04•

1.6K 219 49
                                    

Alana dan Trevor pindah ke dapur belakang, dimana tempat itu jauh lebih sepi. Tapi bukan berarti dentum musik dari ruang tengah otomatis redam. Suara musik hanya terdengar lebih sayup-sayup.

Dapur Trevor super luas, mengingat keseluruhan rumahnya 11:12 dengan lapangan golf. Orangtua Trevor adalah pebinisnis kaya raya dan mereka tinggal di New York. Sedangkan Trevor tinggal terpisah di Los Angeles, juga bersekolah disana seperti Alana, Connor, Troye dan yang lain.

Alana suka sirik dengan kehidupan bebas dan menyenangkan Trevor. Dia sendiri tidak terlalu diberikan bebas oleh orangtuanya—sedikit-sedikit harus ditemani oleh kakak lelakinya, Aris. Dan karena Aris sudah lulus kuliah dan bekerja, tugas itupun jatuh pada Connor. Itulah sebabnya mereka berdua berteman sungguh dekat. Mereka berteman sekaligus bertetangga, dan Connor tidak pernah ragu untuk numpang makan di keluarga Stilinski. Dia sudah dianggap bagian dari keluarga.

Kembali ke Trevor dan Alana yang menyingkir ke dapur. Trevor bersungut "ew" ketika mendapati ada 3 orang—2 pria 1 wanita—temannya yang tergeletak lemas di lantai. Semuanya berwajah merah khas mabuk berat.

Alana tidak mau repot-repot mencari tahu apa yang terjadi pada mereka sebelumnya.

"Mereka pasti menghabiskan delapan belas botol bir. Atau dua puluh empat," Trevor memberengut ke botol-botol bir kosong di lantai.

"Idiot," gumam Alana jujur, "Mulai saja gamenya! Aku tidak sabar!"

Trevor tersenyum, berkata "Sini" lalu menunjuk meja bar khusus di dapurnya. Alana baru tiba sedetik dan seseorang sudah mencolek lengannya dari depan—diseberang meja bar. Seorang cowok yang tidak ia kenal. "Hei cantik," cowok itu berkedip genit padanya. Cowok itu lumayan ganteng, sebenarnya, memiliki rambut hitam super klimis dan punya jambul yang sangat sempurna lekukannya. Rambut klimisnya benar-benar menarik perhatian alias mencolok, karena setiap orang bisa melihat bagaimana rambut itu memantulkan cahaya lampu.

Tubuh cowok itu besar, tapi usia mereka sebenarnya sebaya—sekitaran 17-18. Dada cowok itu kelewat bidang, namun dari perut kebawah kecil. Alana langsung tahu itu postur khas atlet football.

"Hai mesum," balas Alana cuek. Keberadaan cowok itu—apalagi senyum genitnya—sungguh membuat risih.

"Kau tidak mau ikut berdansa denganku, manis? Aku kesepian."

"Bukan urusanku."

"Aku belum pernah melihat wanita semanis kau seumur hidupku. Sungguh. Boleh aku tahu namamu?"

Saat itulah Trevor angkat bicara. Dia menurunkan iPhonenya, "That was so cheesy, Dylan McFoster. Tapi sayang sekali, dia ini kekasihku." Trevor berkedip dan tersenyum manis ke Alana, sebelum tangannya bergerak merangkul pundak gadis tersebut, yang berbalut dress tanpa lengan. Cardigannya ia tinggalkan di mobil Connor.

Alana langsung mengerti maksud sahabatnya dan balas memeluk Trevor manja—sesungguhnya hanya akting. Usaha itu berhasil. Dylan bersungut kesal campur kecewa, dan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Trevor sengaja melambai konyol, bergumam "dadaah!" pelan ke arah punggung Dylan. Alana tertawa.

"Kau berhutang padaku untuk itu, Stilinski." kata Trevor seraya melepas rangkulannya.

"Memangnya dia tidak tahu kau gay?"

"Dia tetangga baru disini. Baru seminggu. Mengejutkan dia ternyata seorang penggoda."

Alana menopang dagu ke arah Trevor yang seketika kembali asik mengetik di layar iPhonenya. "Memangnya kau sendiri tidak tertarik padanya?" tanyanya.

"Mmm dia manis. Tapi aku benci rambutnya yang terlalu berminyak itu. Dan dia pasti tipe yang bisa menggoda tujuh orang dalam sepuluh menit."

"Mm," Alana manggut-manggut mengerti. "Kurasa dia juga straight."

Killing Thrilla || greysonchanceWhere stories live. Discover now