Bel bunyi jam istirahat terdengar menggema di lingkungan sekolah.
Seluruh siswa bersemangat keluar kelas untuk menyegarkan otak mereka yang sudah beruap kemudian siap siaga menyerbu kantin, perpustakaan, toilet atau menuju tempat lain. Tak ada ruangan yang benar- benar sepi.Begitupun Gyumin serta teman dekatnya, wonjin juga sibuk memakan jajanan di tempat duduk taman depan kelas.
Bedanya Gyumin hobi membawa snack dan bekal sendiri dari rumah daripada membeli di sekolah. Dia tak sanggup menghabiskan waktu istirahat berdesakan di kantin yang penuh dengan para siswa.Dan seperti biasa, Si kapten basket serta ketua club dance itu menemui Gyumin setiap istirahat atau di sela-sela waktu pulang.
Layaknya rutinitas yang tak bisa diganggu gugat, Wonjin secara natural akan menyingkir dan mempersilahkan dua orang itu agar lebih nyaman untuk saling menggoda.
"Ini"
"Apa?"
Seseorang yang lebih pendek tidak mengerti dengan tingkah orang yang tiba-tiba datang ke hadapannya dan memberikan coklat."Ambil"
"Buatku?"
"Eum"
"Memangnya ada apa?"
"Kau dari tadi bawel, ambil!"
"Yaa! kau yang aneh Vin, tidak ada perayaan hari spesial tau-tau menyodorkan coklat untukku. Dan.. apa tadi? cuma bilang 'nih! ambil'. Siapapun juga pasti bingung"
"Aku tadi ke toko sebelah terus melihat coklat ini sendirian tinggal satu batang, karena aku kasian jadi aku membelinya. Jangan menolak! coklat ini akan sedih"
Davin berusaha mencari alasan paling simpel, sayangnya alasan yang dia katakan sangat tidak masuk akal.
"Ekhem, berarti kau membelinya untukku kan? bilang saja begitu. Kenapa harus membual"
Gyumin tau laki-laki ini sedang mencari siasat untuk memikat hatinya. Tapi dia ingin sedikit jual mahal karena laki-laki yang tingginya menjulang 187cm ini sering tiba-tiba denial, perasaannya ditarik ulur sesuka hati. Kadang rasa sukanya ditumpahkan secara terang-terangan, kadang terlihat biasa saja.
Sebenarnya Gyumin juga menyukai Davin, apalagi semua yang ada di Davin adalah tipenya, ditambah pula sebagai salah satu siswa populer dan -most wanted- tak terbantahkan semenjak awal masuk sekolah hingga tahun kedua, belum ada yang bisa menggeser. Coba pikir, siapa yang tidak mau.
Gyumin hanya mengikuti alur dan cara Davin dalam mendekati dirinya. Tak mau asal-asalan mengejar.Gyumin juga tak menyalahkan Davin, tentu saja Davin sering memikirkan resiko mengenai hati dan perasaannya yang tidak mengarah ke gadis cantik melainkan pada laki-laki manis.
Sama halnya dengan diri Gyumin. Tak bisa menolak pesona Davin.
Siapa pula yang tidak membeku dan berperang dengan nalarnya mendadak menyukai satu gender."Bilang terimakasihnya mana, udah pendek bantah mulu"
"Iya.. terimakasih Davin. Aku menerima coklatmu dan.."
Gyumin sengaja tak melanjutkan perkataannya. Dia ingin memancing laki-laki yang sedari tadi masih memandangnya fokus."Dan apa pendek?"
Lagi, Davin memilih berpura-pura payah memahami arah pembicaraan Gyumin. Padahal dalam hatinya sudah meledak dan ingin berteriak.Iya, mereka berdua sama saja. Tak mau mengalah untuk saling jujur.
Sudahlah. Gyumin lelah. Dia yakin Davin tau maksudnya, tapi lebih memilih berkilah dan seakan-akan masih ragu.
"Terserah.. capek adu mulut sama kamu"
"Daripada adu mulut mendingan adu lidah saja"
Gyumin hampir membelalakkan matanya yang diiringi pipi merona, dia kaget bukan main mendengar ucapan Davin yang meluncur dengan santai di depan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART • oneshot • Xodiac
Short StoryHeart to heart * 9 members * Bromance * Short stories • • • • • • • • • • 100% fanfiction. tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari member ✿