Prolog

475 35 34
                                    

Saat Ben Xabat lahir ke dunia, matahari menghilang dari langit Cox.

Bila penghuni metropolis Cox mengadah ke atas, mereka merasa seperti hidup di dasar laut. Langit selalu mendung bergulung-gulung seperti ombak. Bila angin datang, kabut kelam di langit akan jadi sedikit kacau. Seperti empasan air terjun yang bergerak lambat, siap untuk runtuh ke atas bumi.

Dua dekade lalu ada yang meletakkan laut di atas langit Cox, tepatnya awan yang berbentuk seperti ombak—atau mungkin ombak yang seperti awan—atau jangan-jangan itu laut betulan? Yang pasti, matahari tidak pernah terlihat lagi sejak itu.

Reynold Xabat menyalakan rokok di pojok ruangan sebuah gedung tak berpenghuni. Nyala merah terlihat dalam ruangan gelap saat ia menghisap puntung rokok itu dalam-dalam. Setelah nyala merah itu padam, dia mengembuskan asap putih keabuan keluar dari jendela yang kacanya sudah lama pecah.

Seseorang mengambil puntung rokok itu dari tangannya. "Hei, hei! Ayolah, Ben."

Ben menjatuhkan puntung rokok menyala tersebut ke lantai dan menginjaknya hingga lumat. "Kau mau mereka menemukan dan mengepung kita?"

"Cuma sinar keciil."

"Tapi kelihatan dari jauh, gedung ini gelap."

Reynold menggelengkan kepala dan mengalah saja. "Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun, Ben."

"Terima kasih."

"Delapan belas tahun sekarang."

"Yah, sepertinya." Sebagai keluarga satu-satunya yang tersisa, Reynold pasti ingat kapan ibu melahirkan dirinya.

"Jangan lupa ucapkan permohonan. Dengan memadamkan rokokku, kuanggap kau sudah menginjak lilin ulang tahunmu."

Reynold mendekati jendela melihat keadaan 10 meter di bawah. Jalanan Cox dipenuhi beton runtuh. Gedung yang sedang mereka susupi sekarang ini dulunya adalah sebuah kantor bank besar, kini tidak lebih dari sarang tanaman merambat. Hanya reptil dan serangga yang mau hidup di sini.

"Lihatlah perbuatan vampir-vampir itu ... kehancuran di mana-mana. Menyalakan rokok saja warga tidak berani." Reynold menyengir, menyindir adiknya.

"Tapi aku ingin mereka muncul malam ini, akan menyenangkan membunuh vampir di hari ulang tahunku." Ben memastikan shotgun di tangannya terisi dengan peluru perak.

"Awas, jangan gemetaran lagi seperti kemarin."

Xabat tersenyum pahit. Ini bukan patroli pertamanya, mungkin ketiga atau keempat. Tapi selama itu dia belum pernah membunuh seorang vampirpun. Tangannya selalu gemetaran dan perutnya jadi mulas, apalagi setelah melihat gigi taring yang bisa menembus kulit manusia dengan mudahnya itu.

"Gerakan mereka cepat sekali, peluruku kalah cepat."

Secepat itu pula terdengar tanda bahaya dari jalanan di bawah. Suara jeritan seorang perempuan disusul suara tawa liar yang bergema dari gang-gang jalanan metropolitan yang runtuh. Mereka masih jauh, tapi jelas sedang menuju ke tempat Xabat bersaudara sedang nongkrong.

"Ben, mereka muncul. Ayo cepat!" Reynold meluncur menuruni tangga sambil melompat. Ini tahun kedua Reynold berpatroli di jalanan, dia sudah terbiasa menghadapi banyak vampir sekaligus.

Genderang perang bertabuh di jantung Ben Xabat saat pemuda itu menyusul kakaknya menuruni tangga. Di salah satu belokan, kakinya sampai tergelincir sedikit.

Saat perempuan malang yang dikejar vampir itu melewati pintu keluar gedung terbengkalai, Reynold sampai di lantai dasar. Dengan cepat ia melihat sosok-sosok berpakaian hitam melesat di dinding-dinding yang sudah berlumut dan dipenuhi tanaman merambat. Satu, dua, tiga ... banyak!

The Spectreswarms - Peternakan DarahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora