"Loh, kok gelap?" Monolog gadis yang masih belum turun dari motornya itu.
Semua cara telah Daffa lakukan agar Yisha tidak nekat pergi menjenguk Juan menggunakan motor pribadi. Tetapi gadis itu bersih keras melakukannya, dan ya, dia memang orang yang nekat. Tetapi ketika sampai, dirinya mendapati rumah yang menjadi tujuannya itu dalam keadaan sepi dan gelap, gerbangnya pun terkunci dengan rapat. Bodohnya, ia tak mengkonfirmasi terlebih dahulu bila ia akan datang berkunjung lagi setiap hari libur kerjanya. Apakah saudara Juan membawa anak itu pergi berlibur?
Tangannya hampir saja bergerak untuk menelpon Daffa, tetapi setelah ia sadar ini adalah jam sibuk bekerja, ia beralih untuk mengetikkan beberapa pesan untuk dikirimkan pada laki-laki itu. Tentu saja pesan-pesan tersebut tak kunjung mendapat balasan. Yisha pun mengedarkan pandangan pada sekitar, mencari sesuatu yang sekiranya dapat membantu.
Kebetulan terdapat seorang wanita paruh baya tengah menyapu dedaunan kering tepat di sebelah rumah itu.
"Permisi ibu? Maaf mengganggu waktunya. Pemilik rumah di sebelah apa sedang keluar ya bu?" Tanyanya dengan sopan.
"Baru pindah beberapa hari yang lalu mbak, rumahnya dijual sekarang. Ada perlu apa ya?"
Gadis begitu terkejut mendengarnya, seperti masih tak percaya dengan yang dikatakan oleh wanita itu, ia kembali memastikan.
"Pindah? Rumahnya dijual?"
"Iya mbak, coba sampean lihat itu di sebelah gerbangnya."
Yisha memutar kepalanya menuju arah yang ditunjukkan, di sana terpampang sebuah banner yang sebelumnya tak ia sadari ada di sana.
"DIJUAL"
Ia berusaha menetralisir desiran kejutnya sejenak sebelum kembali bertanya.
"Kalau boleh tau, pindah kemana nggeh bu?"
"Saya kurang tau mbak, tetangga saya yang ini orangnya agak misterius, tiba-tiba pindah ke sini juga tiba-tiba pergi dari sini."
Fokusnya seketika hilang, Juan.. apakah anak itu sedang baik-baik saja sekarang?
"Mbak ada perlu apa? Tapi maaf ya mbak saya nggak bisa kasih kontaknya soalnya saya sendiri juga ngga punya."
"Ah, ini- cuma keperluan kecil bu. Kalau begitu ngga papa, terimakasih. Saya pamit nggeh."
Mesin motor kembali ia nyalakan, beat pastel itu berbalik arah jalan. Dengan fokus yang masih pecah, ia berusaha membuat dirinya tenang dan tidak bertindak gegabah. Ingin sekali rasanya Yisha mencari keberadaan Juan sekarang juga, tetapi dia tak memiliki sedikitpun petunjuk akan keberadaan anak kecil itu. Sementara Daffa sepertinya masih sibuk bekerja, ia belum menerima notifikasi balasan dari laki-laki itu. Akhirnya gadis ini pun memutuskan untuk melajukan motornya menuju jalan pulang.
Sesampainya di rumah, ia mengabaikan rasa lelahnya setelah menempuh perjalanan jauh menggunakan motor. Ia membuka ruang obrolannya dengan Daffa, harap-harap laki-laki itu mengirimkan sebuah balasan. Setelah menunggu cukup lama, notifikasi yang ia tunggu-tunggu itu pun membuat ponselnya berbunyi.
Yisha tak se telaten itu untuk berbasa-basi lagi, ia menelpon laki-laki itu."Hallo? Maksudnya gimana Sha?"
"Pertama, gue ga lagi becanda. Kedua, yang gue bilang tadi beneran. Dan yang ketiga, tolong sekarang lo cepet konfirmasi ke tantenya Juan mereka pindah kemana, gue bener-bener kepikiran Daf.."
"Oke-oke, tenang dulu. Ini gue chat tantenya."
"Gue matiin telponnya, lo telepon aja sekarang."
Tanpa menunggu sebuah jawaban, Yisha mematikan sambungan telepon itu secara sepihak. Sementara di sana, Daffa benar-benar melakukan sesuai perintah sang gadis. Ia paham, Yisha benar-benar tidak sedang bergurau sekarang. Suaranya terdengar sedikit bergetar dan tergesa-gesa.
Beberapa saat kemudian, Daffa kembali menelpon.
"Yisha? Ternyata bener mereka pindah ke luar kota, gue juga baru tau. Tantenya tadi sempet minta maaf karena ga ngasih tau dulu."
Helaan nafas lega diterima sebagai balasan, "Syukurlah kalau gitu, gue khawatir banget."
"Tapi bisa-bisanya mereka ga ngasih tau dulu, padahal gue udah bilang buat ngasih tau kabar Juan ke gue."
"Kalau gue minta nomer tantenya boleh ngga Daf? Siapa tau lo sibuk dan ga sempet mantau, biar gue yang nanyain keadaan Juan rutin."
"Oke nanti gue send nomernya."
"Makasih banyak dan maaf kalau ganggu lo kerja."
"Siapa bilang ganggu? Justru suara lo recharge energi gue lagi setelah cape kerja."
"Mulaiii"
"Hahahahaha, gue kangen godain lo secara langsung. Ni kerjaan serasa ga kelar-kelar dah."
Tiba-tiba Yisha teringat akan perkataan Sean tempo hari, lima bulan? Dua kata itu mendengung nyaring memenuhi pikirannya. Pantaskah bila dirinya menanyakan hal itu sekarang?
Bibirnya seolah tak memiliki kuasa untuk memulai pembahasan itu, akhirnya Yisha pun mengurungkan niatnya untuk bertanya.
"Udah berapa gadis yang lo gombalin gitu?"
"Hm.. sejauh ini baru dua."
"Oh, BARU dua ya?!"
"Iya, baru Yishanie dan Galathea."
Yisha mengulum senyumnya, "Bocah freak."
"Freak freak gini lo suka kan??"
"Dih geer banget. Mendingan lo cepet balik, ikan-ikan lo udah kangen berat noh."
"Ikan? Kangen? Lo sekarang berubah jadi ikan?"
"DIHH???"
Sialnya Yisha paham dengan apa yang dimaksud oleh Daffa, laki-laki itu benar-benar menyebalkan.
"Gue juga kangen banget.. sama Corydoras."
"Yaudah, cepet balik. Terus nikahin dah tu Corydoras." Balas Yisha dengan sewot.
"Hei, nyebut nama Corydoras harus lembah lembut, harus penuh kasih sayang."
"Lama-lama gue goreng juga ya tu kecebong?!"
"Santaiii, masa cemburu sama ikan sih?"
"Daffa stop ke geer an. Geli gue dengernya."
"Gue kangen banget sama Corydoras Sha.."
"GUE TENGGELEMIN JUGA TU IKAN."
...
↓ click the star⭐ below please??
KAMU SEDANG MEMBACA
Freaky Fishy - Kim Leehan
FanfictionTentang Yisha dan tetangganya, si juragan ikan hias yang tingkahnya sedikit diluar nalar itu. ◗ start :: ◗ end :: 🎖 highest rank :: ◗ #1 in donghyun (120724) ◗ #1 in leehan (160724)