G O L D E N ✔️

[extra]

a/n: hanya sedikit words tentang Glory.

***

Glory memandang kagum dua sejoli sedang mengucapkan kalimat sakral di altar pernikahan. Glory, yang mengenakan dress sesuai gaun Gladys, tak bisa mengungkapkan kalimat apa yang cocok untuk semua pemandangan ini.

"Mommy, Oli ebat 'kan, awa Adish nuk Daddy," tukas Glory berada di sudut ruangan, karena tadi pergi ke toilet sebentar ditemani Agnes telah hilang entah ke mana. "Ama pelti letter Mommy Lea nuk Oli, 'kan?"

Pandangan Glory naik ke atas, melihat sosok transparan bergaun putih tersenyum pucat kepada Glory lantas mengangguk.

"Mommy Lea ti-ti di cana." Tak ada rasa takut bagi Glory memandang Reanna, ibu kandung Glory, seraya melambaikan tangannya. "Thanks tu letter, Mommy Lea."

Sebenarnya pandangan Glory terasa kosong seketika menatap dinding tanpa sesosok manusia di sekitarnya. Glory, mengucek mata sembari menghapus air mata tatkala tak kuasa menahan haru akibat tak mengingat wajah Reanna.

Dalam sekeranjang bunga di dalamnya ada sepucuk surat usang, mungkin kusut akibat tangisan Glory atau seseorang membantu Glory untuk membantu membaca. Usia Glory waktu itu usia yang cukup belum bisa membaca secara lancar.

Glory meraih sepucuk surat itu lantas menciumnya kemudian mengggenggamnya seakan surat itu tak berguna buat disimpan. Glory membuangnya ke tempat sampah terdekat, lalu berhambur ke pelukan Edward telah memanggilnya berkali-kali.

Sepucuk surat itu teredam oleh sebagian sampah-sampah baru. Tertulis penuh penghayatan tulisan sangat bermakna bagi Glory.

Untuk Glory tersayang,

Mommy Rea tidak bisa selamanya di sisimu. Itulah mengapa Mommy Rea menulis surat untukmu. Setelah usiamu dua tahun lebih, Mommy memohon padamu mencarikan isteri untuk Daddy Edward supaya Glory punya Mommy baru.

Ini pesan terakhir Mommy Lea. Ketika sudah tercapai, buanglah surat ini dan jangan balik ke belakang, Sayang.

Mommy mencintaimu,

Reanna Golden.

End
-----
[Lanjutkan di Golden Sky]

***

29 September 2015