Chapter 4

61 20 5
                                    

Hati-hati typo berserakan dan mohon maklum

Mereka segera memulai makan malam itu, sebelumnya antara Ken dan Mia saling memperkenalkan diri mereka masing-masing. Mia mendengus kesal, bahkan dia sama sekali tak ingin menatap wajah pemuda yang duduk dihadapannya itu.

Mia menatap semua yang disediakan Tante Eve diatas meja makan. Pandangan Mia tertuju pada satu hidagan favorit-nya. Sweet corn's pudding. Buatan tangan Tante Eve.

Setelah, melahap menu utama yang disediakan. Mia segera melahap pudding berwarna kuning itu, menikmati aroma jagung manis yang melayang bebas masuk kedalam indera penciuman Mia.

"Pudding buatan Tante memang nggak ada duanya di dunia," rayuan Mia, tangannya segera menyambar tissue yang ada dihadapannya. Tante Eve hanya tersenyum dengan pujian Mia.

*

*

*

Mia sibuk berada di dapur kecil yang ada di appartment-nya. Tangannya sibuk mengaduk sup jagung yang ia masak sejak pagi tadi. Maklumlah, hal semacam itu adalah kegiatan yang harus ia jalani karena memilih tinggal sendirian. Karena jika Mommy-nya ada bersamanya, mana mungkin ia menginjak lantai dapur.

Ting

Suara bel pintu appartment Mia berbunyi. Siapa yang bertamu dipagi buta begini. Gadis itu segera berlari kearah pintu. Tak lupa ia matikan kompornya terlebih dahulu.

"Kamu?" ucapan pertama Mia. Orang itu hanya tersenyum.
"Ngapain kamu kesini? Dan darimana kamu tau alamat ku?" Lanjut Mia.

Pemuda itu sama sekali tak mengindahkan ucapan Mia, dengan angkuhnya ia masuk ke dalam tanpa persetujuan dari Mia. Mia bergidik kesal, matanya membulat seolah akan keluar dari cangkang.

"Stop!!!" teriak Mia. Langkah pemuda itu berhenti seketika.

"Apa seperti ini caramu menyambut tamu?" pemuda itu duduk di singlesofa yang ada diruang tamu. Dia menyebut apa? Tamu? Tamu yang tak diundang maksudnya. Ck.

"Pertama, apa urusanmu datang kesini pagi-pagi? Kedua, aku tidak pernah mengundangmu! Ketiga, darimana kau tau alamat appartement-ku? dan keempat jangan mentang-mentang kau seorang KEN HIRANO kau bisa masuk kerumahku seenak jidatmu" Mia beracak pinggang dihadapan Ken Hirano.

"Pertama, aku tau alamatmu dari Keano sepupumu. Kedua, aku hanya ingin mengembalikan jaketmu yang tertinggal di taksi kemarin." Ken melemparkan papperbag ditanggannya kearah Mia. Kini athmspher di ruang tamu berubah seketika.

"Baiklah, sebaiknya kau keluar sekarang dari rumahku," kata-kata itu terdengar sangat ketus dari bibir Mia. Ken tidak bergerak. Pemuda keras kepala itu terus duduk santai.

"Ken, please jangan keras kepala seperti ini. Kita tidak saling kenal satu sama lain. Apa kata orang-orang disini nanti," suara gadis itu melembut.

Ken menatap gadis itu, wajahnya berubah memelas yang seketika membuat Ken sedikit iba kepadanya.

"Aku tau jaket itu sangat kau butuhkan, Mia. Jadi aku imbalan dari ini" Ken tersenyum tipis. Tepatnya tersenyum devil. Mia kembali melototkan kedua bola matanya, menatap pemuda yang ada dihadapannya dengan penuh ancaman.

"Sudah rilex, aja. Nggak sulit kok," kini pemuda itu berdiri tepat dihadapan Mia. Gadis itu menengadah menatap mata pemuda aneh dihadapannya itu.

"Baiklah," Mia setuju dengan ucapan Ken, segera ia berlalu menuju kamarnya. Pastilah gadis ini harus mandi dan berganti pakaian yang lebih layak.

Ken, pemuda gila ini malah berjalan mengelilingi appartment Mia, melihat setiap isi yang ada didalamnya. Bahkan dia juga mencoba sup buatan gadis itu.

Tak beberapa lama Mia keluar dengan pakaian musim dinginnya. Pakaian yang nampak sederhana namun tetap indah di tubuh Mia.

"Ayo," Ken segera menarik tangan gadis itu. Tidak terlalu kasar memang. