Goodbye and See You Again 2

691 46 0
                                    

Hei Len-kun, apa kau tahu? Aku selalu merasa beruntung telah memilikimu, sebagai saudaraku..., sebagai temanku..., sahabat yang akan selalu ada dalam suka dan dukaku..., dan... sebagai... puzzle pelengkap hidupku!

Hei Len-kun, aku sangat bahagia. Jadi, jangan khawatir lagi, nee, Len-kun. Arigatou nee, otanjoubi omedetou, Len-kun!!!

Ini hadiah dariku, semoga bermanfaat bagimu! Sebuah binder dan diary!!! Aku tahu, kau tak suka mengatakan hal-hal yang mengganggumu, hal yang membuatmu khawatir, baik kepadaku ataupun orang lain. Maka dari itu, aku membelikan ini untukmu. Kata Kaito-niisan dan Miku-san, "Kertas adalah teman yang baik untuk curhat, karena ia tak punya mulut untuk memberitahukannya kepada siapapun. Kecuali, kau meletakkan benda tersebut sembarangan." Tapi... aku yakin Len-kun tak akan seperti itu. Kenapa aku bisa yakin? Hihihi, aku juga tak tahu!!

Nah, Len-kun!! Otanjoubi omedetou!!! Gomen kalau selama ini aku membuatmu susah, gomen kalau aku membuatmu kesal, gomen kalau aku mengecewakanmu. Arigatou naa, Len-kun!!! Sayounara!!!

RIN KAGAMINE

☆☆☆

(Len's POV)
"Teto-chan, Luka-neechan, Miku-san bahkan Kaito-nii baik-baik saja kok. Jangan khawatir, Rin-chan!", ujarku bahagia.

"Hmmm, bagaimana dengan Len-kun sendiri?", tanyanya yang membuatku terdiam. Ia pun menatapku penasaran. Pandangan matanya... rasanya dapat melubangi kepalaku dan melihat isi pikiranku.

"A-aku... tidak tahu Rin-chan", ujarku terbata. Sejujurnya, aku ingin mengatakan semuanya. Aku tak dapat menahannya lagi. Aku ingin mengatakan... bahwa aku... sangat merindukannya. Tiada hari kulewatkan tanpa memikirkannya. Memutar ulang kenangan manis saat masih bersamanya. Memperlihatkan kembali... berulang-ulang... senyumnya... yang amat manis itu!!!

Tapi... MULUTKU TERKUNCI!!!! Amat rapat, hingga rasanya kepalaku penuh, hatiku pun penuh... seperti balon... yang siap meledak kapan pun ia bisa.

"Hei, Len-kun! Aku... merindukanmu", ucapannya itu mengagetkanku. Seperti dapat membaca pikiranku, ia dapat mengeluarkan kalimat itu... rasa itu.... yang memenuhi dan membuat kepala seperti balon, membuat hatiku berdenyut... seperti jantung, amat menyakitkan.

"K-ka-kau... merindukanku?", sebuah pertanyaan meluncur mulus dari mulutku untuknya.

Ia menatapku. Lalu senyumnya melebar. Senyum yang amat kurindukan. Senyum yang amat kunantikan. Senyum yang menghiasi hidupku.

"Tentu saja aku merindukanmu, bodoh! Siapa yang tak merindukan saudaranya sendiri?", kalimat retoris itu menyadarkanku. Apabila... aku mau berkata jujur, menyampaikan semua rasa, pikiran yang menggangguku akannya, inilah saatnya!!! Tak akan ada lagi kesempatan selain saat ini, karena... Rin-chan.... mungkin akan menghilang lagi.

"Aku... juga merindukanmu. Aku merindukanmu setiap waktu. Detik-detik, menit-menit, jam, hari-hari, bahkan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan... kuhabiskan dengan menyendiri di kamar kita. Memikirkanmu, mengingatmu. Nee, Rin-chan... apakah ini suatu kesalahan???", tanyaku padanya lalu aku menundukkan kepalaku. Makin dalam hingga menyentuh kedua lututku.

"Kau tidak salah, Len-kun!!!", perkataannya membuatku memalingkan kepalaku dan menatapnya. Rin-chan menatap padang didepan. Padang gandum yang amat luas berwarna kuning keemasan. Dia pun memalingkan wajahnya ke arahku dan menatapku. Matanya... dipenuhi dengan... rasa BERSALAH.

Missing YouWhere stories live. Discover now