vi. (Bukan) Malam Pengantin

48.1K 2.4K 81
                                    

"Ini pintu keluar, hanya sampai disini Kakak bisa membantu kamu. Sekarang pergilah sendiri, Kakak akan menangani situasi di sana."

"Makasih Kak! Aku sayang Kakak!!" Jia memeluk erat tubuh Galvin dengan nada sesengukan.

"Hati-hati!"

Jia melepas pelukannya, Galvin menjauh dari Jia. Melambaikan tangan pada adik kesayangannya. Jia membalasnya dengan senyum bahagia. Akhirnya ia bisa melarikan diri dari pernikahan ini tanpa beban. Ia bisa lepas dari ancaman menikah dengan Azlan Adipta yang gila itu. Ahh... Dia bebas!

Cklek, pintu besar itu terbuka. Jia bagai melihat sinar-sinar kebebasan disana. Sebuah taman indah dengan bunga-bunga yang bermekaran, kupu-kupu berterbangan, dia merasa semua itu mengiringi kebebasannya. Perlahan pintu itu melebar dan melebar. Pintu yang akan menghantarkannya untuk lepas dan terbang bebas menjauhi petaka di belakangnya. Ini benar-benar menyenangkan!!

"Wah anak Papa cantik sekali?"

"Iya, hehehe." Jawab Jia tersenyum sendiri, tidak menyadari apa yang di dengarkannya.

Ehh? Papa?

Perlahan-lahan tepuk tangan riuh terdengar dihadapannya. Dua orang perempuan yang merupakan sepupunya langsung menyambut kedua tangannya menuju ke sebuah panggung kecil dengan dikelilingi gorden-gorden bertirai putih tempat dimana penghulu dan Azlan sudah menunggu.

"Eehhh?" Jia menoleh ke sebelahnya, otaknya masih meloading apa yang ia lihat.

"Ayo! Jangan gugup!" Banu mengiringi langkah Jia dari belakang.

Jia yang melangkah terpletot-pletot karena matanya menoleh kesana kemari dengan sangat terpaksa dan masih bingung pasrah saja. Ahh... Kepala Jia sakit.

Apa ini?

Kenapa dia bisa lupa kalau lokasi akad pernikahannya dilaksanakan di taman hotel milik keluarganya. Salahnya karena dia tidak pernah mengunjungi tempat yang selama ini menjadi sumber penghidupannya, mengenal dimana saja ruangan, termasuk taman tempat garden party biasa dilaksanakan. Salahnya dia yang terlalu cuek dengan rencana pernikahan ini sehingga semua diurus sang Mama.

Suara tepuk tangan makin riuh. Mata para undangan yang menatap kagum sang pengantin cantik berjalan menuju pelaminan. Dia kini meniti sebuah sebuah karpet putih yang membentang lurus menuju tempat dimana Azlan berada. Jia bisa melihat punggung lelaki itu...

'APA?? APAAA!!??' Teriak Jia dalam hati.

'UDAH BOSAN HIDUP RUPANYA GALVIN EKA YUANDA!! SETELAH INI AKAN KUTELAN KAMU BULAT-BULAT!! KAMU DICORET DARI LIST KAKAK KESAYANGANKU!! JAHAAAAAAAAAT!'

♥♥♥

"Manis banget kalian berdua, penganten baru!" Puji Merry yang kini sedang berbicara dengan orang yang menjadi menantunya secara sah baik agama dan negara.

"Makasih Ma, maaf sudah ambil Jia dari Mama. Saya pasti akan jaga Jia baik-baik." Azlan tersenyum ramah, gerak-geriknya sopan membuat mertuanya bertambah bangga dengan menantu barunya.

"Baik Azlan, kami bisa mempercayaimu," Banu menepuk-nepuk bahu Azlan. Kemudian memandang isterinya sendiri, Merry melirik jam tangannya, "Lama sekali tuh anak ganti pakaiannya sih." Keluh Merry, "ahh... Itu dia!"

Azlan, Merry dan Banu serempak memandang Jia yang keluar dari sebuah ruangan, gadis itu kini memakai sweatshirt hijau muda dengan print jerapah dan skinny jeans biru tua. Saat melihat wajah sang Mama, ia memasang wajah yang sekusut mungkin. Menunjukkan kekesalannya pada orang tuanya itu, meski orang tuanya belum tahu bahwa ia sudah mengetahui sandiwara bodoh yang mereka mainkan.

My High School BrideWhere stories live. Discover now