16. Gairah Terlarang

2.4K 51 5
                                    

Aku merapat lebih mendekat berbaring di samping Janter, dan harum tubuhnya langsung terasa, tubuh atletis yang menggairahkan itu seakan akan menunggu untuk dijamah. Bulu-bulu halus dan agak ikal di bawah pusarnya tumbuh dengan rapi membentuk satu garis sebesar telunjuk dan makin menyebar di arah garis pangkal pahanya menghilang tertutup celana dalam putih yang dipakainya. Aku mainkan jari tanganku menelusuri perutnya yang begitu padat, memainkan bulunya terasa menggelitik kulit ujung jariku. Aku merasakan bulu-bulu halus di seluruh tubuhku berdiri, betapa menggiurkan, sementara itu Janter seperti tidak menyadari apa-apa dan masih terpejam, aku memiringkan tubuhku agar lebih memudahkan untuk menjelajahi setiap lekuk yang menonjol maupun yang tersembunyi pada dirinya.

Ku usap dengan lembut dengan telapak tangan bagian luar celana dalam putih pada bagian yang menggunung, terasa kenyal, jantungku makin berdegup hebat, Janter menggeliat sedikit, membuat aku kaget dan menghentikan usapan dan hendak mengangkat tanganku dari tonggak yang tersembunyi dibalik kain linen tipis. Namun tiba-tiba sebuah tangan yang hangat dengan refleks menangkap pergelangan tanganku hingga tak bisa aku singkirkan. Astaga janter belum tidur. Aku hendak berangkat dan menengadah melihat wajah Janter, Matanya tidak lagi terpejam namun tatapan tajam menyorot aku, ada yang lain aku lihat dari sinar matanya, bukan rasa marah atau keberatan, namun lebih mirip dengan tatapan meminta lebih.

Aku kurang yakin dan hendak berdiri, namun tangan kiri Janter langsung merangkul punggungku dan menarik tubuhku agar lebih mendekat pada dirinya. Terasa sekali tubuhnya mejadi lebih hangat serta dadanya yang menempel dipipiku ikut berdegup seirama dengan degup jantungku. Aku telah mendapatkan izin walau tanpa kata-kata, namun mata lebih banyak menjelaskan apa yang diinginkan oleh Janter. aku tahu apa yang aku rasakan ini tidak ada hubungan dengan minuman alkohol yang tadi aku tenggak, Semua murni dari naluri dan hati.

Telapak tangan kasar janter menyelusup dari balik baju kaus dan menempel dikulit punggungku, terasa agak kasar dan hangat. Aku mainkan puting yang keras dan telah mengacung tepat di depan mata dengan lidah, lalu mengulum dengan lembut membasahinya. Bagaikan lidah ular menari-nari di ujung puting kecoklatan menggelitik dan mencucup, bagaikan ada yang mengajari dari dalam tubuhku, Janter meremas rambutku, mendorong kepalaku hingga menekan putingnya menempel dibibirku. Ku gigit kecil dan Janter menggeliat hebat, tangan kananku menyelusup kebalik celana dalamnya, benda keras dan panas terasa berdenyut dalam genggaman tanganku. Bulu bulu tebal yang tumbuh di sekeliling kejantanannya menggelitik punggung tanganku, begitu kasar dan lebat. Baru sekali ini aku menggenggam penis laki-laki dan rasanya benar benar nikmat tak bisa diungkap dengan kata kata.

Aku naik turunkan tanganku memainkan kejantanan yang sebesar pergelangan tangan anak-anak itu sementara lidahku menelusuri perutnya dan menjilat semua bagian ototnya yang keras tanpa ada yang terlewati.
Janter semakin menggelinjang kenikmatan. Berkali kali dengusan aneh dari hidungnya menerpa rambutku dan tubuhnya bergetaran, semakin mempererat pelukan tangannya pada tubuhku. Aku turunkan celana dalamnya hingga kelutut, kemudian aku turunkan lagi hingga kekakinya, aku loloskan dan lempar ke lantai. Sempurnalah sudah tubuh telanjang Janter berbaring terkangkang di hadapanku, penis yang ketat mengacung keatas dihiasi dua bola cokelat kemerahan disemaki bulu bulu ikal kasar yang teratur di sekelilingnya. Suatu pemandangan yang membangkitkan birahi, hingga rasanya ingin aku menelan benda itu, merasakan didalam mulutku batang panas yang keras, bagaimana rasanya bila tekstur nya aku rasakan di lidah, Berkali-kali aku menelan ludah hingga jakunku turun naik, Aku pandangi wajah Janter meminta persetujuan, ia mengangguk dengan mata yang redup menahan nafsu, aku merunduk ke arah selangkangannya, siap untuk melumat batang keras di tengah tengahnya. Janter melebarkan pahanya agar memudahkan aku untuk memainkan kejantanannya..
Aku mendekat kan wajahku tepat ke tonggak yang mengacung dan berdenyut denyut itu, tercium aroma yang khas tapi tidak bau, seperti keringat yang maskulin berpadu dengan harum sabun mandi, ku pegang penis yang tertutup kulit itu dan ku turunkan kulitnya hingga kepala yang berbentuk jamur berwarna merah jambu dan licin itu menyeruak, cairan bening kental membasahi lubang kecil di ujungnya. Kepala bundar dengan tepi sedikit melebar dan membentuk lingkaran sedikit menaik pada bagian tengah dan putus dibagian bawah menyambung dengan urat yang menonjol pada bagian bawah batang tepat pada garis lubang kencingnya yang membentuk garis pendek. Janter membuka mata lebar lebar menunggu aku melanjutkan.

Biarkan Aku MemilihWhere stories live. Discover now