Bab 1

34 2 2
                                    


"Bu, sepatu merahku yang kemarin Ayah beliin dari Korea di mana ya?" Alvin, cowok dengan wajah mumpuni itu berteriak lembut. Tangan kanannya sibuk dengan selembar roti tawar berselimut selai alpukat, tangan kirinya membelai halus layar datar dengan lambang apel tergigit di belakangnya.

"Ibu, aku belum minum air putih!" rengek si kecil Kiki, kakinya menendang-nendang angin, dia duduk santai di atas kursi makannya.

Dari dapur, keluar seorang wanita paruh baya dengan celemek merah jambu bersih menenteng sepatu kets merah di tangan kirinya, dan segelas air putih di tangan kanannya, "Ini bang, kemarin baru Ibu cucikan sepatunya."

"Bang Alvin enak banget dibeliin sepatu sama Ayah." Kiki mengambil gelas dari ibunya.

"Kamu kan udah dapat juga, Ki." Jawab Dena, dia melewati meja makan sambil mencomot selembar roti tawar yang langsung ia makan sambil berjalan. Kemudian ia mencium tangan ibunya dan langsung pergi menghampiri temannya yang sudah menunggu diluar rumah.

"Sarapannya habisin nak, lihat abangmu tuh, makannya banyak, makanya dia jadi ganteng." Kata Ibu sambil mengelus rambut halus Kiki, kemudian tangannya berpindah mengelus rambut anak sulungnya, Alvin.

"Abang selesai bu, ayo Ki, kita berangkat." Ajak Alvin, dia langsung menarik tangan ibunya untuk kemudia ia cium, lalu menggendong Kiki yang masih mengunyah roti panggang berselai alpukat.

"Hati-hati dijalan bang! Belajar yang benar sebentar lagi ujian nasional!" teriak Ibu, sedang mobil jazz merah yang dikendarai Alvin sudah melaju keluar dari garasi.

Ibu itu tersenyum sambil melepas celemeknya, matanya menerawang ke arah jalan di depan rumahnya yang sekarang diterbangi debu. Senyumnya memudar seiring berjalannya waktu, ada kehampaan dalam jeda, dia berbalik dan menutup pintu. Sambil mendesah, dia kembali ke meja makan dan membersihkan perlengkapan makan anak-anak tersayangnya.

***

Hembusan udara dari pendingin ruangan tak membuat mata Alvin mengantuk, godaan tidur telah kalah oleh semangat Alvin, dia semakin memacu dirinya sendiri, demi sebuah mobil mewah yang dijanjikan Ayahnya bila Alvin mendapat nilai UN tertinggi.

Alvin melirik latihan soal yang diberikan gurunya, kemudian mengubah fungsi menjadi habis yang ia tuliskan di atas kertas putih. Dia berdiri segera dan menyimpan jawaban post testnya di meja guru. Ia segera mengambil tas punggugnya dan berlalu keluar.

"Gimana, Vin? Susah ngga?" tanya seorang gadis berambut gelombang yang langsung menghampiri Alvin keluar dari kelas.

"Hmm, susah. Gampang juga sih." Jawabnya, ia segera menarik tangan Gadis, bibirnya merekah ketika Gadis tersipu saat ia tarik.

"Kita makan yuk?"

Tanpa menunggu persetujuan, Fara, gadis yang dipatenkan oleh Alvin itu manggut-manggut saja walau tanggannya ditarik agak kasar. Sudah lama semenjak Alvin dan Fara memilih fokus untuk masa depan walau masih dalam status mereka tak pergi untuk sekedar makan. Persiapan UN telah membuat masing-masing mereka memendam rindu.

Di jalan, pembicaraan didominasi oleh cerita Fara saat mengisi latihan soal dari gurunya, sambil menyetir Alvin kadang membalasnya dengan argumen-argumen cerdas, yang entah kenapa menyangkut soal nilai mutlak dan resultan vektor.

"Kamu mau lanjut ke mana, Vin?" tanya Fara. Mobil berhenti saat lampu hijau berubah menjadi kuning.

"Kepengin di Ohio Far, cari pengalaman dan universitas yang bagus. Kamu?"

"Cita-citaku sih masuk kedokteran Airlangga, tapi jadi kepengin di Ohio juga ... walaupun aku tau kemampuanku ngga seberapa, tapi rasanya seru juga bakal setiap hari ketemu kamu.

Kita yang satu sekolah aja jarang banget hang out, apa lagi beda Negara ..."

Alvin terdiam, selama ini, dia terlalu fokus dengan target pencapaiannya. Ia menelantarkan Farapun sebenarnya demi kebaikan mereka berdua. Alvin telah memikirkannya jauh-jauh hari, bahkan sebelum mereka berdua memutuskan untuk berkomitmen.

Walaupun hanya sekedar pacaran, tapi Alvin sendiri berkomitmen dan serius dengan bagaimana nasib mereka ke depannya. Ohio adalah jembatan menuju tujuannya, itulah mengapa ia berani menyampingkan Fara meski hatinya sendiri tak rela.

"Maaf ya, Far. Selama ini aku kurang baik sama kamu, tapi akan kuusahakan, buat ke depannya, aku bakal jadi yang terbaik." Alvin menggenggam tangan Fara, berharap Fara akan mengerti dan terus mendukungnya.

"Amiiin ..." hanya itu yang terucap dari mulut Fara, pandangannya memandang genggaman tangannya nyalang, ada sesuatu yang ganjil, ada sesuatu yang ia sangsikan. Ia bahkan ragu dengan Amiin yang dia ucapkan.

***

Suasana kelas Dena sedang memasuki atmosfer tenang, setelah debat tentang pentingnya kurikulum 2013 berakhir, semua murid kembali dalam keadaan stabil. Tentu kelompok Dena menjadi kelompok terunggu. Dena termasuk dalam jajaran murid dengan tingkat intelejensi yang mumpuni, luar biasanya, EQnya juga mengimbangi IQnya itu.

Walaupun menjadi yang terbaik di kelasnya, ia tak menjadi sombong, dia tetap menjadi dirinya sendiri yang apa adanya. Sehingga ia banyak disukai teman-temannya, tapi tentu, disertai dengan para hatersnya.

"Den, sumpah, kamu keren banget debatenya, belajar dari mana?" Arin, teman Dena menepuk pundaknya, "udah kayak nonton LCC Empat Pilar, tau."

"Ah, masa? Alhamdulillah deh kalo kayak gitu. Makasih ya Rin, oh ya, yang kata kamu ada anak SD yang minta ..."

"Oh itu! Kamu mau?"

"Iya, lumayan untuk nabung sikit-sikit." Dena menarik kursinya sambil mentertawakan dirinya sendiri.

"Oke, nanti aku kabari. Tapi, boleh ajarin aku eksponen dan logaritma?"

"With my pleasure, boss."

Mereka berdua mengambil posisi untuk belajar bersama, sambil mentertawakan nilai masing-masing yang kebetulan sama-sama bagus, mereka pikir itu adalah suatu keajaiban Tuhan, namun Arin mengelak karena pada dasarnya, nilai bagus Dena dari hasil otaknya sendiri.

Dena mengambil dompet pensil dengan tulisan aksara katakana di depannya, tertulis "Dena" oleh ayahnya saat ayahnya pergi ke Jepang. Ada sesuatu yang salah saat ia melihat dompet pensil itu, entah apa, tapi itu mengalahkan fokusnya. Sifat-sifat eksponen binasa dari pikirannya.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 12, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Angel In JailWhere stories live. Discover now