2. Interest

286 41 8
                                    

Ting!

Bunyi notifikasi ponsel Jian menarik atensinya, segera ia menyambar ponsel yang tergeletak di meja kasir depan Bunda nya.

"Kenapa sih dek, rusuh gitu?!" tanya bunda heran.

Jian melengkungkan bibirnya ke bawah, "Ayah tanya, mau nitip apa bun?"

"Martabak enak kali ya dek."

"Yaudah adek bilang ayah."

Ponsel Jian kembali tergeletak di meja, sedang anaknya kembali melamun memandang ke arah depan warung.

"Kamu gak sabar ya nunggu ayah pulang? Kayak kangen gitu."

Jian melirik Bundanya sekilas, "Iya kah?" gumam jian lirih. Padahal sedari tadi Jian menunggu notif dari Hilmi.

"Kamu bicara dek?"

Jian menggeleng, "adek main ya Bun ke kostan."

"Iya, sok. Jangan kesorean pulangnya, Bunda mau masak nanti."

Jian berjalan kearah gerbang kostan, mengedarkan pandangannya mencari pintu kostan yang terbuka.

"Ah, bang Vero."

Jian menghampiri kamar Vero, "bang."

"Eh lo dek, kenapa?" Vero menyimpan barbel ke pojokan lalu menyambar handuk kecil di gantungan. Berjalan mendekat, "tumben gak jaga warung."

"Ada bunda," Jian Vero duduk sampingan, "bang Vero tau Mas Hilmi?"

"Eits?! Ada apa nih?" Vero menaik-turunkan alisnya menggoda.

"Gak ya!" Sahut Jian panik, "gak kayak yang bang Vero pikirin."

"Emang lo tau gue mikir apa?" tantang Vero.

"Gak juga sih,"

"Hilmi noh kamar ujung kanan, depanan sama mas Jake. Kita sefakultas, dia adek tingkat gue. Lo kenal dimana?"

"Ya di warung, sama e.. itu.. Aku sedikit kepo hehe."

"Haha.. Progress sama mas Jake gimana Ia?"

"Kok ke mas Jake sih bang." Jian cemberut, bibirnya merengut lucu.

"Kamu kan kemarin-kemarin masih ngejar-ngejar mas Jake."

"Huh!" Jian mendengus, "susah digapai mas Jake mah."

Memang benar, selama Vero kost disini hampir satu setengah tahun bisa dilihat bagaimana anak ibu kostnya ini menyukai mas Jake. Mas Jake sendiri ialah pria matang di usia 25 tahun yang bekerja sebagai taller bank. Mapan, Tampan dan Menawan. Slogan itu seringkali Vero dengar dari mulut kecil Jian.

"Jadi nyerah nih ceritanya? Kepincut anak baru?"

"Ya gak juga. Gak tau deh. Bang Vero nih sukanya ngeledek."

Jian pikir memang salah bertanya pada Vero, bukannya dapat informasi mukanya malah dibuat merah padam menahan rasa malu dan emosi.

.
.
.

Suara mobil parkir di garasinya membuat Jian dan Bunda bergegas ke pintu depan, bersiap melepaskan rasa rindu. Ayah Kamal muncul di balik pintu, menyambut rentangan tangan kedua orang terkasihnya.

"Kangen Ayah." ujar Bunda.

"Kangen."

"Ayah mau mandi dulu? Atau sudah lapar?" Jian dan Bundanya mengambil alih barang bawaan Ayah.

"Mandi dulu sebentar, tunggu ya."

Selepas mencium kening Bunda, Ayah berjalan sembari mengelus rambut Jian lembut, "nanti kita makan bareng ya." Ujar Ayah.

Jian mengangguk, tangannya sibuk membuka barang bawaan Ayahnya. Banyak sekali makanan, tidak hanya martabak yanh mereka pesan saja. Ayah juga membeli jagung susu keju kesukaan Jian, juga satu loyang besar pizza. Ini sih Jian bakal kenyang. Belum lagi Bunda masak banyak tadi.

"Makan dulu dek, nanti makan camilan nya." ujar Bunda saat melihat Jian yang sudah memakan sepotong martabak keju coklat kesukaannya.

Acara makan malam pun berjalan khidmat, sudah lama rasanya Jian tidak makan senikmat ini. Menjadi anggota KPU membuat ayah Jian sibuk belakangan ini. Tak jarang bisa sampai berminggu-minggu di kantor pusat.

"Nanti makan bareng anak kost dek itu pizza sama martabaknya, Bunda udah kenyang." ucapan Bunda mendapat anggukan sang Ayah.

"Oke, nanti sekalian Jian main ya Bun."

"Depan warung aja, panggil anak-anak biar sambil jaga warung. Jam sepuluh nanti tutup ya dek warungnya. Bunda sama Ayah mau istirahat."

Jian memutar matanya jengah, "iya deh yang kangen-kangenan."

"Ayah buatin adik buat kam- ah sakit bun." Ayah memekik setelah diberi cubitan.

"Jangan didengerin ayahmu, dek."

.
.
.

Satu per satu anak kost berkumpul di depan warung, berita tentang 3 bok martabak manis dan pizza cepat menyebar. Sekarang mereka sedang bersenda gurau sambil menikmati kudapan.

"Minumannya beli ya abang-abang, adek-adek." ujar Jian sambil memakan jasuke.

"Waaah.. Strategi marketing ini sih." ucapan Riki mengundang gelak tawa.

"Kurang mas Jake sama bang Hilmi nih, sisain gak boss?" ujar Bian setelah mengabsen teman kostnya.

"Masih banyak ini, gak bakal habis juga sama kita."

"Eits! Jangan salah!" ucapan Sky dibantah Riki tegas. "Gak habis? Gue bungkus. Hahaha.."

Jian memandang siluet jangkung berjalan ke depan warung.

"Weits bang Hilmi baru pulang?" tanya Bian saat siluet tadi mendekat.

"iya, ada acara apa nih? Join lah." ujar Hilmi sembari mendudukan diri samping Jian yang sedang asik memakan jasukenya. "Enak banget kayaknya."

"Em.. Mas Hilmi mau?" Jian memyodorkan sesendok jasuke didepan mulut Hilmi. Berniat menyuapi.

Dengan agak kebingungan, Hilmi menerima suapan Jian. Sendok yang Jian gigiti waktu Hilmi baru sampai tadi. Ada sensasi merinding waktu Hilmi memikirkannya.

"Ia bagi." Riki membuka mulutnya lebar, "thanks."

Sial. Untuk apa debaran tadi. Hilmi merasa malu berpikiran ia special untuk Jian.

"Wihh, mas Jake di anter siapa tuh?" ucapan Bian membuat semua mata memandang pada satu titik.

Mas Jake. Crush nya Jian.

"Baru pulang mas? dianter siapa?" terimakasihlah pada Vero karena sudah mewakilkan pertanyaan Jian untuk Jake.

"Temen kantor. Ada apaan, rame banget." Jake menghampiri Jian menyodorkan selembar lima puluh ribu, "dek Ia malrborro sebungkus ya dek."

"Ini mas," Jian menyodorkan rokok, "kembaliannya. Nongkrong dulu mas itu ada martabak tadi ayah beli."

"Oke, saya juga mau nyebat sebentar. Makasih ya."

"Kopi gak sih Ia." Vero berucap.

"Bayar ya." Jian beranjak mengambil gelas, "goodday kan semuanya?"

Jian membawa 4 kopi goodday 1 kopi hitam dan 1 susu coklat untuk dirinya. Meletakkan kopi hitam di depan Jake sambil berucap, "diminum mas, kopinya." lalu tersenyum manis.

Sangat manis. Semua itu tak luput dari pandangan Hilmi yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Jian. Jian seperti salah tingkah setiap berhadapan dengan mas Jake. Seperti ada sesuatu.

.
.
.

Hai.. Terimakasih sudah mau baca book aku, see you next chapther. Bye

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ia, Rajiandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang