Chapter V

10.4K 709 12
                                    

Erangan seksi Ezra yang tak pernah Angky dengar sebelumnya, membuat dia tak bisa menahan dirinya juga. Tubuh mereka yang menyatu, nyaris bergetar bersamaan ketika klimaks menyerang keduanya.

Angky menggigit bibirnya dan menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri, masih sambil memejamkan matanya. Disusul oleh Ezra yang kemudian ambruk di atas tubuhnya dengan nafas terengah yang jelas terdengar di dekat telinganya. Tangan Angky masih mendekap punggung bidang Ezra, mengusapkan jemari diatas kulit yang hangat dan sedikit lengket karena peluh itu.

Ezra membenamkan wajahnya di bahu Angky, dia juga masih berusaha memulihkan diri dan pikirannya, setelah selama beberapa saat tadi merasa berada di sebuah tempat yang sangat indah. Belum ada yang bersuara diantara mereka, kecuali suara nafas mereka dan sedikit desahan yang memenuhi ruang tengah rumah Ezra. 

Perlahan, Angky membuka matanya, dia sebenarnya baru merasakan berat dengan adanya Ezra tepat diatas tubuhnya. Tapi dia juga belum ingin Ezra melepaskannya. Usapan tangannya semakin naik ke atas, ke belakang leher Ezra, hingga berakhir di rambut tebal pria itu. 

Angky tersenyum tipis, begitu dia menggerakan sedikit wajahnya dan mengenai sisi belakang kepala Ezra. Bau seks dan wangi maskulin dari peluh Ezra, menghampiri penciumannya. 

Really not bad. It's so damn sexy, instead makes him got a slight hard-on again.

Dammit.

Angky semakin merasa dia sudah tak seperti dirinya lagi, sejak mengenal Ezra – ditambah setelah sekarang, dia menyerahkan semuanya pada pria ini. Dia tak menyesali apapun. Rasa sakit yang beberapa saat lalu sempat dirasakannya, sudah benar-benar menghilang dari benaknya, mengingat kalau Ezra yang melakukan itu padanya – memang malah menenangkannya.

He loves this guy. So much. And he wants him.

Kenyataan pun serasa baru kembali menghampiri Angky lagi. Dia ingat bagaimana keadaannya dengan Ezra. Masih cinta bertepuk sebelah tangan. Dia sangat naïf karena barusan berpikir kalau Ezra akan segera melupakan Kei setelah mereka tidur bersama seperti ini. 

'Lo terlalu percaya diri, Ky. Dia mungkin cuma manfaatin lo sekarang. Cuma pengen melepaskan rasa sakit hatinya. Cuma menganggap lo sedang bersimpati padanya dan pengen ngebikin dia tenang. Bodoh.'

Usapan di tangan Angky jadi sedikit melambat, dia agak terpengaruh oleh pikirannya sendiri. Akhirnya, setelah sejak tadi, dia tak pernah menggubris apa yang dikatakan benaknya, dan malah terus melakukan sebaliknya. Sekarang dia tak bisa mengabaikannya lagi.

Benar juga. Siapa dirinya setelah ini bagi Ezra? Masih orang yang sama ketika pertama kali mereka berkenalan? Hanya orang yang digoda Ezra secara acak? Angky atau Angkasa?

That's hurt.

Angky memejamkan matanya beberapa detik, lalu lebih mendekatkan wajahnya ke dekat kepala Ezra lagi. Dia menggerakkan bibirnya, agak ragu. Dia tak mau keadaan ini hanya menjadi hal yang sia-sia. Dia sungguh menginginkan Ezra. Meski Ezra mungkin tak memiliki perasaan yang sama dengannya saat ini, tapi dia ingin mencoba – membuat Ezra bisa melihatnya juga. Menyadari kalau perasaannya tidak main-main. Angky akan membuat Ezra bahagia daripada hanya menanti Kei yang mungkin tidak akan pernah membalas perasaannya.

Ok, he feels like pathetic right now. Tapi cinta membuatnya keras kepala. Sungguh.

"I love you" bisik Angky akhirnya, di dekat telinga Ezra. 

"Gue suka lo, Ezra... please be with me"

Tak ada sahutan bahkan sedikit respon pun dari Ezra, entah pria itu juga mendengarkannya atau tidak.

THE HOOK UP [END]Where stories live. Discover now