Part 3 - Insecure

11.4K 668 15
                                    

"Keyraaaaaa...." Aku menundukkan wajahku semakin dalam. Astaga, selalu seperti ini kalau aku mengajak Kania bertemu di ruang publik. Teriakannya selalu membuatku sukses menjadi pusat perhatian.

Kania duduk di depanku dengan senyum sejuta wattnya dan dengan lancangnya menyeruput habis jus stoberiku. "Haus gila! Panas banget Key di luar." Ucap Kania sembari mengeluarkan kipas dari dalam tasnya.

Aku mengangkat tanganku dan memanggil pelayan untuk kembali memesan makanan dan minumanku yang sudah di jarah habis oleh Kania

"Choco cheese, lasagna, air es dan es jeruk nipis." Ucapku langsung. "Kamu apa, Kan?"

Kania melihatku tanpa berkedip. "Lagi balas dendam atau bagaimana, Key? Itu terlalu banyak. DIET!"

"Ngga peduli." Ucapku acuh.

Kania hanya menggelengkan kepalanya. "Salad buah dan jus stoberi ya mba. Jangan pake lama!" Pelayan itu membacakan kembali pesanan kami sebelum pergi.

"Jadi, apa kabar mas gantengmu itu, Key?" tanya Kania merujuk pada Kendra. Sudah dari dua tahun yang lalu Kania menunjukkan ketertarikannya pada Kendra tapi entah kenapa, tanggapan Kendra hanya begitu saja. Tidak ada tanggapan a la playboy yang biasa dia lancarkan pada wanita-wanita baju kurang bahan itu.

"Baik."

"Dan?"

"Tidak ada 'dan' Kania."

"Apa kamu ngga ada rasa 'naksir' atau apa gitu, Key? Dia ganteng dan kaya loh, Key. Mana dia perhatian banget sama kamu. Bikin iri." Erangnya yang mengundang kernyitan jijik dariku.

"Aku ajak kamu ketemu bukan buat bahas dia ya, Kan. Aku kesini mau minta tolong kamu."

Kania mengangguk-angguk dan menyeruput minuman dan makanan kami yang baru saja datang. "Minta tolong apa?"

"Kamu dokter kandungan, kan?" Kania mengangguk sembari memakan saladnya. "Tau bank sperma yang gampang akses dimana untuk wanita single?"

"State lebih bebas dari Singapore, Key. Kenapa memangnya?"

Aku tersenyum sumringah. "Kalau aku ikut program bayi tabung gimana menurutmu?"

Kania membuka mulutnya lebar lalu menggeleng-geleng tidak setuju. "Ngga! Aku ngga bakalan ijinin kamu, Key! Astaga, kalau mau punya anak ya tinggal nikah, Key!"

Aku menggeleng tidak setuju. "Tapi aku ngga mau nikah, Kan."

"Ya ngga mau nikah berarti ngga punya anak. Atau kamu bisa adopt anak dari panti asuhan."

"Aku ingin anak kandung."

"Ya nikah!" ucapnya final. "Aku bantuin cari calonnya deh."

Aku menghela napas pasrah. Tetap saja sama. Tidak ada yang mendukung rencanaku sama sekali. Sebenarnya apa yang salah dari rencanaku? Oh tentu saja karena pandangan agama dan pandangan publik.

"Kamu tahu Mas Kalva? Kakak angkatan kita yang sekarang jadi dokter bedah terkenal itu? Kamu mau ngga sama dia?"

Mataku membulat penuh. Aku jelas tahu siapa Kalva Handaru. Lelaki super tampan dan super cerdas yang sampai kapanpun hanya bisa mampir dalam mimpiku tanpa bisa aku gapai dalam alam nyata. Beda kasta, itu yang selalu tertanam dalam otakku. Dia yang wow dan aku yang biasa saja. Berbeda dengan Kania yang cerdas walau terbalut dengan sikapnya yang slengean.

"Tau lah. Siapa yang ngga tau dia sie?"

Kania mengangguk-angguk. "Aku praktek satu rumah sakit dengannya, dan beberapa hari yang lalu dia selalu tanya tentangmu, Key. Tanda kali yah, dia naksir kamu?"

12 o'clockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang