Part 10

9.6K 860 11
                                    

Suara kicauan burung yang hinggap dari satu dahan pohon ke pohon lainnya terdengar saling bersahutan. Semilir angin yang berhembus sepoi-sepoi memainkan helai demi helai rambut gadis cantik yang sedang duduk di batu besar menatap pemandangan indah di depannya. Menatap air yang terjun bebas melewati bebatuan, yang sesekali percikannya mengenai wajah cantiknya. Kedua kakinya dia biarkan terendam air sampai sebatas betisnya yang putih mulus.

"Gimana? Lo suka tempat ini?" Ali duduk disamping Prilly menyodorkan botol air minum yang dibawanya.

Prilly menghirup nafasnya dalam-dalam menikmati udara sejuk disekitarnya kemudian meraih botol di tangan Ali.

"Suka banget, ini indah banget. Lo tau tempat ini darimana, Lang?" Tanya Prilly.

"Gue searching. Dan ternyata tempat ini emang indah udaranya juga sejuk." Jawab Ali.

Prilly mengangguk setuju.

"Lo pernah kesini sebelumnya? Sama pacar lo mungkin?"

"Gue baru pertama kali kesini, ya sekarang ini. Dan pacar? Gue gak punya pacar."

"Jadi...gue orang pertama yang lo bawa ke tempat seindah ini?" Tanya Prilly girang.

Ali mengangguk tersenyum. Sejak mengenal Prilly lebih dekat senyumnya seolah tidak pernah pudar dari wajah tampannya. Padahal baru beberapa hari ini dia dekat dengan gadis cantik yang sedang duduk disampingnya ini. Ali benar-benar berubah.

"Lang...masa sih cowok seganteng lo gak punya pacar?" Tanya Prilly menoleh kearah Ali.

"Kenapa? Lo mau jadi pacar gue?" Ucap Ali menggodanya.

"Ih...apaan sih lo? Kita kan baru kenal," wajah Prilly bersemu merah tersipu malu.

"Oh...jadi kalo udah lama kenal, mau?" Tanya Ali kemudian terkekeh dan membuat Prilly kesal.

"Elang!! Gue serius!!"

Prilly memukul bahu Ali dengan botol air minum yang di genggamnya, berusaha menutupi sikap salah tingkahnya.

"Aaawww.... Iya gue serius!!" Sahut Ali sambil meringis kesakitan.

Bagaimana tidak, botol air minum yang masih terisi penuh jika dipukulkan pasti terasa sakit.

"Serius apanya?"

"Lho...kan tadi lo yang nanya. Gimana sih?!"

"Iya, tapi seriusnya yang mana dulu?"

"Maunya yang mana?" Ucap Ali sambil mengangkat sebelah alisnya lagi-lagi menggoda Prilly.

"Ih...Elang!! Lo nyebelin ya lama-lama. Gue ceburin lo!!" Sungut Prilly sebal.

Ali terbahak melihat tingkah Prilly yang sedang kesal. Gadis itu sangat menggemaskan seperti anak kecil.

"Malah ketawa lagi. Gue sebel sama lo!!" Ucap Prilly kemudian mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya di depan dada.

"Iya...iya...gitu aja ngambek. Gue gak punya pacar, lagian ganteng itu bukan jaminan."

"Masa sih? Jangan-jangan lo gak suka cewek ya?" Tanya Prilly menahan tawa.

"Enak aja lo! Gue cowok normal." Sahut Ali sambil menoyor kepala Prilly. Bukannya marah, Prilly malah tertawa.

"Tapi jatuh cinta pernah kan?"

"Pernah. Dulu. Dan itu cinta pertama gue."

"Fani?"

Kening Ali mengkerut ketika Prilly menyebutkan nama itu. Ali berpikir darimana Prilly tau tentang Fani.

Hujan Kala Itu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang