006 - Wow.

2.2K 340 61
                                    

Tukang Ikan, Cintaku.

━━━ 006 : Wow.





























.

.

.




















Disclaimer

Nirnyata (fiksi); comedy-drama, a bit NSFW mostly for jokes or situations between characters.





















.

.

.





























Btw, jangan dimasukin hati ya jokesnya dimasukin kantong aja.

Vote dan comment untuk masa depan yang lebih baik, karna silent readers itu gak seru. Gak diajak, plis, jempolnya keplitek aja kalo cuma ngescroll doang gapake ngevote.

Selamat membaca.


























Tukang Ikan, Cintaku.

006 — Wow.

DIAMAS lebih memilih untuk duduk digundakan anak tangga daripada harus mengikuti bagaimana Mala dan Gamma ke dapur.

Satu, meski dirinya lebih jago memasak daripada kedua keponakannya itu; ia tak mau menjadi bulan-bulanan mereka.

Apalagi dirinya belum sama sekali menghapus jejak stain lipstick yang ada pada pipinya, ia belum ngaca soalnya—lebih fokus dengan yang lain daripada memperhatikan diri sendiri.

Dan yang kedua.

Ia tak mau menjadi semburan Mala kalau sudah dalam mode cici-cici itu.

Lebih baik menunggu Mala yang bisa jadi emosinya teredam setelah memasak, atau menghindari anak gadis sang aa yang jauh lebih buruk daripada Selina atau Candice saat marah itu.

“Serem,” gumannya pelan.

Apalagi saat melihat Mala menjewer sadis bagaimana Gamma meringis, juga menjerit macam dolphine itu.

Diamas juga menutup kedua telinganya; takut.

Oh, no.

Ia meneguk ludahnya susah payah saat Mala tak sengaja menatap ke arahnya, “Run,” katanya pelan dan kemudian melompat dari gundakan anak tangga tersebut menuju keluar kediaman Respati ini.

“MAAFIN UWA DEH,” teriaknya sembari menjauh.

Sedangkan yang diteriaki malah makin sebal dan menatap Gamma dengan malas juga kesal.

“Tuh, tuh, didikannya you, kak,”

Gamma merenggut karna lagi dan lagi malah disalahkan oleh Mala.

Tapi dirinya kali ini tak membela diri, “Iya, maaf, tapi ‘kan yang doyan janda bukan aku. Om Gu tuh, yang tiap ada janda lewat mulutnya gabisa berhenti komat-kamit,”

Mala mendesah pelan.

Kemudian memegangi kepalanya, agaknya ia menyesal kenapa harus hidup sebagai salah satu Respati.

Tukang Ikan, Cintaku.Where stories live. Discover now