TIGA PELURU

1K 130 31
                                    

RONI, EKO, REN, DAN BUDI BERKUMPUL DI SEBUAH MEJA BUNDAR YANG BESAR. SEBUAH LAMPU GANTUNG KECIL MENYALA DI ATAS KEPALA MEREKA. MENYINARI RUANGAN YANG REMANG-REMANG.

Roni menggebrak permukaan meja. Wajahnya terlihat marah. "Jadi permainan ini masih berlanjut?!"

"Yang benar saja," sahut Eko, matanya melirik Budi "kau pasti bercanda kan?"

Budi menggelengkan kepala, dia menatap ketiga temannya itu dengan wajah cemas.

"Kalian dengar suara aneh tidak?" Tanyanya

Serentak, ketiganya menggeleng. Dalam sekejap suasana hening seketika. Keempatnya menutup mulut rapat-rapat, mencoba menangkap suara yang dimaksud Budi.

TIK TOK TIK TOK....

+++++

Eko meneguk ludah, membuat jakunnya bergerak, Roni mencengkeram pinggiran meja, Ren menajamkan pendengarannya dan  Budi menatap ke sekeliling.

Hingga pandangannya tertumpu pada langit-langit ruangan.

"kalian sudah memeriksa semua ruangan kan?" tanya Budi yang dijawab dengan anggukan oleh Eko.

"sudah, Rinka dan yang lain juga sudah diamankan ke kamar rahasia." jawab Eko

"aku punya firasat," ucap Budi, lirih. "Kalau ada bom di atas markas ini."

Roni mengambil peta yang dipaku didinding dan memperlihatkannya pada yang lain.

"Ingat tidak? Markas ini berada tepat di bawah bundaran hotel Indonesia." ucapnya sambil menunjuk lokasi di peta.

"Lalu?" tanya Budi

"Kalian pikir, sekarang jam berapa? Ini jam 11 malam! Jalanan sedang padat karna jam pulang karyawan!"

"Sialan." sahut Ren

+++++

Ren dan Budi memanjat ke atap markas dengan menggunakan tali. Sesekali Ren harus mencengkeram tali lebih kuat karena tangannya mulai berkeringat.

Budi melongokkan kepalanya ke atas atap. Tapi tak ada apa-apa disana. Sebaliknya, suara bom semakin nyaring terdengar.

"Hei Ren, Budi!!" Teriak Roni dari arah bawah "Kurasa aku punya pendapat lain"

"Soal apa?" Tanya Ren

"Bom itu!" Teriak Roni "Menurutku benda itu dipasang di dasar kolam bundaran!"

Budi melepaskan tali dan melompat dengan mulus ke bawah, sedangkan Ren nyaris jatuh dan mengumpat di belakangnya.

"Sialan kau Bud! Aku hampir jatuh!"

"Maaf!" Sahut Budi

"Sebaiknya kita semua keluar dan masuk ke dalam kolam itu!" Ucap Roni.

+++++

BYURRRR!!!

Air menyiprat hingga meluber ke pinggir kolam. Roni menggerutu dan Eko menyumpah-nyumpah saat air mengenai mereka.

"Bodoh! Kalau mau loncat bilang dari tadi dong!" sembur Roni

Ren dan Budi yang berada didalam kolam nyaris tertawa hingga mereka sadar bahwa saat ini mereka masih didalam air.

Keduanya berpencar. Ren berbelok ke arah kiri dan Budi ke kanan. Pinggang Ren dan Budi dililit dengan tali tambang yang panjang dan sedang dijaga oleh Eko dan Roni.

Kolam bundaran awalnya memang dangkal, tapi setelah renovasi dua tahun yang lalu kini kolam itu memiliki kedalaman tiga meter.

Ren menyorotkan senter ke arah dinding kolam. Sesekali, dia membetulkan tabung oksigen yang melekat di bahunya.

Matanya melihat sekilas sebuah kotak hitam kecil ditempel dengan plester hitam di lantai kolam.

"Pantas saja suaranya terdengar hingga ke markas, ternyata disini bendanya." gumam Ren sambil menyentuh kotak hitam itu.

Disisi lain, Budi menemukan kotak yang sama. Dengan gunting, dia memotong kabel merah yang melilit di kotak dan bom itu langsung berhenti.

"Huh! Ternyata cuma bom kecil," Gerutunya "Sebaiknya aku melihat keadaan Ren."

Budi berenang menyusuri kolam yang lumayan jernih. Matanya membeliak saat melihat Ren yang tengah bergulat dengan seseorang berjubah hitam. Lehernya dicekik dari belakang, tabung oksigen yang harusnya melekat di bahu sudah mengambang di permukaan kolam. Gelembung-gelembung udara keluar dari mulutnya, disertai suara napas yang tercekik.

BUAAKKK!!!

Sebuah tendangan tepat di kepala dilayangkan Budi dari arah belakang. Membuat si tudung hitam berpaling dan melepas cengkeramannya pada Ren yang langsung berenang menjauh.

Adu tinju pun tak bisa dielakkan lagi. Budi memang berhasil melayangkan beberapa serangan maut, tetapi karena tubuhnya lebih kecil daripada lawannya dia hanya bisa pasrah saat si tudung hitam mencengkeram lehernya dan memukul tepat dibagian perutnya yang kena tembak.

AAKH!!

Dia memuntahkan darah membuat air kolam disekitarnya berwarna merah. Tangan kanannya memegang bekas luka itu dan menatap si tudung hitam yang berenang dengan cepat mendekati Ren.

Ren memasang kuda-kuda, berniat melepaskan serangan. Tapi gerakannya terhenti saat melihat mata si tudung hitam.

Mata yang pupilnya berwarna biru malam.
Mata yang sangat familiar baginya.

Hingga suara tembakan membutakan pandangannya.

+++++

DOORRR!!!

Dalam sekejap, air kolam disekitar Ren berwarna merah. Pemuda itu perlahan-lahan tenggelam ke dasar kolam. Matanya terpejam,buih-buih udara keluar dari mulut.

Dia nyaris tak sadarkan diri hingga suara ribut menyadarkannya. Matanya membuka dan melihat kilauan lampu mobil serta sirene alarm yang nyaring terdengar di telinganya.

ROSE! KELUARLAH! ANDA DITANGKAP!!

Si tudung hitam membuka tudungnya itu dan menampakkan wajah Rost yang menyeringai. Tangannya memegang sepucuk shotgun, diarahkannya shotgun itu ke kepala Ren.

Surat itu benar, pemain game 'The Wicked' tak akan pernah selamat.

Ren memejamkan mata dan....

DOR!

+++++

TO BE CONTINUED....

Vote dan komennya kutunggu! :)

Multimednya itu Shotgun tipe Spas-12, senjata yang dipakai White Rose.
















The Wicked Games (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang