2| Berbeda

65.2K 6.4K 357
                                    

BYUUUR

Malki menceburkan diri ke salah satu kolam kampus. Tangannya masuk dan keluar secara bergantian, dengan kaki yang terus mengepak-kepak cepat. Malki berenang gaya bebas. Kecepatannya jangan ditanya. Bukan Malki namanya kalau berenang lambat, bahkan saat santai sekalipun.

Malki sudah berenang sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Sering kali ia mengikuti kejuaran-kejuaraan. Apalagi saat SMP, masa-masa emas bagi Malki ketika dirinya duduk di kelas delapan. Dia mendapatkan medali untuk pertama kalinya. Medali yang membuat namanya jadi dikenal banyak orang.

"Bang Malki, malam mingguan ntar mau ke mana?" tanya Ine, adik kelas Malki yang bertubuh kurus.

Malki sudah berdiri dengan handuk melilit di pinggang, namun masih topless di bagian badannya, menampakkan tubuhnya yang atletis. "Belum tau nih, Ne. Kenapa?" tanya Malki ramah sembari mengelap rambut basahnya dengan handuk.

"Belum ada?" Sinta yang tubuhnya lebih berisi dari Ine mendekat. "Mending ikut jalan yuk sama kita-kita, mau pada nongkrong di cafe yang jual serabi nih," ujar Sinta menyebutkan makanan yang terbuat dari tepung beras dibakar di dalam tungku khas itu.

Malki tersenyum. "Wah kayaknya seru. Banyakan?"

Ine mengangguk. "Iya Bang. Nanti ada gue, Sinta, Tris, Sella, Maha, sama Rani juga."

"Kita berharap banget loh buat Bang Malki juga ikut," Sinta menambahkan sambil berkedip ke arah Ine, yang dibalas dengan kedipan juga.

"Cewek semua?" tanya Malki.

"Sejauh ini baru cewek-cewek sih Kak yang kita ajakin. Yah kecuali Abang. Abang kan beda. Abang kan spesiaaal." Ine cekikikan sembari memilin-milinkan rambutnya.

Malki terkekeh pelan. "Ajak cowok-cowok juga dong jangan gue doang. Si Jono kek siapa kek gitu."

Mata Sinta tampak berbinar. "Jadi, kalau ada cowok lain ikut, Abang mau ikut juga?"

Malki mengangguk seraya menjawab, "Ayo aja."

"Tapi bener ya Bang. Soalnya kami kepengin banget gitu malam mingguan bareng atlit kece kayak Abang," ujar Ine dengan centil, masih memilin rambutnya.

Malki tersenyum lalu mengangkat jempol kanannya. "Siap! Kabarin aja."

"Ne, Ta, gue boleh ikutan gak?" tanya Sacha tiba-tiba dari belakang Malki.

Ine dan Sinta saling pandang dan menyenggolkan lengan, bertukar kode satu sama lain.

Sacha yang lengkap dengan cepol satu di rambutnya itu mengulum senyum, menunggu jawaban salah satu dari mereka. Sacha terlihat manis sekali hari ini, mengenakan baju overall jeans warna denim. Perenang pria yang melihat senyuman Sacha kali ini pasti akan bilang bahwa Sacha enak dilihat, meskipun Sacha pendek.

Kecuali oleh Malki.

"Gue gak mau ikut kalau dia ikut!" Wajah Malki langsung berubah drastis menjadi sangat ketus. Sorotan matanya beda, seperti memancarkan kebencian.

Sacha ingin melawan ketusnya Malki. Namun, ia beralih tak berdaya saat mendapati tatapan memelas dari Ine dan Sinta. Akhirnya Sacha menyerah dan menghela napas lemah. "Ya udah, lagi-lagi gue gak ikutan deh."

"Ya bagus lah. Gue jadi gak usah liat muka jelek lo!" Malki memalingkan muka. "Ne, Ta, gue mandi dulu ya. Kalian kabar-kabarin lagi aja nanti."

"Eh? Oh. I-iya. Umm ...." Ine terlihat ragu-ragu menjawab Malki saat melihat Sacha.

Sinta menyenggol Ine dan kemudian tersenyum gelagapan. "Iya Bang Malki, Siaaap!" seru Sinta bersamaan dengan Malki melangkah pergi menuju tempat mandi dan ganti pakaian.

"Sacha ...," panggil Sinta merasa bersalah.

"Cha, lo baik-baik aja kan?" Ine ikut bertanya.

Sacha tersenyum hambar. "Kenapa sih Malki sama gue, Ne, Ta?"

Hening.

Ine dan Sinta hanya bisa mengikuti Sacha yang berjalan ke bangku samping kolam.

"Sebelumnya lo pernah liat Malki gini juga gak?" tanya Sacha lemah. "Dia pernah seketus ini gak sama orang? Cewek atau cowok, siapapun."

Ine duduk di samping kiri Sacha. "Hmm, gue sih belum pernah liat. Gue kaget banget pas pertama merhatiin perlakuan bang Malki ke elo yang beda."

"Iya Cha. Duh gak ngerti juga sih kenapa bang Malki bisa jutek banget cuman sama lo. Gue baru pertama juga liat bang Malki yang gak ramah gitu. Biasanya dia baik. Meski dia udah atlit dan jadi idola banyak cewek, tapi dia selalu ramah sama orang."

Sacha hanya dapat menghela napas rendah. Aku salah apa sih Malki sama kamu? Sacha bertanya dalam batinnya.

Malki yang berbeda. Malki yang tak sama. Teringatlah memori saat Sacha pertama kali datang ke kampus ini. Dulu Malki baru naik ke tingkat dua saat Sacha mulai masuk jadi mahasiswa baru. Sacha memang adik tingkat Malki. Adik tingkat yang entah disebut beruntung atau tidak bisa terpilih menjadi manajer baru klub renang kampus, klub yang Malki ikuti.

     

---------------

part 2, yeay!

Semoga cerita ini gak ajaib ya absurdnya. eh tapi aku excited nulis cerita iniii xD apalagi part-part selanjutnyaaa haha

aku tunggu komen sama vote-nya =) thankyouuu :*





Splash [End]Where stories live. Discover now