2.

77 5 0
                                    

Bel berbunyi, Rizky menghampiri Ara yang  telah bergegas meninggalkan kelas. Ara and the Geng akan kerumah Audy, jadwal mereka setiap hari Jum'at.

"Ra, pulang sekolah ini ada kegiatan gak?" tanya Rizky dengan sorot matanya yang lembut.

"Kenapa?" tanya Ara balik

"Gue minta temenin ke toko buku"

Ara terlihat berpikir, kemudian menghampiri kelima temannya yang sudah menunggunya. Ara meminta maaf karena tidak bisa ikut kerumah Audy. 

"Kenapa, Ra? Biasanya lo yang paling semangat? Ngebet minta lukisan!" celetuk Anin

"Ah, gue tau, lo mau pergi sama si anak baru, ya?" sambung Rere si biang gosip

"Iya, Rere si biang gosip" jawab Ara penuh penekanan pada kata gosip, "dia minta temenin nyari buku, Nin. Mau nolak sih, tapi Bu Mimi udah pesen buat bantuin dia. Ntar gue dibilang ketua kelas gak becus lagi" seketika raut Ara terlihat bete.

"Yaudah sih, Ra gapapa temenin aja. Masalah lukisan mah gampang," Audy terlihat menenangkan

"Ra bilangin sama Rizky, ya, maaf gue nggak bisa ikut. Lain kali aja." ucap Shilla pede

"Emang lo diajak?" Anin dan Rere sewot. Dan hanya tersisa muka Shilla yang ditekuk.

Ara hanya tersenyum geli melihat Shilla. Ara pun berpamitan dan menghampiri Rizky yang sejak tadi menunggunya. Mereka pun menuju parkiran dan melenggang pergi menuju toko buku terdekat.

****

Tawa-tawa semakin membuncah di rumah Audy. Ada-ada saja tingkah laku mereka yang membuat lainnya tertawa. Di sela-sela candaan mereka, Rere memulai gosip. 

"Kok gue ngerasa Rizky suka sama Ara, ya?" Merasa tak terima, Shilla menoyor kepala Rere. "Jangan gosip dong, Re!"

"Sakit tau, Shil" Rere mendengus membuat yang lain tertawa geli.

"Lagian lo rese', Re. Lo gak mandang perasaan gue!" ucap Shilla lebay.

"Yaelah Shil, gue kan cuma berpendapat doang kaliii!"  

"Udah Shil Re, mulai deh berantemnya," Acha bersuara "Mama Audy udah manggil, makanannya udah siap tuh."

Mendengar ucapan Acha, Shilla langsung berlari menuruni tangga. Ia tersenyum saat melihat makanan diatas meja, mulai dari pisang goreng, batagor, dan es campur. 

"Wah enak-enak pasti nih, Tan" puji Shilla.

"Iyadong Shil, Tante gitu. Gih dimakan, dihabisin ya Shil. Tante ke kamar dulu" Mama Audy meninggalkan.

"Siap, Tan!"

Sepeninggalan Mama Audy, Shilla langsung mencomot pisang goreng dan memasukkan es campur ke dalam mangkok. Ia makan dengan lahap hingga tak sadar teman-temannya mengamatinya.

"Ck ck," Anin geleng-geleng kepala "lo kalo udah makan lupa, ya?" 

"He he lo lo pada lama sih, kan gue laper tau! Lagipula Tante Rizka tadi bertitah harus dihabisin" ucapnya tanpa dosa.

"Eh temen-temen gue ada ide!" seru Anin bersemangat

****

Siang itu Gramedia cukup ramai akan anak-anak sekolah. Maklum saja, ini pergantian semester sehingga banyak dari mereka yang membeli buku. Ara dan Rizky berjalan bersisian menuju lantai 2 tempat penjualan buku-buku non-fiksi. 

"Jadi, lo mau beli semua buku, nih?" tanya Ara

"Iya, Ra. Buku dari sekolah lama tinggal di Bandung"

"Oh gitu. Disana tempatnya, Ky," mereka menuju rak-rak buku pelajaran. Ara mengambil semua buku yang diperlukan dan mendapati tidak ada buku Matematika. "Ky, stok buku Matematika nya abis, nih"

"Cuma itu doang yang gak ada?" tanya Rizky yang dibalas anggukan. 

Mereka kemudian berjalan menuju kasir. Setelah membayar, Rizky pun mengajak Ara untuk makan. Sebenarnya, Ara tidak mau berlama-lama bersama Rizky. Tapi perutnya yang keroncongan membuat ia menganggukkan kepala. 

****

Lomba makan yang mereka adakan selama 20 menit tadi menghasilkan seorang Anin sebagai pemenang. Meski hampir keduluan Shilla namun kecepatan Anin tidak terkalahkan. Sehingga Shilla hanya sebagai runner up. Sedangkan Rere, Acha, dan Audy masih tersisa beberapa potong lagi pisang goreng. Untuk masalah makan, mereka memang kurang gesit.  

"Gak nyangka Tante, Nin, sama kamu. Badan aja paling kecil, makannya cepet banget" Tante Rizka geleng-geleng kepala.

"Anin kan rada cacingan, Tan" Shilla nyeplos. Dengan hadiah cukup menarik, yakni ditraktir oleh semua peserta yang kalah, Shilla kesal tidak menang.

"Sirik aja lo, Shil. Gue energinya abis buat belajar, tau!" 

"Jadi, kita energinya gak abis buat belajar nih?" Acha menyahut dengan tampang devil

"He he gak gitu sih, Cha," Anin nyengir takut-takut. Ia merasakan hal yang tak enak berada disekitarnya. Keempat temannya tadi memasang muka senyum menyeringai. "Kok lo pada ngeliatin gue gitu sih?" Anin bersiap-siap lari. Dan terjadilah aksi aksi kejar-kejaran ala Radynin Reshilcha.

*****

Motor Rizky melaju menuju rumah makan Sederhana yang terletak tidak jauh dari Gramedia. Mereka pun memasuki rumah makan yang tak sesuai namanya itu. Pasalnya disana malah disajikan menu-menu mewah nan lezat. Ara mengambil rendang sebagai lauknya, karena itu salah satu makanan kesukaannya selain bakso. Selagi makan, Rizky memerhatikan arah intens. Ara merasa ada yang aneh dengan Rizky. Ia menjadi risih sendiri dengan perlakuan Rizky padanya.

"Lo kenapa sih, Ky?" Rizky hanya menjawab dengan senyum. Senyum yang melelehkan, tapi tidak untuk seorang Ara.

Senyum Rizky seketika pudar saat seseorang menghampiri mereka. Seragam sekolah yang berbeda dari seragam yang dikenakannya sekarang membuat Rizky bertanya-tanya. Ara yang menyadari kedatangan seseorang tersebut langsung membeku. Jantungnya langsung berdetak kencang melihat sesosok wajah itu. Namun rasa benci itu selalu muncul meski tak jarang ia justru rindu.  

"Del, apa kabar?" pertanyaan basa-basi ia lontarkan untuk seseorang yang saat ini ingin sekali dipeluknya. Namun ia merasa sosoknya sekarang hanya menjadi pihak ketiga.

"Lo Ari?" Ara mencoba menjawab sedatar mungkin. Ia tahu. Lebih dari tahu kalo itu adalah Ari. Ia hanya menjaga rasa rindu itu untuk tidak meronta-ronta.

"Lo gak amnesia, kan?" tanyanya sambil tersenyum manis. Manis sekali. 

"Kayaknya sih iya, Dit, sampe gue bener-bener lupa lo itu siapa" Ara menjawab sinis dengan mengucap nama panggilan spesial mereka berdua. Adel-Adit. 

"Gitu ya, Ra. Gue pulang duluan deh kalo gitu, salam buat Mama. Maaf belom bisa mampir hari ini" Ari mengelus puncak kepala Ara lalu berlalu meninggalkan. 

Ara masih terpaku melihat Ari yang melenggang pergi. Hatinya separuh mengikuti Ari namun separuhnya lagi berjuang untuk tetap tinggal di hatinya sendiri.








Radynin ReshilchaKde žijí příběhy. Začni objevovat