23

11 10 2
                                    

Di tengah kemeriahan acara tersebut, Louis, Edgar, Luna, Joe, dan Sarah melangkah masuk dengan anggunnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah kemeriahan acara tersebut, Louis, Edgar, Luna, Joe, dan Sarah melangkah masuk dengan anggunnya. Para pengusaha dari berbagai tempat sudah berkumpul, berbincang, dan menikmati suasana malam itu di sebuah meja makan besar yang dihiasi dengan elegan. Aroma hidangan lezat menguar, menggoda lidah siapa saja yang ada di sana.

Marlo, ayah dari Liam, dan Raisa, ibunya, tampak sesekali bertukar pandang. Mereka bingung dengan kehadiran seorang wanita anggun yang tak mereka kenal, Luna.

"Pak Marlo," Joe menyela keraguan mereka dengan jabat tangannya yang hangat. "Perkenalkan, ini adalah menantu saya, istrinya Edgar. Namanya Luna."

"Oh! Ini istri Edgar," Marlo tersenyum lega. "Pantas saja kemarin itu saya dengar cerita dari istri saya, Raisa, kalau Edgar sudah menikah."

"Hahaha, iya Pak," balas Joe sambil tertawa kecil, menambah kehangatan suasana.

Marlo mengangguk senang. "Bagus, bagus. Ini si Liam, tidak tahu saya kapan dia akan menikah."

Joe menatap Marlo dengan pandangan mengerti. "Mungkin Liam sedang berusaha mencari jodoh yang tepat, Pak."

"Iya, iya, silakan Pak Joe dan keluarga menikmati acara dan makanannya," Marlo menutup percakapan dengan senyuman tulus.

"Iya, terima kasih, Pak," Joe membalas dengan hangat.

Joe, Sarah, Luna, dan Edgar kemudian beranjak pergi untuk mengambil hidangan, menyatu dengan keramaian pengusaha lainnya yang tengah menikmati aneka sajian mewah. Louis memilih untuk memisahkan diri, melangkah berkeliling dengan gelisah, seolah mencari seseorang di keramaian. Akhirnya, matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Liam berdiri di sana, santai seolah tak ada yang mengganggunya. Dengan langkah cepat, Louis mendekat.

"Liam, kapan mobilmu akan selesai diperbaiki?" tanyanya langsung. "Ayahku sudah menanyakannya, dia bertanya dimana mobilku berada."

Liam menatapnya sebentar, tenang seperti biasa. "Lalu kau jawab apa?"

"Itu tidak penting," gumam Louis, jelas tergesa-gesa. "Bagaimana dengan mobilmu?"

"Tadi aku datang ke bengkel," kata Liam sambil tersenyum tipis. "Besok pagi sudah selesai."

Louis merasa sedikit lega. "Besok bawa mobilku segera, letakkan di rumahku, dan sembunyikan kuncinya di pot bunga berwarna hijau. Datanglah saat Ayahku sedang bekerja," katanya dengan nada sedikit memaksa.

"Iya-iya, santai saja," kata Liam, mencoba menenangkan sahabatnya.

Louis mengangguk, lalu dengan nada lebih ramah berkata, "Tapi aku cukup berterima kasih karena kau meminjam mobilku."

Liam mengerutkan dahi sedikit bingung. "Kenapa?"

"Kemarin aku bertemu Celine di HW Mall," jawab Louis, matanya bersinar sedikit saat mengenang. "Aku mengantarnya pulang. Selama di jalan, kami sempat mengobrol."

Reality:1022 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang