PART 4

12.2K 815 24
                                    

Aku sekarang sedang berguling-guling di atas kasur milik Emily, kakak Danny yang sekarang sudah pindah ikut suaminya.

Orang tua Danny sudah lama meninggal, jadi Danny tinggal sendirian di rumahnya ini.

"Kenapa perasaanku tidak enak, ya. Jadi tidak bisa tidur." Kataku, sambil mengubah posisiku dari menungging jadi terlentang lagi. Entah kenapa, malam ini aku merasa tidak nyaman.

Aku menghela napas, sepertinya perutku lapar. Biasanya aku selalu tidur setelah 3 menit berbaring di kasur.

Aku menuruni tangga, hendak mengambil makanan. Tadi Danny sudah membuatkan aku makanan, katanya untuk berjaga-jaga siapa tau aku kelaparan ditengah malam. Seperti sekarang ini.

Danny saat ini sedang tidak di rumah, dia pergi bekerja di sebuah bar sebagai seorang bartender.

Ukuran badanku dan Danny tidak begitu jauh, jadi aku bisa meminjam baju dan celana Danny. Aaah, kalau bajunya Mike aku pakai pasti kebesaran, badannya besar seperti kingkong begitu.

Eh... mikir apa aku?! Sialan, untuk apa pula aku pakai bajunya Mike? Tsk.

Aku menghangatkan masakan yang dibuat Danny, setelah cukup hangat aku mengambil sendok dan piring lalu duduk manis di depan televisi.

Baru suapan ketiga, gedoran di pintu depan membuatku tersedak. Kampret, aku lari ke dapur untuk menyelamatkan masa depanku. Aku minum air dengan rakus, mirip unta yang tidak minum setahun.

Brak brak brak!

"Siapa itu, ya? Menggedor pintu rumah orang seperti itu? Kalau maling, tidak mungkin. Masa maling gedor pintu keras-keras? Hantu? Ah, hantu mana minat gedor pintu kalau bisa menembus tembok," bisikku.

"NIKKI! KELUAR KAU! AKU TAU KAU ADA DI DALAM!"

Aku melongo mendengar suara teriakan itu. Holyshit! Itu kan suara Mike!

Aku berlari dan buru-buru membuka pintu rumah Danny. Untung saja rumah Danny ada di pinggiran kota, tetangganya cuma hutan dan pohon-pohon, jadi tidak ada yang protes. Rumah tetangga agak jauh, sih.

Ketika aku membuka pintu, wajah berantakan Mike yang pertama kali aku lihat. "Ya ampun Mike, kau habis main di hutan bagian mana, berantakan sekali?" Tanyaku.

Mike tidak menjawab, dia menatapku tajam sambil mengatur napasnya. "Oh, kau habis  lari ya kesini? Kok ngos-ngosan?" Aku tambah bingung, orang ini kenapa ditanya diam saja? "Tsk. Aku ini bertanya padamu! Aku tutup nih pintunya kalau kau tetap diam!"

Mike mencengkram lenganku, lalu menyeretku keluar dari rumah Danny. Untuk aku tadi pegangan handle pintu, jadi setidaknya aku sempat menutup pintunya. Semoga tidak ada hantu atau maling yang masuk.

Mike tetap bungkam, tapi dia tidak mengurangi cengkramannya dilenganku. Ugh, sakit.

"Mike, lenganku sakit, Mike. Lepaskan, aku bukan bayi yang harus digandeng!"

Mike menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadapku. Tangannya masih mencengkram lenganku.

Eh, mata Mike berubah kuning. Aduh, kenapa aku jadi takut begini. "Mike, nggg, anu, kita mau kemana ya?" Tanyaku takut-takut.

Hening. Biasanya aku paling takut hantu, tapi entah kenapa sekarang aku lebih takut pada Mike yang diam begini.

"Kau... kau tau apa yang sudah kau lakukan?" Katanya, amarah terdengar jelas dari tiap kata yang dia ucapkan.

Glek. Apa yang sudah kau lakukan, Nikki. Batinku.

"A-aku... aku tidak tahu?" Kataku ragu.

Ekspresi Mike makin dingin. Dia makin kuat mencengkeram lenganku. "Kau sudah menghancurkan rencanaku, semuanya! Seharusnya malam ini menjadi malam yang membahagiakan, tapi kau! Kau malah menghancurkannya! Semuanya!" Mike berteriak di depan wajahku. God, aku ingin menghilang saja saat ini...

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang