#25 : Watch Out

4.1K 415 12
                                    

Adam melangkahkan kaki menuju ke ruangan Harry. Sebenarnya, Adam sangat tidak berminat untuk ikut bergelut dalam bidang bisnis namun, di lain sisi, dia harus melakukan hal ini.

Langkah kaki Adam terhenti saat pintu ruangan Harry terbuka. Adam menahan nafas saat melihat sahabat kecilnya yang lain, Emily, tampak ke luar dari ruangan dengan raut wajah yang tak mengenakkan.

"Emily," gumam Adam dan Emily mendengar suara tersebut. Emily menoleh dan memicingkan matanya kepada Adam. "Apa?" tanya Emily galak. Adam terkekeh dan berjalan mendekat.

"Dipecat lagi, eh?" tanya Adam, sesampainya di hadapan Emily. Emily membuang wajahnya. "Bukan urusanmu. Aku menyesal sudah kembali dan mau terlibat dalam keluargamu yang luar biasa sialan itu. Aku bersumpah, aku tak akan mau melibatkan diriku lagi."

Adam melipat tangan di depan dada, mengangkat satu alisnya. "Aku tak pernah memintamu terlibat. Kau yang melibatkan diri." Adam berkata dengan sangat santai, membuat Emily membulatkan matanya emosi. Emily menunjuk Adam. "Kau, Harry dan semua Styles sialan yang ada di dunia ini, sungguh, aku tak mau terlibat dengan kalian lagi!"

"Katakan hal itu pada dirimu yang dulu, yang meminta jabatan padaku hanya untuk kembali bertemu dengan Harry," nada santai itu membuat emosi Emily semakin meningkat. Emily menurunkan tangannya yang tadi menunjuk Adam. Tangan itu mengepal. Sebelum dikuasai oleh emosinya, Emily berkata, "Selamat tinggal, keluarga sialan!"

Emily berjalan melewati Adam dan membuat Adam tertawa kecil. Sangat di sayangkan mengenai persahabatan mereka sewaktu kecil. Sekarang, sahabat-sahabat masa kecil itu saling berjauhan dan seakan tidak mengenal satu sama lain. Benar-benar sangat di sayangkan.

Adam menghela nafas dan meraih knop pintu ruangan Harry. Tanpa mengetuk pintu, Adam langsung membukanya dan mendapati Harry yang tengah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Adam berjalan mendekat. Langkah Adam terhenti saat dia mendengar suara Harry yang terdengar sangat sinis.

"Kupikir, orangtuamu mengajarkan sopan santun untuk tidak langsung memasuki ruangan seseorang, tanpa mengetuk dan mengucap salam."

Adam menatap Harry jengkel. Adam menarik kursi yang berhadapan dengan Harry sambil berkata, "Jangan lupa, sejak kemarin, aku juga CEO Styles Enterprise." Harry mengalihkan pandangannya dari laptop, ke Adam. "Bukankah sudah sangat jelas? Grandma mengatakan jika CEO utamanya adalah aku."

"Aku tak peduli. Yang jelas, aku juga CEO dan kau harus menghormati posisiku." Ujar Adam dengan sangat santai. Harry memutar bola matanya. "Mana ada CEO yang tidak tahu sopan santun sepertimu. Tingkahmu sama sekali tak mencerminkan jabatanmu."

"Kau pikir, tingkahmu mencerminkan jabatanmu selama ini?" Adam balik bertanya. Harry memicingkan matanya. "Aku sedang tidak mau cari ribut denganmu, Adam. Lebih baik kau enyah dari hadapanku."

Adam menyatukan alisnya sebelum menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang dia duduki. "Kau benar-benar ingin semua orang enyah dari pandanganmu, ya?" tanya Adam. Harry mengabaikan pemuda itu dan kembali fokus kepada layar laptopnya.

Adam bangkit dari kursi yang duduki. "Kuharap, kau tak merasa kehilangan sesampainya di rumah," Setelah itu, Adam melangkah ke luar dari ruangan Harry.

Setelah memastikan Adam sudah benar-benar ke luar, seringai muncul di bibir Harry.

*****

"Kenapa tidak ada satupun yang memberitahuku?!" Harry berkata dengan nada tinggi kepada semua anggota keluarganya saat mereka semua berkumpul untuk makan malam. Harry sempat menanyakan keberadaan Taylor dan sang Ibu berkata jika Taylor pergi ke Nashville.

Semuanya menatap ngeri ke arah Harry. Harry terlihat mengkhayati perannya saat ini sebagai suami yang ditinggal pergi istri tanpa pemberitahuan sama sekali. Harry bangkit berdiri dari kursi dan Anne segera meraih lengan putranya sebelum Harry melenggang pergi.

No Control 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora