Jatuh

5.1K 593 47
                                    

Happy Reading

Reigava

Terlihat sosok pemuda manis tengah berdiri diatas ranting pohon dengan tangan satu berpegangan pada ranting lainya agar menjaga keseimbangan tubuh supaya tidak terjatuh. Sedangkan tangan yang satu lagi, tengah memegang buah mangga yang tinggal setengah, karena habis dimakan.

"Anjir, asem banget mangganya. Tapi enak bajigur," ucap pemuda yang tak lain adalah Gava.

Setelah mangga itu habis, Gava membuang sembarangan biji mangga. Lalu tersenyum jail saat otaknya menangkap sebuah lagu jadul Jawa.

Seselalang sese,serodotan oy...
Ayah ucing, jadi kalungan...
Serong kekanan jeng-jeng...
Serong kekiri jeng-jeng.
Ting, tupak, ting-ting...
Jot-enjotan...

Seru Gava bernyanyi sambil menggenjot kuat ranting di pijakan kakinya. Membuat tubuh Gava naik turun ke atas. Sampai akhirnya, suatu hal yang tidak terduga terjadi...

Krekk...

Brakk...

Tanpa aba-aba tubuh kecil Gava jatuh ke bawah. Menubruk kuat rerumpuat bersamaan dengan ranting pohon yang patah.

"Asu, kont*l, babi ngepet..." umpat Gava saat merasakan hantaman kuat yang membuat area pinggang sampai bokongnya terasa sakit.

"Huaaa... pantan bayi gue sakit, bunda..." Secara reflek Gava memanggil sang bunda.

Sedangkan semua orang yang berada dalam mansion tengah berlari, kearah taman. Saat mereka mendengar suara dahan dan suara jatuh yang cukup keras.

Bunda Gava langsung berlari menghampiri Gava, saat melihat Gava yang tengah kesakitan. "Dedek kenapa?"

Wajah Gava yang tadinya menangis, langsung terdiam dan menatap sang bunda dengan datar, "Dedek? Siapa, aku dipanggil dedek, begitu," tanyanya.

"Iya, siapa lagi?" jawab sang bunda dengan lembut.

"Huaaaa, asu huaaa..." Tangisan Gava semakin kencang. Bukan karena rasa sakitnya, tapi karena Gava stres sekarang. Dipanggil adek, saja Gava sudah uring-uringan. Ini malah dipanggil dedek.

Sang bunda bertambah panik saat melihat bungsunya yang semakin kencang saat menangis, takut jika bungsunya mendapatkan luka serius karena jatuh dari pohon.

"Kenapa, apanya yang sakit? Bilang sama bunda," Khawatir Sang bunda. Yang kini tengah kebingungan dengan Gava yang menangis.

"Pohonnya nakal Bunda! Gava nya dijatohin. Pohonnya nakal..." Tangan Gava menunjuk pohon didepannya sambil mengadu pada sang bunda seperti anak kecil.

"Pohonnya nakal ya? Iya, biar bunda pukul pohonnya ya. Biar gak nakal lagi," ucap sang bunda.

"Iya," Gava mengangguk lucu dengan mulutnya yang mencebik. Jangan lupakan hidungnya yang memerah dengan pipinya yang ikut memerah. Menambah kesan lucu dan membuat siapa saja yang melihatnya menjadi gemas.

Ternyata disana tidak hanya ada sang bunda dan beberapa pelayan yang menjadi saksi keimutan Gava. Disana juga berdiri satu sosok pemuda yang sendiri tadi hanya menonton dan tidak berniat bergabung.

ReigavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang