Chap 27

1K 122 8
                                    

Ajeng menutup matanya, sebuah tetesan bening keluar dari manik- manik matanya yang indah dan sendu. Tersenyum sekilas berharap Sang Pencabut nyawa memeluknya dan membawanya terbang. Samar- samar Ajeng mendengar namanya menggema. Seseorang memanggilnya, tapi Ajeng tak menghiraukannya. Ajeng menutup matanya dan kemudian merasakan seseorang mendekatinya.
Ajeng menghirup aroma itu, memeluknya dari belakang. Tangan kekar itu menyentuh pinggangnya, memeluk perutnya. Hembusan nafas beraroma mint terasa amat dekat dengan wajahnya. Sesuatu yang berat sedang berat bertumpu di pundak kanannya yaitu wajah orang itu.

"Akhirnya kita bertemu Yud. Kita akan bersama- sama lagi sekarang kan? Pangeran kodokku sayang..." Ajeng tersenyum, mungkin kini ia telah di surga dan bersama- sama dengan Yuda.

Tiba- tiba seseorang menarik lengan Ajeng. Keras dan membawanya ke pelukannya. Untung saja mobil truk itu mengerem mendadak. Sedikit saja, maka tubuh mungil Ajeng akan terpental ke jalan. Ajeng masih terdiam. Debaran jantung yang cukup cepat, aroma tubuh yang wangi. Orang itu masih tetap memeluknya erat.

Orang itu tetap memluk erat Ajeng, dan Ajeng tak bergeming, tak berusaha membalas ataupun melepaskannya. Segera orang itu mengeratkan pelukannya, mengangkat dagu Ajeng perlahan agar menatap wajahnya.

"Plis, jangan begini Ajeng. Aku nggak bisa melihatmu seperti ini. Maafkan aku." Wajah tampan itu melemah. Yah, diadalah Al. Pemuda mempesona yang sekarang di depan Ajeng. Sekali lagi Al memeluk Ajeng, membenamkan wajah Ajeng di dadanya. Mengusap pelan rambut Ajeng, kemudian mengecup puncak kepala Ajeng singkat.

Al kemudian memegang tangan Ajeng, duduk jongkok di depan gadis itu. "Aku berjanji Yuki Ajeng, mulai sekarang aku akan selalu melindungimu. Maaf karena hari ini aku telah lalai. Maafkan Aku Ajeng." Pemuda itu menatap wajah Ajeng lekat. Kemudian bangkit menghapus air mata Ajeng yang jatuh. "Jangan pernah menangis lagi Ajeng. Kumohon." Al kembali memeluk erat gadis itu. Keduanya hanyut dalam adegan sendu di tengah malam. Namun seseorang dari kejauhan menatap keduanya berpelukan.


Verrel melempar jaketnya di atas kasur. Sangat kasar. Ia mengacak- acak rambutnya.

"Lo bego Rel, ngapai lo harus buang- buang waktu mencari dia ke rumahnya? Ngapain lo harus peduli saa dia? Dia siapa lo Rel? dia cuma cewek munafik yang memanfaatkan semua orang dengan wajah naifnya. Dan lo sekarang jadi korbannya. Lo sekarang terpedaya olehnya. Kenapa lo harus marah ngeliat dia pelukan ama orang lain. Dia siapa Rel? Dia bukan siapa- siapa."

Flash back

Verrel bergegas turun dari kamarnya, menuju garasi dan mengambil kunci mobil papahnya di ruang kerjanya. Semua orang sudah tertidur dan tak akan ada yang menyadarinya mencuri kunci mobil. Tiba- tiba mata Verrel tertuju ada sebuah map yang ada di meja kerja papahnya. Data Karyawan di Restoran cabang kedua. Verrel tiba di lembaran data Rahayuki Ajeng. Entah apa yang telah mendorongnya melakukan itu. Tadinya Verrel ingin pergi ke klub malam menghilangkan gundahnya, tapi ia malah mencatat alamat Ajeng.

Verrel menyalakan mesin mobil yang sudah dua minggu menganggur di garasi karena kuncinya disimpan papahnya. Mobil lamborgini itu melaju cepat melewati jalan perumahan elit Jakarta. Verrel memandang rumah itu cukup lama.

"Ternyata rumahnya kayak gini? Pantes dia pengen banget jadi rang kaya, bahkan rela ngelakuin apa aja untuk mewujudkannya. Dasar!"

Verrel kembali memainkan stir nya melewati jalan sempit kompleks rumah Ajeng. Verrel menghentikan mobilnya di tepi jalan secara tiba- tiba. Ia menatap dari jauh seorang gadis melangkah sangat lemah dengan raut wajah sendu. Terlihat memegang koper kecil. Gadis itu menangis. Verrel sontak kaget ketika melihat sebuah truk berjalan cepat ke arah gadis itu, namun gadis itu malah tidak menghindar dan memilih menutup matanya. Verrel keluar dari mobilnya, namun seketika berhenti ketika melihat sudah ada lelaki disana memeluknya. Truk itu mengerem mendadak, terlihat mengumpat kemudian kembali berlalu secepat kilat. Seketika Verrel lemas, hanya terdiam menyaksikan adegan itu cukup lama, sebelum akhirnya menyerah dan memutar balik mobilnya. Ia kembali ke rumahnya, mengurungkan niat menuju bar dan memilih kembali ke kamarnya mencoba menelisik lebih dalam lagi tentang apa yang telah ia lakukan.


Al menurunkan kecepatan mobilnya, melihat ke kanan kiri berharap menemukan Ajeng. Dan ia melihat punggung seorang gadis. Pakaiannya yang masih sama saat menemaninya ke Bandung bertemu rekan bisnisnya tadi.

"Ajeng..." lirihnya.

Al, mengehentikan mobilnya, segera mencapai Ajeng, tapi tiba- tiba sebuah truk melaju dari arah depan. Al meneriaki Ajeng, tapi sepertinya gadis itu tidak mendengar bahkan terlihat menghentikan langkahnya melihat truk yang melaju cepat itu ingin melindas tubuhnya. Al secepat kilat berlari ke arah Ajeng. Bagaimanapun ia harus menyelamatkan gadis itu. Ajeng masih tetap tak bergeming. Al menarik cepat gadis itu ke pelukannya. Membiarkannya di pelukannya. Apapun yang terjadi Al sudah siap dengan semua itu. Jika mereka harus berakhir bersama di aspal dan di bawah ban mobil itu. Al memeluk Ajeng semakin erat, truk itu makin mendekat. Al sudah menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Betapa menyedihkannya kehidupan gadis ini. Al menutup matanya dan membukanya perlahan saat mendengar  bunyi ban yang keras bergeseran dengan aspal. Melihat mobil truk itu berhenti dan mendengar umpatan sang supir yang kemudian pergi dengan cacian panjang.

"Kita selamat Ajeng. Mulai sekarang aku akan melindungi. Itu janjiku pada Tuhan saat menutup mataku tadi. Dan Tuhan memberikanku kesempatan itu."  Lirih Al dalam hati kemudian semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu. Gadis itu diam terpaku dan tak bebruat apa- apa, hanya menerima pelukan Al, pasrah.

 ***

Al membimbing Ajeng menuju mobilnya. Ia sudah mengetahui semuanya. Ajeng diusir dari rumah kontrakannya dan tak tahu harus kemana. Ajeng hanya diam tertunduk.

"Harusnya, tadi aku pergi saja. Pergi selama- lamanya, bertemu ibu." Ajeng menutup matanya dengan kedua tangannya. Berusaha keras untuk tidak menangis. Namun air bening itu tetap saja bandel dan selalu keluar tanpa perintah. Al menoleh ke arah Ajeng. Menarik Ajeng kepelukannya.

"Jangan pernah berpikir seperti itu AJeng. Aku mohon." Ajeng yang sedari tadi hanya pasrah ketika di peluk oleh Al, kini membalas pelukan itu pelan, menumpahkan segala tangisya di pundak Al.

"Aku kangen ibu Al. Aku...."Ajeng terus menangis dan Al tak melakukan apa- apa, hanya memeluknya, menenangkan gadis itu melalui sentuhan hangat dekapannya.

"Aku sudah berjanji Ajeng, sejak saat ini dan selamanya, aku akan menjagamu, melindungimu dan tak akan membiarkan air matamu keluar karena kesedihan." Batin AL.

Yeagh,,,akhirnya di update...Ini susah payah lo, setelah hp kaka author layarnya pecah...minta di ganti kayaknya. Tapi kaka mengusahakan segala cara agar rasa penassaran kalian terobati...Bagaimana feelnya?? Banyak yang protes, aku melukiskan kisah Ajeng sangat menyedihkan, yah itu kita lihat sisi lainnya yah...perjuangannya Ajeng dan hemm,,,seseorang yang juga berjuang untuknya...Oke di VOMEN lg readers keceku yang baik hati...

FIGHTING....





Arti sahabat ( Arti Cinta)Where stories live. Discover now