Hurt

118 13 8
                                    

Aku menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya , dada ku berdetak cepat kaki ku terasa lemas seperti tak bertulang
Kini di hadapan ku duduk seorang pria tinggi dan memiliki senyum manis dan menenangkan

" hei , kamu melamun yah?"

Pria itu melambaikan tangannya tepat di wajah ku , sekali lagi aku harus menahan nafas karna detak jantungku

"Ah , hmm tidak siapa yang sedang melamun"

Balas ku cepat aku tidak ingin pria itu menyadari sedari tadi aku memikirkannya

"Gimana kabarnya sekarang "

Pria itu membuka pembicaraan lebih dulu setelah 10 menit kami terdiam

" Baik , kamu sendiri bagaimana "

Aku menunduk tak berani menatap matanya

"Sama baik juga"

Lagi kami terdiam untuk kesekian kalinya aku pun tak berani memulai pembicaraan ini bahkan tak berani pula mengangkat kepala ku hingga suara helaan nafas dari pria itu membuatku mendongkak sedikit untuk melihat keadaanya

"Maaf yah"

Pria itu berucap lirih hingga hanya kami berdualah yang mampu mendengarnya
Aku tersentak kaget mendengar ucapannya

Ku beranikan diri untuk melihatnya tepat di kedua mata indahnya
Mata yang dulu di penuhi rasa cinta untuk ku

"Iya tidak apa , jangan khawatir "

Kami mengobrol cukup lama , mungkin sekitar 30 menit
Bahkan aku melupakan kecanggungan yang tadi menghampiri kami berdua
Aku asik bercerita tentang pekerjaan ku dan teman temanku , sesekali aku membuat lelucon yang membuatnya tertawa

Dan Pria itu tertawa menanggapi leluconku
Tawa dan senyumnya masih sama seperti dulu
Seketika dia menghentikan tawanya dan di gantikan dengan senyum lembut yang dia punya

Ya tuhan
Aku berani bersumpah jika senyuman itu lah yang aku rindukan

"Kamu belum mau pulang , ini udah larut malam "

Ucapnya sambil melirik jam tangan rolex yang melingkar di tangan kirinya

" iya sebentar lagi, lagi pula ini belum terlalu malam "
Ucapku sambil melihat jam tanganku

"Tapi ini sudah melewati jam malam kamu "

Ucapnya tegas , aku tau kalau dia sudah bicara seperti ini artinya tidak ada batahan
Aku menghembus kan nafas ku dan sedikit menggeser bangku yang aku duduki
Dan Pria itu pun menggeser kursinya kebelakang untuk berdiri seperti yang aku lakukan , mengambil dompet dan menaruh beberapa uang untuk membayar minuman kami
Kami berjalan keluar pintu cafe hingga sampai di parkiran

"Kamu bawa kendaraan "

Ah bahkan dia masih mengkhawatirkanku

" iya aku bawa motor "

Pria itu tersenyum jenis senyuman yang mampu meluluhkan hatiku

"Yaudah kamu hati hati di jalan inget jangan memacu kendaraan kamu dengan kecepatan tinggi "

" Ah Bahkan ini sudah jam 10 lebih 5 menit dari jam pulang malem kamu , inget yah pesen aku "

Lanjutnya bahakan dia masih ingat bahwa aku tidak pernah pulang malam di atas jam 10 jika sedang bermain

"Siap kapten"

Ucapku sambil memberi hormat kepadanya dan di sambut dengan tawanya yang selalu membuat aku terpana

Aku hendak berbalik hingga ada sebuah tangan yang menahan ku dan terpaksa aku berbalik kepada si empunya tangan

"Kenapa lagi "

Kenapa sih dengan Pria itu tadi menyuruh untuk buru buru pulang sekarang malah menahanku

"Sekali lagi maaf yah"

Ucapnya dengan raut wajah bersalah yang sumpah aku tidak tega melihatnya

" tadi kan aku sudah bilang ke kamu kalau aku tidak keberatan, jadi stop merasa bersalah "

"Tapi tetep aja aku merasa bersalah sama kamu karna tidak mengundang kamu ke pernikahanku "

Deg

ini lah alasanku selalu menghindar jika ada reuni karna hatiku belum siap untuk bertemu dengan statusnya yang berubah dan setiap melihatnya selalu saja kenangan yang susah payah ku kubur berputar kembali bagai kaset rusak

"Iya aku paham mungkin istri kamu takut jika nanti di pernikahan kamu aku membuat keributan dan merebutmu kembali "

Aku mencoba tertawa dengan lelucon yang aku buat hanya untuk sekedar menutupi rasa sakit di hati
Pria itu hanya tersenyum tipis menanggapi lelucon ku
Dan aku tahu arti senyumnya adalah penyesalan

" yasudah aku pulang duluan kalau gitu "

Aku pun memutuskan untuk pergi lebih dulu karna jujur aku tak tahan lagi untuk menahan perasaan yang saat ini bergejolak

"Hati hati yah inget pesen aku"

Aku masih mendengar suaranya yang memperingatiku untuk lebih hati hati dan yang ku lakukan hanyan terus berjalan tanpa berniat untuk menolehkan kepalaku barang sejenak
Sebagai jawaban aku hanya melambaikan tangan ke arahnya tanpa niat berbalik

Setelah sampai tepat di depan motor ku , aku pun membuka tas untuk mencari kunci motorku
Tak sengaja tangan ku memegang sebuah surat
Surat yang ku tulis untuk Pria itu
Surat yang bahkan tak sempat ku berikan untuknya dalam surat itu ku tulis semuah yang ku rasakan

Teruntuk kamu di masalalaku

Entah apa yang mendorongku sehingga dengan berani aku menulis surat ini untukmu, yang ku tahu hanya ingin memastikan masih ada kah cinta untuku?
Aku tahu jika saat kamu membaca surat ini status mu sudah berubah tak lagi milikku dan tak lagi sendiri
Kadang aku bertanya kenapa kita harus berpisah?
Bukannya kita saling mencintai?
Bukan nya dahulu kamu sudah berjanji akan setia?
Tapi kenapa setelah dia hadir di antara kita kamu berpaling?
Tak ada artinya kah 3 tahun kebersamaan kita?
Tak cukup pantaskah aku bersading dengamu?
Jika ini sudah terjadi haruskan ku salahkan takdir yang dengan seeanknya mempermainkan perasaanku
Dan jika kamu berfikir aku masih menyimpan benci terhadap kalian maka jawaban nya adalah IYA
Aku hanya tak ingin menjadi sosok munafik terlihat baik nyatanya menusuk dari belakang
Aku hanya tak ingin seperti KALIAN yang dengan tega nya bermain api di belakangku hingga membuat mu harus harus bertaggung jawab atas janin yang ada di tubuh istrimu
Jadi ku ucapkan selamat untuk pernikahan kalian
Kalian terlihat serasi saat bersanding penghianat dan perebut
Ah satu lagi terimakasih karna sudah mengajarkanku artinya RASA SAKIT

Dari seseorang yang pernah kamu bodohi

Aku meremas surat yang ku tulis 2 tahun lalu dan membuangnya asal air mata yang ku tahan sejak pertemuan yang tidak di segaja ini mengalir begitu saja
Air mata kebencian dan ke rinduan akan sosoknya menjadi satu
Kerinduan akan senyumnya
Kerinduan akan ucapan sayangnya
Kini hanya doa yang mampu ku panjatkan agar hati ini segara pulih dari rasa sakit dan mampu melupakanya hanya kini yang ku tahu dia telah memiliki keluarga impianya yang dulu selalu pria itu janjikan terhadapku.



End

TearsWhere stories live. Discover now