PART 10 BIBI SAMANTHA

528 37 2
                                    

pict : Damian

Maaf ya updateannya kurang seru kali ini dan dikit. Setelah ini akan lebih seru :)

Sudah satu minggu sejak peristiwa supermarket itu, baik Nala maupun Damian berusaha untuk menghindar satu sama lain.

Lebih tepatnya Nala yang berusaha untuk menyibukan dirinya dengan berbagai kegiatan untuk menghindari perdebatan dengan pria itu. Ia lebih banyak mengalah dan menghabiskan waktunya bersama Kate sewaktu di butik atau berkomunikasi dengan Dave setelah pulang bekerja, daripada daripada ia harus berurusan dengan Damian.

Sedangkan Dave, sudah satu minggu ia berada di Paris, mengurus bisnisnya di sana. Dave berjanji akan segera kembali untuk menemuinya. Paling cepat satu hingga dua minggu. Waktu yang tidak sebentar jika dihabiskan di penthouse ini. Apalagi dengan pria menyebalkan seperti Damian ! huuuh !

Hingga kini ia masih belum mengerti bagaimana watak Damian. Dia sempat mengatakan, menggunakan kemeja kerja untuk berbelanja ke supermarket adalah hal yang sangat memalukan ! Memang apa salahnya ? Bukankah dia yang membelikan semua kemeja itu untuk dipakai ? Lalu apa masalahnya ? Dia bahkan belum memperbolehkannya pulang walaupun hanya sekedar mengambil baju di rumah.

Lebih membingungkannya lagi, keesokan harinya, pria itu membelikan segala sesuatu yang Nala butuhkan. Seperti pakaian wanita, celana, dress, yaa .. lingerie termasuk, make up, jam tangan, aksesoris, sepatu, tas hingga walking closet Nala penuh ! Nala menduga ia membeli semua baju di mall kemudian memindahkannya ke kamarnya.

Nala memang menyukai semua barang yang diberikan oleh Damian. Dua kata yang pas untuk mengungkapkannya. Mahal dan berlebihan ! Entahlah tapi semua itu tidak membuatku merasa bahagia.

Sementara Damian, seminggu ini, ia hanya memperhatikan Nala. Memperhatikan apa yang dilakukannya, memperhatikan aktifitasnya. Tetapi ia juga merasa kesal setiap melihat wajah wanita itu. Entah alasan apa, ia sendiri tidak mengetahuinya. Ia hanya merasa wanita itu secara sengaja sedang menghindarinya.

Pagi ini adalah jadwal off Nala, tepat di hari Kamis. Ia segera membuat sarapan. Sudah kebiasaannya bangun pagi membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan juga untuk Damian. Sebenarnya ia hanya melebihkan porsinya karena ia juga tidak enak jika tidak menawari Damian. Pria itu nyatanya selalu sarapan bersamanya. Hampir setiap pagi dan tentu saja seperti biasa, ia tidak mengucapkan sepatah katapun selama sarapan. Damian hanya menghabiskan makanannya kemudian pergi ke kantornya.

Ketika Nala melangkah kan kakinya ke dapur, ia memperhatikan ada seorang wanita paruh baya yang tampak sedang memasak. Sebelum sempat Nala menyapanya, wanita itu lebih dulu menyadari kehadiran Nala.

"Itu pasti dirimu sayang" ujar wanita itu sambil tersenyum ramah. "Kemarilah, aku akan membuatkan mu sarapan."

Nala masih dengan tatapan bingung duduk di kursi makan, "Kau mengenalku ?"

"Tentu saja. Baiklah aku akan memperkenalkan diriku. Samantha. Kau boleh memanggilku bibi Sam," wanita itu mengulurkan tangannya kepada Nala.

Nala antusias menyambut tangan wanita itu. "Aku ingin sekali bertemu dirimu. Damian mengatakan kau yang telah menemani grandma ku. Bagaimana keadaannya? Apa dia baik baik saja ? Kau tau, aku sangat merindukannya."

"Grandmamu baik baik saja sayang. Dia seperti ibuku," ujar bibi Samantha sambil mengambilkan Nala sarapan.

