Dark Pit

110 17 0
                                    




"Stay with me....."

"Namjoon jangan tutup matamu..." Seokjin terus menepuk-nepuk pipinya pelan.

"Seokjin....pindahkan dia ke mobil" Yoongi membantu memapah tubuh besar yang semakin melemah itu menuju tempat kendaraan mereka berada.

"Kau bilang kau bertemu dengan seorang nenek setelah mobilmu mati?" Yoongi menatap wajah pucat yang meringis kesakitan itu lekat.

Namjoon hanya mengangguk tanpa merubah posisinya. Terkulai lemah bersandar pada kursi penumpang dalam mobil Seokjin.

"Seperti apa rupanya?"
"Apa yang ia lakukan padamu, Namjoon?" Seokjin mengusap keringat yang mulai membasahi pelipis sang pria. Membungkuk di sisi luar pintu mobilnya yang terbuka.

"Seperti....orang tua.....biasa......uhukkk...."
"Ia.....mengusap dadaku.....dan bergumam.....entahlah"
"Aku tidak mengerti"

Jemari Seokjin terulur dengan sapu tangan mengusap darah yang kembali mengalir dari bibir terbuka Namjoon.
"She put something in you...." Ia berbisik pelan.

"Kalian berada terlalu jauh dari area pemakaman ini"
"Apapun yang ia masukkan ke dalam tubuhmu akan menahanmu di tempat ini" Yoongi melayangkan tatapannya pada kegelapan yang semakin menyelimuti tempat mereka berkumpul.

"Damnit!"
Sesaat kemudian Seokjin berbalik dan terbelalak kaget.


"Tidak ada.....yang boleh.....meninggalkan......tempat ini....." Wanita berambut panjang itu tiba-tiba muncul beberapa meter di belakangnya.

Bibir pucatnya menyeringai lebar dengan gaun hitam yang telah tercabik-cabik dan lusuh. Dagu yang berlubang itu mengalirkan darah membasahi leher juga dadanya.
Kilat matanya mengisyaratkan bahwa wanita itu murka.

"S-Seokj......uhuukkk!" Namjoon yang sontak bangkit kembali memuntahkan darah segar.

"Namjoon, stay here...." Seokjin menutup pintu mobil di belakangnya, tangannya bergerak pelan meraih senjata berisi peluru peraknya yang terselip di belakang pinggang.


"Hey!" Panggilan keras itu membuat sang wanita melirik pelan dengan seringai di bibirnya.

"Aku yang kau mau!"

"Lepaskan mereka!" Yoongi mendekat dengan kedua tangan terangkat kosong.

"Yoongi, jangan!" Jimin yang berlari panik mendekat tiba-tiba tersentak kaku di tempatnya.

"Apa yang dilakukan anak kecil itu disini hmm?" Young Mi memiringkan kepala masih dengan seringai sinis juga raut wajah yang mengerikan.
Satu tangannya terulur dan membuat kepala Jimin yang membeku itu terangkat pelan.

"Jangan sentuh dia!" Yoongi berjalan mendekat dan mengeluarkan batu merahnya dari saku celana.

"Kubilang lepaskan Jimin!"

Senyum di wajah Young Mi perlahan memudar. Jemari yang semula berniat mematahkan leher Jimin pun sontak diturunkannya.

"Dari mana kau mendapatkan itu?!"
Hela nafas Yoongi tercekat ketika tak sampai sedetik kemudian wanita itu telah berada tepat di hadapan wajahnya. Memiringkan kepala dengan jemari kembali terulur mencekik lehernya.

"No! Yoongi!" Seokjin berlari mendekat seiring telapak tangan sang wanita yang terangkat dan membuatnya terpental menabrak sisi mobil.

Namjoon yang terus melayangkan tatapannya pada keributan di luar pun berusaha bergerak dengan sisa-sisa tenaganya, membuka pintu mobil itu kemudian tersungkur menggapai Seokjin yang berusaha menahan rasa sakit pada punggungnya.

"Namjoon....jangan keluar...." Tangannya terulur meraih lengan sang pria.

"Dia....dia kah....yang menyebabkan....aku begini?" Namjoon bergeser tertatih mendekat pada Seokjin yang mulai beranjak dari tempatnya.

Satu tangan bergerak mengeluarkan senjata api dari sarung pistolnya, sementara satu lagi menopang pada sisi mobil untuk membantu tubuh lemahnya berdiri.

"Kalian hanya menggangguku..." Wanita itu kembali mengangkat tangannya, membuat gerakan mendorong hingga Namjoon mengerang kesakitan.


"Hey! Lihat aku wanita tua!" Yoongi sontak bersuara saat cekikan di lehernya melonggar. Diangkatnya genggaman tangan berisi batu merah yang mulai bercahaya itu kemudian diarahkannya pada sang wanita.

"Aaaaarrggghhhh!" Young Mi menyilangkan kedua lengannya di depan muka, terseok mundur ketakutan dengan rintihan keras.

"Kau menguji kesabaranku, Min Yoongi!" Tanpa disangka, Young Mi kembali berteriak sekuat tenaga.

Tubuh Yoongi terhempas, batu yang terlepas dari tangannya pun hancur berantakan setelah menghantam tanah berkerikil.

Seokjin berbalik menutupi Namjoon dengan tubuhnya.

Teriakan yang menyakitkan telinga itu membuat tanah di tengah-tengah mereka bergetar kemudian amblas membentuk sebuah lubang yang sangat besar.

Gemuruh angin yang berputar semakin kuat mulai menerbangkan daun-daun mati yang masih basah oleh hujan. Berputar seolah membentuk pusaran terarah pada lubang besar di tengah pemakaman.



"Seokjin!"

Pria itu segera menoleh saat tubuh Yoongi terseret semakin mendekat pada rongga di permukaan tanah yang mulai mengeluarkan cahaya menyilaukan.

"Yoongi! Tidak!"
"Yoongi.....hold on to something!" Terus mendekap kepala Namjoon, Seokjin menatap khawatir pada Yoongi yang terus mencari tempat untuk berpegang, kedua kakinya menendang-nendang seiring tubuhnya yang semakin terseret.

Jimin yang masih membatu hanya bisa mengalirkan air matanya. Tubuhnya membeku tak mampu berbuat apapun untuk menolong sang kekasih.


"Kau ikut bersamaku, Min Yoongi!" Wanita itu melayang-layang kemudian menghilang di atas rongga bercahaya yang semakin melebar.

"Shit! Shit! Yoongi hold on!" Akhirnya Seokjin mencoba bergerak menghampiri sang pria, melawan putaran angin yang berhembus kencang dengan kedua tangannya.

Namjoon yang menatapnya lemah pun hanya bisa terdiam menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.


"Seokjiinnnn!" Putaran angin yang semakin kuat pun akhirnya menyeret Yoongi masuk ke dalam lubang.

"Tidaakkk! Yoongiiii!!" Kedua mata Seokjin membelalak dengan langkahnya yang semakin cepat, ia berlari lalu menyusulnya.

"S-Seok....jin.......j-jangan......." Namjoon berucap lirih, jemarinya terulur lemah seiring kedua pria yang menghilang di hadapan matanya.

Tanah itu tertutup rapat dalam hitungan detik. Hujan yang telah berhenti dan langit yang cerah berbintang menaungi mereka seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Namjoon yang tak lagi merasakan sakit dengan cepat berdiri kemudian berlari dan bersimpuh di tempat lubang tadi menganga.

Telapak tangannya meraba dan menekan-nekan permukaan tanah lembab dan padat di bawah kedua lututnya.

"S-Seokjin?"
"Yoongi?" Ia kemudian menoleh pada suara langkah di belakangnya. Jimin berjalan lemah dengan air mata yang masih berderai.



"Dimana mereka, Jim?" Suara yang mulai pecah itu terdengar bergetar.





"Jimin! Mereka dimana?!!"

ParadoxWhere stories live. Discover now