Malam minggu jalan sama pacar. No. Jalan sama abang. Yes.
Kamu nemenin Changbin beli bahan makanan dan camilan untuk persiapan party dia sama teman-temannya di rumahmu nanti.
"Ini jajannya lagi viral, Bang!" katamu excited sambil nunjukin sebungkus makanan ringan ke Changbin yang masih disibukkan balasin pesan temannya.
"Gas beli. Abang mau ke sebelah dulu."
Tapi pas kamu perhatiin, harganya lumayan mahal. Gak sesuai sama ukuran bungkusnya. Gak jadi beli, kamu balikin ke rak dan nyusul Changbin yang berdiri di depan Freezer.
"Diskon 50% nih, Dek," kata Changbin sambil nunjukin sebungkus frozen food. Dimasukkan tiga bungkusnya ke troli. "Buat isi bekalmu nanti."
"Bang, ini diskon karena sudah mendekati masa expired." Kamu nunjukin tanggal yang ada di bungkus nuget. "Satu aja. Nanti belum habis, udah kadaluarsa." Kamu balikin dua bungkus ke lemari pendingin. "Apa lagi?"
Abang satu ini kalau sudah ada diskonan sangat goyah sekali imannya. Mau diborong.
"Ini carinya di mana?" tanya Changbin sambil nunjukin catatan belanja. Kamu memimpin. Sering belanja kebutuhan rumah, jadi sudah hapal sama tempatnya.
"Bagusnya ambil ini aja, kali' ya, Dek?"
"Jangan, Bang." Kamu kembalikan sebotol kaldu bubuk pilihan Changbin dan pilih ambil yang sachet.
"Kenapa gak yang botolan aja. Bagus, ada tempatnya."
"Bang, kalau harganya dibagi sama jumlah berat bersih, lebih irit beli yang ini. Udah, nurut aja. Nah, apa lagi?" Kamu ambil alih catatan belanja. Kali ini beli minuman.
Padahal niatnya disuruh nemenin tapi malah jadi kayak tour guide. Kamu seret Changbin ke depan showcase cooler . Dia sudah masukkan beberapa minuman kemasan ke troli sementara kamu masih mantengin harganya.
"Eh, Bang. Kembaliin aja, deh. Mending beli di tempat Maknya Yeji. Lebih murah."
"Mumpung di sini, Dek. Beli sekalian. Lagian selisih harganya cuma dikit."
"Selisih dikit tapi kalau belinya kelipatan jadi banyak juga, Bang."
Changbin tersenyum seperti logo Kuman. "Dek, apa kita harus seirit ini?"
Kamu gak peduliin keluhan Changbin dan fokus bacain catatan belanja. Beberapa list kamu coret dan perbaiki, cari yang lebih murah dan dikurangi jumlahnya biar gak kebanyakan. Sayang kalau gak habis ntar malah dibuang-buang.
"Dah, aman. Aku mau cari buah dulu ya, Bang." Kamu tinggalkan catatan yang penuh coretan buat Abin, udah kayak skripsi mahasiswa yang direvisi dosen pembimbing.
Kamu mampir dulu ke rak Skincare. Pas banget ada diskon sunscreen favoritmu. Langsung beli tiga. Setelah itu kamu beralih ke tempat buah-buahan. Gak sengaja ketemu makhluk kasatmata.
Kamu samperin dia, nyenggol lengannya. "Mongmong! Nyari apa?"
"Nyari perhatian." Dia milih beberapa apel untuk dimasukkan ke keranjang belanja. "Sama Abin?"
"Iya, lah. Mana boleh aku jalan sendirian." Kamu juga ikut memilih buah. Mendadak terlintas tebak-tebakkan. "Mong! Buah apa yang durhaka?"
"Melon kundang."
"Gak asik. Kok tau jawabannya, sih," gerutumu. "Kata Bu Shinting, seumuran kita nih perlu banyak konsumsi buah yang mengandung vitamin D."
"Satu-satunya vitamin D yang gue butuhin cuma Duit," sahut Seungmin. Dia mau ambil setandan pisang. Pas barengan kamu juga mau ambil buah yang sama. Tangannya gak sengaja menggenggam tanganmu. Kalian saling pandang.
"Kalau di sinetron pasti kalo gini cewek cowoknya jatuh cinta," katamu sambil ketawa. Gak tau kalau Seungmin beneran baper. Genggamannya gak dilepas, tanganmu digandeng erat, dimasukkan ke kantong jaketnya.
Kamu gak peka, menganggap si Mongmong cuma jahil doang dan malah ngajakin main adu jari jempol di dalam saku jaketnya itu. Jalan pikiran yang gak bisa ditebak.
"Seungmin? Kok bisa di sini juga lo?" sapa Changbin. Saat itu juga Seungmin lepaskan genggaman tanganmu.
"Namanya juga jodoh," sahutnya dengan muka yang lempeng banget.
"Ah, lo bisa aja." Changbin berlagak tersipu sambil mukul lengan Seungmin, dipikir gombalan barusan buat dia. Otomatis dipelototin sama si Mongmong. "Lagi free? Ikut barbekyuan di rumah kita gih."
"Boleh, deh. Mumpung gabut juga. Malming gak ada tugas, hidup terasa hampa."
Ngerjain tinggal nyontek aja berasa kayak murid teladan.
"Boleh ajak temenku, Bang? Bentar." Kamu ngeluarin HP dan ngetik cepat di grub. Ngajak barbekyuan bareng. Semangatnya udah kayak mau ngajak war sama geng motor kampung sebelah.
"Ini kebetulan aja ketemu dia jadi diajak. Lainnya gak usah!" Changbin buru-buru ambil ponselmu. Dihapus pesan yang sudah terkirim. Tau betapa rusuhnya kalau semua temanmu ngumpul. Nanti temannya bisa kalah saing.
"Oh ya tadi abang nemu ini. Murah, cuma setengah dari harga asli." Abangmu nunjukin sandal bulu warna merah muda motif babi. Melenceng dari daftar catatan belanja.
Kamu masih ingat kalau beberapa hari lalu juga lihat sandal lucu itu. "Bang, itu tadinya udah dinaikin dulu sebelum diskon. Teknik pemasaran. Harganya beda tipis aja sama yang sebelumnya."
"Mending nyesel beli daripada gak beli, 'kan?"
"Mending nyesel gak beli, uangnya bisa dipakai buat kebutuhan lain."
Changbin lesu, balik badan, dikembalikan sandal tadi ke tempatnya semula. Jadi gak tega lihatnya. "Ya sudah beli aja, sana. Beli."
Abangmu itu langsung masukin sandalnya ke troli. Setelah itu, kalian antri bayar di kasir, barisan ketiga. Di depan ada ibu-ibu tantrum minta susu satu liter dingin.
"Balikin duit saya, ya. Susu itu harusnya dingin. HURRY UP! I DON'T HAVE TIME." Ibu-ibu yang pake earphone di telinganya itu marah ke penjaga kasir. "Gak usah senyum-senyum ya! Customer komplain lo malah senyum gitu. OTAK lo di mana?! Ongkos saya ke sini balikin, BPJS saya bayarin, and then ini barang diganti. NOW!"
"Ya jangan marah-marah, Kak. Ini ada CCTV."
"SAYA GAK PEDULI. SAYA GAK PEDULI!"
"Kan tinggal didinginin di kulkasnya, Bu," gerutumu pelan. "Niat amat dibawa balik ke toko lagi. Kayaknya gak punya kulkas."
"Padahal tinggal beli es batu, ditutup di baskom juga bisa dingin susunya," sahut Seungmin.
"Mungkin dia baru nyobain beli yang seliter," terka Changbin. "Biasanya yang kemasan kecil. Itu mamaknya siapa, sih?"
Meski antrian jadi agak lama, akhirnya urusan belanja selesai. Kalian pulang ke rumah. Seungmin juga ikutan karena diundang. Teman abangmu mulai berdatangan. Kamu lebih milih kegiatan individu yang menurutmu asik daripada ikut kumpul bareng circle abangmu yang gak se-frekuensi. Paling cuma nyapa sekadarnya aja. Sementara si Mongmong oke aja join sama siapapun, karena tujuan utamanya ikut buat makan daging.
"Sudah selesai manggang dagingnya?" tanyamu. Seungmin bawa sepiring daging, nyusul duduk di sebelahmu yang asik nonton depan televisi.
"Lama-lama bisa asma gue ngumpul di sono. Udah asap barbekyu ditambah asap vape lagi," ungkap Seungmin sambil motong daging panggangannya. "Nah." Dia nyodorin potongan daging, otomatis kamu buka mulut.
"Pengen banget gue suapin?"
Hidungmu mengembang dengan tatapan datar. Kamu ambil daging di garpu yang dipegang Seungmin, melahapnya.
"Aku mau ambil minum dulu," katamu sambil beranjak dari sofa, menuju dapur, mau ambil susu dingin ukuran 250 mL yang sudah distok abangmu di kulkas.
"Jangan masuk frame, Bin. Lo bukan visual haha."
Kamu yang udah siap mau balik lagi nyamperin Seungmin, mengurungkan niat. Melangkah ke halaman belakang. Tempat Changbin dan teman-temannya ngumpul. Bersandar di depan pintu. Memantau mereka.
Kamu lihat, Changbin gak ikut foto. Malah fotoin temennya. Setelah itu mereka lanjut makan daging yang sudah siap saji.
"Badan lo udah gemuk, Bin. Makannya dikit aja woi," kata salah satu cowok potongan rambut cepak sambil ketawa ngakak, Orang yang sama yang barusan ngatain Abin bukan visual.
Changbin nanggepinnya cuma senyum-senyum sambil ngunyah daging.
"Kagak pengen diet? Ntar gak ada cewek yang mau sama lo, gimana? Makannya dikurangin, gih. Biar gak kayak babi bengkak. Hahaha."
Kamu yang daritadi mantau sudah gak sabar, muka keliatan bete banget. Jengkel karena abangmu dikatain di depan teman-temanya.
Susu kotak yang baru kamu minum sedikit, dilemparkan sekuat tenaga ke tengkuk cowok yang ngatain abangmu tadi dari jarak lima meter. Kemasan susu itu sampai pecah dan isinya berceceran. Punggung bajunya basah karena susu cokelatmu. Semua orang yang di sana kaget bahkan teman di sebelahnya sampai lompat dari kursi.
Cowok itu berdesis marah sambil ngusap lehernya yang baru aja mandi susu. Noleh ke belakang, nyari tau siapa yang berani lempar dia. "Haish. Bangs—"
Mukanya kelihatan kaget karena yang bikin belakang lehernya sampai nyeri ternyata seorang gadis. Apalagi sorot matamu jadi sedingin Benua Antartika.
"Why you mad, bruh?"