"Terima kasih bibi telah menemani Grandma ku. Aku ingin sekali pulang ke rumah. Hanya saja aku takut Grandma akan bertanya tanya dan aku belum tahu harus mengatakan apa. Aku belum mempunyai alasan yang tepat untuk meminta izin padanya dan apalagi jika ia bertanya mengapa aku tidak pulang. Tidak mungkin aku mengatakan padanya aku tinggal serumah dengan Damian. Apa dia sudah mengetahui semuanya? Ah ya pasti Grandma sudah mengetahuinya, dia pasti menanyakan pada bibi bukan bagaimana bibi bisa tibatiba datang," tanya Nala. Ia bertanya dan menjawab pertanyaan nya sendiri. Membuat Bibi Samantha mengerutkan keningnya sambil tersenyum melihat tingkah laku Nala.

"Kau harus mengunjunginya. Ia sudah mengetahui semuanya Nala." mata Nala membulat sempurna mendengar jawaban Bibi Samantha. "Mr Corbyn sudah meminta izin pada Grandma mu. Jadi kau tidak perlu khawatir, Grandmamu tidak akan menanyakan apa apa padamu. Hmm dia hanya merindukanmu, nak"

Melihat Nala terkejut, bibi Samantha justru tampak berfikir. "Apa Mr Corbyn tidak menceritakannya kepadamu?" tanya bibi Samantha hati hati. Nala hanya menggeleng.

Wanita setengah baya itu tertawa, "Makanlah sambil aku menceritakannya kepadamu. Waktu itu Mr Corbyn mengantarku ke rumah Grandma mu, dia datang menemuinya bersamaku. Mr Corbyn meminta ijin dan menjelaskan semuanya pada Grandmamu. Aku tidak mendengar lebih jelasnya apa yang dikatakannya, karena saat itu Mr Corbin meminta ku untuk meninggalkan mereka berdua berbicara. Hanya saja setelah itu, Grandmamu memberikan mu izin tinggal disini bersamanya."

"Damian menemui Grandma?" Nala tidak percaya. Membayangkan apa yang telah dikatakan pria itu pada Grandmanya, sehingga ia sampai mengizinkan dirinya tinggal bersama seorang pria. "Damian pasti berbakat menghipnotis orang. Huh aku hanya memikirkan bagaimana jika Grandma mencemaskanku."

"Tampaknya Grandmamu itu tidak mencemaskanmu sayang. Dia sepertinya menyukai Mr Corbyn. Beberapa hari setelah itu, Grandmamu sempat mengatakan Damian pria yang baik dan dia menyukainya. Jika kau tidak menemukan pria sebaik kekasihmu, dia akan sangat senang jika kau bersama Mr Corbyn. Apa kau sudah memiliki kekasih Nala?" tanya Bibi Samantha lembut.

Nala mengangguk dan tersenyum, kemudian ia menghela nafas, "Grandma telah salah menilai Damian. Dia begitu menyebalkan dan sangat tidak jelas. Aku tidak tahu apa yang dikatakannya. Bisa saja ia mengatakan hal hal yang aneh sehingga Grandmaku mempercayai kebohongannya."

Bibi Samantha menggeleng ,"Mr Corbyn sebenarnya adalah pria yang baik. Aku sudah mengenalnya sejak ia masih kecil. Dibalik sikapnya yang keras, dia sebenarnya baik. Dan ia belum pernah melakukan ini sebelumnya."

"Maksut bibi ?"

"Apa kalian sedang bergosip?" tiba tiba Damian datang. Ia menarik kursi persis di sebelah Nala. Hei kenapa dia tidak duduk di kursi yang biasa didudukinya. Nala menatapnya, pria itu tampak acuh sambil mengambil sarapan untuk dirinya.

"Ya aku sedang menggosipkan dirimu!" ujar Nala ketus.

"Selamat pagi, Sir." Bibi Samantha tersenyum melihat keduanya dan berjalan meninggalkan dapur.

Damian hanya menggangguk membalas sapaan dari Bibi Samantha. "Benarkah? Sepertinya fans ku bertambah dua orang pagi ini." Damian menoleh melihat wajah Nala yang terlihat kesal. Wanita ini berani sekali melawanku! Apa dia tidak takut padaku ?

"Anda terlalu percaya diri. Kita adalah hatersmu."

"Baiklah Nala, aku akan pergi ke Australia lusa," Damian belum selesai berbicara Nala sudah memotong nya.

"Lalu apa urusannya denganku?"

"Apa kau akan selalu memotong pembicaraanku?" suara Damian terlihat datar. Ia menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Nala.

"Kau akan pergi kesana pun, tidak ada hubungannya denganku bukan?" Nala dengan kesal menyuapkan sepotong apel ke mulutny dengan asal.

"Tentu sana ini ada hubungannya denganmu. Kau akan ikut denganku."

MINEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora