向日葵 (Bunga Matahari)

1.5K 116 128
                                    

"Aduh, pantat aku udah mulai sakit banget nih," aku berdiri dari tempat dudukku di sebelah jendela sambil sedikit mengelus bagian belakang badanku.

"Sama, gue juga," Eka pun ikut berdiri untuk mengurangi rasa sakit dan pegal yang mengganggu. "Habis dari tadi macet gak selesai-selesai, kapan nyampenya nih kalo gini terus?"

Aku menghela nafas sekali sebagai tanda frustasi. Memang, macet yang berkepanjangan adalah hal yang wajar di musim liburan semester seperti ini. Namun, sudah lebih dari tiga jam sejak rombongan kelas X SMA Penebar Ilmu 1 keluar dari museum fosil dan geologi untuk menuju ke penginapan, dan bus yang dinaiki siswa kelas X-E hanya bergerak perlahan. Siapapun pasti stress dan pantatnya sakit karena kebanyakan duduk.

Hari ini adalah hari pertama study tour sepanjang tiga hari dua malam untuk siswa kelas X SMA Penebar Ilmu 1. Sudah menjadi tradisi di sekolah kami bahwa liburan semester ganjil adalah waktunya bagi anak-anak kelas X untuk berekreasi seangkatan, sementara anak-anak kelas XII akan menikmati rekreasi bersama saat liburan semester genap. Bisa dikatakan kedua tradisi tersebut adalah acara 'penyambutan' untuk kelas X dan salam 'perpisahan' untuk kelas XII.

Di lain pihak, siswa kelas XI justru tidak memiliki acara berwisata bersama seperti ini. Hal itu dikarenakan jabatan-jabatan OSIS dan ketua-ketua ekskul semuanya dipegang oleh anak kelas XI. Liburan semester ganjil adalah saatnya bagi mereka untuk mulai mempersiapkan festival sekolah, setengah dari waktu liburan mereka akan diisi oleh rapat.

"Seminggu kemarin lo ke mana aja, Za?" Eka kembali duduk setelah dia sudah merasa lebih baik.

"Hmmm, hampir gak ke mana-mana sih, di rumah aja baca buku sama nonton TV. Atau main game online buat bantuin Pao naikin level karakternya, itu juga di rumah," aku pun ikut kembali duduk sambil mengingat-ingat sejenak tentang apa lagi yang sudah kulakukan sepanjang pekan pertama liburan pertamaku sebagai siswa SMA. "Oh, hari Kamis kemarin aku juga pergi ke Grand Allon Mall sama Bimo buat main ice skating."

"Oh, gak sama temen-temen lo yang lain?" Eka bertanya dengan penasaran.

"Berdua aja, katanya Bimo lagi males pergi rame-rame," jawabku singkat.

"Oooo," Eka mengangguk mengerti. "Emangnya lo bisa skating? Kan susah."

Aku terkekeh kecil sebelum menjawab, "Bisa dibilang itu bakat alam. Pas kelas VII pertama kali dateng ke tempat ice skating sama ibu dan kakak aku, aku langsung ngeluncur tanpa hambatan, gak jatoh sama sekali."

"Serius lo?" mata Eka melebar kagum mendengar ceritaku barusan, yang kubalas dengan anggukan dan senyuman."Waw, elo udah bisa gerakan apa aja?"

"Lumayan banyak kok gerakan yang aku bisa, dan lumayan halus juga gerakannya. Standar aja sih, aku kan ngelakuinnya cuma buat seneng-seneng aja. Tapi lumayanlah buat pamer, hehehe," aku kembali tertawa geli mengingat kejadian Kamis kemarin. "Si Bimo sampe kesel ngeliat aku udah lancar gitu. Itu pertama kalinya dia nyoba ice skating. Dia pikir bakalan gampang, ternyata nggak. Dia ngerasa tengsin karena dia yang ngajak pergi, tapi dianya yang justru gak bisa main sama sekali."

"Eh, Bimo sama sekali gak bisa skating?" Eka bertanya kaget.

"Tadinya gak bisa, jatoh terus kerjaannya. Tapi udah aku ajarin kok, aku pegangin tangannya, aku tuntun pelan-pelan ngelilingin rink. Sekarang dia udah bisa ngeluncur tanpa jatoh." Aku memandang Eka dengan penasaran, "Emang kenapa? Kayaknya kamu kaget banget denger Bimo gak bisa ice skating."

"Ya kaget lah, dia kan Mr Perfect. Gak nyangka aja gitu ada sesuatu yang dia sama sekali gak bisa. Kesannya cute, hehehe, gak se-cute Eri sih pastinya," Eka terkikik bahagia sambil mengeluarkan handphone. "Gue harus lapor Vida nih."

Firefly and ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang