"Enak aja! Es teh harga mati bro!" tolak Januar dengan keras. Lagian dari awal kenapa tidak pesan dua sekalian?

"Pelit banget sihh!"

"Pesen lagi aja sono sendiri!" sulut Janu tak terima.

Uhukk! Uhukk!

Kompak para cowok di meja itu mengarahkan kepala ke sumber suara. Tak dipungkiri suaranya cukup terdengar parah. Seperti membutuhkan bantuan.

"Njirr, kesedak apaan tuh sampe kek gitu?"

"Bakso kali?"

"Gue pernah liat berita orang kesedak bakso bisa sampe mati cuyy. Gara-gara gak bisa nafas,"

Teman-temannya terus berkomentar tanpa mau tergerak untuk membantu. Januar yang tak tega melihatnya segera bangkit membawa es teh yang tadinya mau dia minum.

"Minum dulu, Kak,"

Cewek yang sedang sibuk mencari sesuatu di tasnya itu pun kini mengalihkan perhatian ke padanya.

Kak Ara?

Kira-kira ini siatuasi bjir apa bjrot?

Seketika dia merasakan desiran aneh dalam tubuhnya. Pasokan oksigennya mendadak menjadi sedikit atau dia yang tiba-tiba lupa bagaimana caranya bernafas.

Oh tuhan!

Dia hanya bisa berharap tak melakukan hal konyol untuk saat ini.

Uhukk!!

Melihat minumannya diterima tanpa adanya penolakan membuatnya mengembangkan bibirnya dengan ringan. Merasa lega dan bangga akan dirinya dapat membantu perempuan yang selama ini dia rindukan.

"Udah mendingan?" tanyanya sehalus mungkin.

"Ohh! Ini aku ganti ya? Bentar," balasnya setelah beberapa detik saja memperlihatkan wajah cantik yang Janu ingin lihat lebih lama.

Januar tidak ingin menyiakan kesempatan ini. Daripada langsung diganti, lebih baik dia meninggalkan janji untuk cewek itu. Berharap akan ada kesempatan lain.

Dari apa yang dia ingat mengenai Aria Kamaniya, cewek itu tidak akan membiarkan hutang jenis apapun. Sebisanya dia akan mengganti kebaikan orang lain ke padanya.

My EXpresso ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang