[3] Let's be Friends!

7 2 0
                                    


Derap langkah kaki perlahan terdengar. Rosella sengaja mengendap-endap keluar untuk mencari petunjuk mengenai keberadaannya. Mungkin dengan berkeliling di daerah sekitar rumah megahnya yang lebih mirip istana itu, ia bisa menemukan sebuah pintu aneh seperti kali pertama ia masuk ke dalam negeri dongeng tersebut.

Hatinya berdebar, kepalanya secara aktif menoleh ke sekitar, takut ketahuan menyelinap keluar rumah saat senja mulai menggantung di awan.

Jika dilihat-lihat, tidak banyak hal yang dapat ditemukan di area rumahnya. Hanya ada pohon, rumput dan batu. Apa rumahnya berada di tempat terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk?

Rosella mencoba menyusuri hutan yang terbentang luas di depan, berusaha menghindari jalan setapak yang mungkin akan membawanya ke tempat lain yang terhubung dengan area rumahnya.

Gadis itu melanjutkan langkah ke arah sebuah pohon besar yang tampaknya memiliki area kosong di sekitarnya, kembali mencari dan mengamati.

Rosella terlonjak saat sesuatu melompat dari dahan pohon. Sudut bibirnya kemudian terangkat saat melihat binatang kecil lucu yang sekarang mengitari kakinya. "Tupai?" gumamnya, berjongkok dan mengambil binatang kecil itu untuk digendongnya.

"Hai, senang bertemu denganmu," sapa Rosella, memainkan binatang kecil itu di tangannya. Mengusap lembut bulunya yang menjuntai.

"Apa habitatmu di sini? Kau sendirian?" tanya Rosella, mengajak bicara binatang yang jelas tidak memiliki kemampuan untuk membalas perkataannya.

Gadis itu kemudian beralih duduk bersandar di bawah pohon rindang, kedua kakinya dilipat masuk ke dalam gaun mengembang miliknya. "Aku juga tersesat di sini, sama sepertimu," ujarnya lagi. Berbicara sendiri dengan ekspresi sedih, beberapa kali juga menghela napas berat.

Rosella menatap langit cerah yang tertutupi oleh dedaunan. Angin sepoi-sepoi membuat suasananya menjadi sejuk dan menenangkan. Hah, lucu sekali. Rosella menertawakan dirinya sendiri karena merasa tenang dalam situasi kacau seperti ini.

Gadis itu tidak pernah merasa setenang ini sebelumnya, hidupnya penuh dengan hiruk pikuk kehidupan yang memuakkan. Dipenuhi dengan tekanan dan ekspektasi orang-orang. Bahkan, ayahnya sendiri memberikan beban berat untuknya.

Demi kecintaan ayahnya pada barang-barang antik, ayahnya sering bepergian ke luar kota, mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Dengan terpaksa, Rosella sudah bekerja sejak umurnya masih menginjak tujuh belas tahun karena harus memenuhi kebutuhan Grace - adiknya.

Sungguh konyol!

Beberapa kali Rosella ingin melarikan diri dari kehidupannya dan Tuhan benar-benar mengabulkannya. Membawanya ke tempat asing yang tidak dikenalnya. Rosella bahkan tidak yakin ia bisa kembali ke dunia aslinya.

Hihik-hihik.

Suara ringkikan kuda menyentak Rosella menuju kesadaran. Dari jarak yang cukup dekat, ia bisa melihat seekor kuda tengah berlari kencang ke arahnya.

"Hei, awas! Minggir!"

Teriakan itu muncul seiring dengan gerakan tubuh Rosella yang beranjak bangkit dari posisi duduknya. Namun, gaun panjangnya mempersulit gerakan gadis itu, membuatnya jatuh tengkurap di atas rumput yang kian menguning.

Menolehkan kepala ke samping, Rosella menyadari jarak kuda itu semakin mendekat. Dengan pasrah, Rosella mengalihkan pandangan dan menyembunyikan wajahnya di sela kedua tangan yang menelungkup.

Namun, hingga beberapa detik berlalu, Rosella tidak merasakan sakit pada bagian tubuhnya. Ia hanya merasa sedikit berat, seakan tubuhnya tertindih oleh sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FANTASY SERIES || Ain't CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang