Bab 8 : Mother Nature

3.3K 166 20
                                    

Bab VIII : Mother Nature
--------------------------
Beberapa menit yang lalu, tepat sebelum pertarungan pertama dimulai, di dalam bilik kamar Raisa, suasana masih cukup tenang, nenek Fox dan nenek Yan sudah tertidur di sebuah sofa, sedangkan ANNA, Drakula yang menyamar sebagai Rachel terdengar sedang menyanyikan sebuah lagu tidur. Disaat itu, terlihat seorang pria bertubuh tegap dengan rambut putih mengkilap dan wajah yang pucat memasuki ruangan memakai tuxedo berwarna hitam lengkap dengan kerah renda itu, terlihat seperti orang-orang dari masa lampau, ia kemudian mengambil dua buah pisau dari sakunya, satu di tangan kiri dan satu di tangan kanan lalu berjalan mendekati kedua nenek itu.
Dengan tatapan penuh dendam, ia kemudian mengangkat tinggi-tinggi kedua pisau itu hendak menancapkan ke jantung kedua nenek yang masih terlelap. Dan blassssshhhhhhhhh..........
Darah merah segar mencuat diantara mereka.
"Apa?" Teriak ANNA tidak percaya yang membuat ia mengakhiri nyanyian merdunya itu

Ternyata ANNA tengah menyaksikan THOMAS, drakula yang ingin membunuh kedua nenek tua itu, diterjang oleh ranting-ranting berduri yang keluar dari tangan Fox.
"Kau!" Seru THOMAS geram, Fox membuka matanya dan menambahkan sebuah senyuman tepat di wajah THOMAS
"Bagaimana bisa kalian tidak tertidur mendengar nyanyianku?" Tambah ANNA yang sekarang sudah berdiri tidak jauh dari ketiga orang itu
"Sepertinya kau masih belum tahu tentang kekuatanku, ANNA!" Tambah Yan yang juga telah membuka mata, melirik ke arah ANNA

Ggrrrrrrrrreeeeeeeggggggggggggggggg.............. bunyi gesekan sebuah tembok besi besar yang muncul dari bawah tanah, memisahkan ANNA dan Yan juga THOMAS dan Fox. Bilik Raisa yang berukuran 10x10 meter itu terbagi dua, membagi kedua sofa yang tepat berada di tengah, membuat Fox dan Yan terbangun dari sofa itu dan terlihat gelisah.

Di tempat pertama, tempat tak berpintu dan berjendela, dimana terlihat Fox dan THOMAS,
"THOMAS!" Seru Fox sembari menatap tajam kedua mata THOMAS yang rupanya telah lolos dari jeratan ranting-ranting berduri itu
"Kenapa kau terlihat begitu terkejut, Fox?"
"Kau sudah mati sebelumnya, THOMAS!"
"Apa kau yakin sudah benar-benar membunuhku? Kau pikir aku akan mati semudah itu di tanganmu?" Balas THOMAS yang mulai meninggikan suaranya

"Kau masih seperti dulu, THOMAS!" Timpal Fox
"Dan kau juga masih suka bermimipi seperti dulu, Fox!" Balasnya dan blaaaasssh, ranting-ranting dari sebuah bunga mawar merah yang sedang dipegang Fox, memanjang mendorong THOMAS, menyudutkannya di tembok besi besar itu....
Fllllluuuuuuusssssssshhhhhhh..... THOMAS bergegas memegang tembok tadi dan seketika sebagian tembok itu berubah menjadi debu, THOMAS pun langsung lolos dari cengkraman ranting tadi.
"Huh, kau pikir mana yang lebih banyak di ruangan ini, pohon-pohonmu atau benda-benda mati?" Tambah THOMAS
bbrrrruuukkkkkkk, satu sentakan dari telapak kaki kanan THOMAS langsung mengubah lantai di sekitar pijakannya itu menjadi pasir hisap.

Sekejap semua benda yang berada di sana terhisap ke dalam pasir hisap, tak terkecuali Fox, setengah kaki renta itu telah terhisap, masuk ke dalam pasir hisap tadi. Fox hanya menambahkan senyuman di wajah hitamnya yang manis.
"Apa!" Seru THOMAS yang terlihat begitu terkejut
"48 tahun yang lalu, apakah kau masih mengingatnya dengan jelas? Kaulah yang telah menghancurkan semua mimpiku! Mimpi kita berdua!" Balas Fox yang kini sudah terhisap sampai ke pinggangnya

48 tahun yang lalu, di Villa deViel, tepatnya 100 hari sebelum salju pertama turun. Di sebuah rumah beratapkan kaca bernama Flower Power, terlihat seorang gadis berkulit hitam, berusia sekitar 19 tahun yang sedang menanam beberapa bibit bunga disana.
Tukk... tuukkk.... tuuukkkkkk...... bunyi ketukan pintu rumah itu.
"Siapa?" Balas gadis tadi yang langsung membuka pintu
"Ah aku THOMAS, aku sedang mencari sebuah bunga mawar berwarna merah untuk acara pemakaman kedua orang tuaku!" Jawab THOMAS, seorang pria patuh baya yang terlihat sangat kekar dan berperawakan menarik
"Masuklah, aku akan mencari beberapa tangkai mawar merah untukmu!" Lanjut gadis berkulit hitam itu
"Apakah kau tinggal sendirian disini?" Tanya THOMAS penasaran
"Aku tidak tinggal disini, aku hanya bekerja di tempat ini!" Jawabnya yang masih mengumpulkan beberapa tangkai mawar merah terang, yang terlihat seperti darah segar
"Lalu dimana kau tinggal?" Lanjut THOMAS
"Tidak jauh dari tempat ini, aku tinggal di sebuah kontrakan kecil di ujung gang ini." Jawabnya lagi
"Siapa namamu?" Tanya THOMAS lagi
"Namaku Fox, senang bisa berkenalan, ini bungamu!" Lanjut Fox yang langsung memberikan beberapa tangkai bunga mawar merah
"Terima kasih Fox, berapa yang harus ku bayar?" Seraya merogoh sakunya
"Ah tidak perlu, ini kuberikan secara gratis untukmu, aku turut berduka atas kematian kedua orang tuamu!" Lanjut Fox sambil menebarkan sebuah senyuman
"Terima kasih Fox. Ah iya apakah kau punya waktu besok?"
"Besok?" Pikirnya sejenak
"Aku masih harus menanam beberapa bibit lagi, mungkin baru selesai jam 5 sore, apakah kau bisa menungguku?" Lanjut Fox
"Tentu saja Fox, terima kasih sudah menerima tawaranku!" Jawab THOMAS yang menambahkan senyum yang begitu menawan
"Hari sudah semakin gelap, aku masih harus menyelesaikan beberapa ritual pemakaman kedua orang tuaku, terima kasih untuk bunganya!" Tambah THOMAS seraya berpamit pulang
Fox melemparkan senyumannya yang begitu manis tepat ke wajah THOMAS yang perlahan-lahan mulai meninggalkannya, hatinya kini begitu berbunga-bunga, seolah telah menemukan sesuatu yang benar-benar diidamkannya.

My Object is Dracula (BoyXBoy) ●2 BAB TERAKHIR●Where stories live. Discover now