Chapter 5

6.2K 601 2
                                    

Setiap minggu memiliki ritmenya masing-masing. Beberapa minggu akan terasa sangat lambat dan ada kalanya terasa cepat, sangat cepat malah. Ciri-cirinya seperti ini (paling tidak dalam kehidupanku), minggu akan terasa cepat berlalu jika deadline kantor sudah mencekik, ada meeting dengan client dari Senin sampai Rabu, dan jadwalku padat bak anak gaul Jakarta, hari Kamis ke Le Quartier, Jumat ke Locanda, lalu Sabtu pergi ke Bandung.

Di minggu-minggu lain justru akan terasa sangat lambat ketika event di kantor sedang pada masa tenangnya dan tidak ada ajakan untuk kumpul sana sini. Biasanya akan terasa sangat lambat apalagi kalau tidak ada yang rajin yang berkirim pesan (padahal di minggu 'cepat' pun memang handphoneku biasa saja).

Di minggu-minggu lambat, biasanya di otakku akan muncul nama Arjuna lagi. Sudah sebulan dari terakhir kami berkirim pesan. WhatsApp yang terakhir dia kirim cuma aku balas 'Sudah sampai'. Titik.

Besok akan jadi minggu yang baru, tebakanku akan jadi minggu yang ritmenya sedang (susah ya). Aku cek agendaku, ada tiga meeting menanti di tiga hari berbeda, untungnya bukan di hari Senin. Dari ketiganya, ada satu yang aku hindari, meeting dengan developer app. Kenapa? Aku sudah membayangkan akan roaming dan ngantuk dalam 1-2 jam ke depan dengan tim IT dan tim developer. Well, let's see!

***

"Ndra, meeting sama timnya Joseph ya now. Mereka udah dateng. Tadi gue udah undang Mas Arwan IT buat ikut juga," pesan Vindy siang ini mengingatkan soal meeting yang sudah kuprediksi akan membosankan. "Okay, coming! Satu e-mail dulu semenit aja bentar ya!"

Ini bukan meeting pertama antara aku dan developer app yang di-hire perusahaanku. Jadi aku sudah hafal beberapa nama tim TechSolution; Zach Sigmund (CEO), Joseph Situmorang (Account Manager), Ferry Firmansyah (Project Manager). Cuma tiga deng, biasanya Jo dan Ferry yang hadir.

"Hi, Ndra. New haircut? Keliatan lebih fresh. Oh iya ini Wisnu. Project Manager buat kalian ya, dia gantiin Ferry," sapa Jo sambil memperkenalkan Wisnu. "Haha, thanks. What he left already? Halo, Diandra, here's my name card" sapaku kembali pada Wisnu sambil menyodorkan name card-ku, tapi perhatianku masih ke Ferry yang ternyata sudah resign duluan. Setiap kali aku menargetkan akan resign, aku selalu keduluan orang-orang di sekitarku. Mereka resign duluan.

Aku membaca namanya perlahan, bagus juga, Wisnu Harum Hadisuryo. Meeting dimulai, aku dan Vindy hanya menjadi pendengar baik di meeting kali ini, cuma sedikit menambahkan kalau sudah menyangkut sisi marketing dan komunikasi yang jadi keahlian kami. Sisanya terlalu banyak perbendaharaan kata seputar IT yang aku tidak mengerti. Jo juga demikian, dia cuma menjembatani sekali-kali, sisanya adalah Mas Arwan dari tim IT-ku dan Wisnu yang banyak berdiskusi.

14.36

Masih meeting? I'm joining now ya. Wait up

Pesannya datang dari Mas Abi, Marketing Manager, bosku dan Vindy yang paling baik hati. Dia mau ikut meeting juga ternyata, rasanya benar-benar kayak pahlawan siang bolong. Dia jago ice breaking jadi aku berharap dia bisa memecah suasana yang saat ini bikin air mataku mendadak keluar tiba-tiba.

Benar saja, Mas Abi bisa langsung tangkap pembicaraan kami, menambahkan hal-hal yang kurang dari pembahasan di meeting. That's my boss! Meeting hari ini selesai juga akhirnya, lumayan lama dari biasanya, hampir 2 jam lamanya. Jadwal meeting kami berikutnya masih minggu depan.

"That new guy lucu tuh buat kamu, Ndra!" goda Mas Abi sambil dorong bahuku saat menuju ke ruangan kami. "Hah? Oh, Wisnu, Mas? Iya ya?" aku cuma ingat namanya yang bagus, mukanya sudah keburu blur dari ingatanku, mungkin karena tadi aku tidak pakai kacamata sepanjang meeting. Vindy cuma mengompori, "Tuh, Ndra! Wisnu Wisnu! Kepoin hari ini apa LinkedIn-nya? Kepo in professional way, you know!"

Sial, kenapa jadi aku yang penasaran? Tahan ya Diandra. Aku kembali bekerja.

***

Buka Path memang selalu menyenangkan kalau sudah di tempat tidur. Kalau weekdays, waktu paling puas buka Path adalah malam hari. Scroll ke bawah dan lihat ada apa dengan teman-teman di luar sana dari pagi sampai malam ini. Kadang-kadang aku bisa sampai ketiduran. Kebiasaan jelek, sungguh jangan ditiru.

TODAY
19.35

Bagaskara Atmodjo
at Coffee! -
with Wisnu H. Hadisuryo
Nice place, man!

Eh? Aku membaca nama yang tidak asing lagi. Bagas kenal sama Wisnu ternyata? Kalau kata orang dunia sempit atau tepatnya pergaulan kita yang meluas. Bagas adalah salah satu teman sekelasku di Bandung dulu, paling hits satu Jakarta dan Bandung, aku jadi tidak heran kalau Bagas kenal juga dengan Wisnu.

Diandra: Loh, ini Wisnu?
Bagaskara: Lah, lo berdua kenal?

Aku dan Bagas berbalas komentar via Path untuk memecah rasa penasaranku. Tapi setelah balasan dari Bagas, tidak ada komentar lagi yang masuk. Padahal harusnya Wisnu juga bisa dapat notifikasi ini.

Siapa sih Wisnu ini? Aku mulai pencarianku via LinkedIn seperti saran Vindy. Kuliah di ITB, lulus di tahun 2008, pengalaman kerja secara keseluruhan sangat impressive. Nice. Mungkin umurnya sekarang 25, berarti umurnya beda setahun. Aku dan head hunter memang beda-beda tipis, kalau sudah kepo via LinkedIn.

Jariku tidak bisa diam, ternyata pencarianku berlanjut via Instagram. Jarang foto ternyata, foto terakhir diambil 7 minggu lalu. Fotonya personal, foto-foto teman kebanyakan. Ada satu foto menarik, captionnya tentang '20 Facts About Me', yang di-post 10 minggu lalu. Sepertinya paksaan teman, karena dia pasti paling malas soal beginian. Ada tiga yang menarik:

1. Amateur musician
2. The analytical thinker
3. Just coffee or nothing at all

Menarik, karena aku pikir dia hanya seorang IT geek. Pencarianku usai sudah, aku kembali lihat Path sekali lagi, dan masih belum ada balasan lagi, terutama dari Wisnu. Really? Jangan-jangan Wisnu semacam Arjuna 2. Kaku.

DiandraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora