Chapter 3 - Fall Into You

120 11 0
                                    

WARNING! TYPO IN EVERYWHERE.

... LET ME UNDERSTAND ...

Angel termenung. Ia tak pernah sedemikian beratnya memikirkan seorang pria. Selama hidupnya, ia hanya menganggap pria sekedar teman yang saling membatu atau bahasa kerennya partner. Sudah beberapa kali Dhea menegur Angel untuk tidak melamun dan memikirakan apapun itu yang dapat memberatkan pikiran—Angel tidak memberitahu apa yang ia pikirkan.

Pagi tadi. Pertengkaran. Tamparan. Mata hitam kelam. Yang rapuh.

5 kalimat tersebut seolah adalah kata kunci dari pemikiran Angel, bahkan sejak kedatangan Dhea siang tadi hingga kepulangan Dhea setelah makan malam tak membuat pikiran Angel pergi dari pertengkaran pagi tadi, terlebih pria itu Christofer Devan Georgeo, Chris.

Bahkan namanya saja sudah menggambarkan betapa dinginnya sosok si pemilik. Ia masih ingat betapa mata itu menatap tajam kearahnya. Hitam kelam yang dominan dan abu- abu yang terkesan resesif membuat pola melingkar di sekitar retina lelaki itu—tatapan tajam itu, seakan berusaha keras menutupi kerapuhan disana.

Angel mengakui bahwa pria tadi sangatlah tampan dan tinggi bak model bergaji tebal yang sering ia lihat di majalah- majalah namun akan semakin tampan jika senyuman terpasang di wajah tegasnya, apa lelaki itu tidak pernah diajari cara tersenyum oleh kedua orang tuanya?

Ngomong- ngomong tentang orang tuanya, ia jadi teringat ibu tiri Chris yang tak lain Nyonya Georgeo yang sempat menamparnya dengan keras tadi pagi. Ia jadi merasa kekanakan dan tolol saat teringat pertengkaran tadi pagi.

Mengapa ia begitu bodohnya meluncurkan kalimat- kalimat tak sopan ke arah Nyonya Georga alih- alih karena ingin membela pegawai Lucas yang malang?

Seandainya ia langsung saja mengatakan maaf kepada Nyonya Georgeo atas ucapan pegawai Lucas dan tidak malah sok jadi pahlawan. Seandainya, ya seandainya...

Kembali ia menghela nafasnya dengan pelan, lalu ia sekilas ia mendengar getaran hp yang bersumber di nakas samping tempat tidur, dengan malas kaki jenjangnya beranjak dari sofa dekat jendela kamar berjalan ke arah hpnya yang berkedip- kedip.

Nama Dhea tertera disana, jari lentiknya mengusap gambar gagang telfon berwarna hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga kananya

"god! Angel kukira kau pingsan! Sejak tadi aku menelfonmu tapi kau tak menjawabnya, aku yakin sejak tadi kau sibuk melamun dan menghela nafaskan? Hey, apa yang sedang kau pikirkan? Tidak biasanya kau seperti ini Angelina sayang" rentetan pertanyaan berkumandang ke telinga Angel, Dhea memang sangat protective padanya, ia tak yakin akan menceritakan semua kejadian tadi pagi ke Dhea.

"Tidak apa- apa Dhea, mungkin aku hanya kepikiran Kak Billy yang besok akan menikah dan dengan siapa aku harus mencari bahu setelah ini" alasan konyol yang tak masuk akal meluncur dengan indahnya yanga mana ajaibnya Dhea terdengar percaya saja dengan alasan yang Angel buat

"kau bisa meminjam bahuku" ujar Dhea dengan nada humor yang mau tak mau membuat Angel tersenyum, ini senyuman pertamanya sejak ia pulang dari Guardiano.

"tidak terima kasih, mungkin aku akan meminjam bahu Lucas saja" Dhea terkekeh diujung sana, lagi- lagi membuat Angel tersenyum lebih lebar

"aku tak yakin ia akan membagi bahunya untukmu jika sekarang dan kedepan bahunya hanya untuk kekasih bengkelnya"

Angel dibuat tertawa oleh Dhea hanya karena lelucon kuno tentang Lucas dan kekasih prianya yang sedang berkerja di sebuah bengkel motor terkenal dikota tersebut, "Ohya Dhea, jangan lupa pakai dress terbaikmu besok. Aku masih heran kenapa kau menolak memesan gaun buatan Lucas" ujar Angel tersadar penuh jika besok sepupunya sudah akan beristri dan ia belum siap mental jika akan bertemu Chris setelah semua kejadian tadi pagi.

Let Me UnderstandWhere stories live. Discover now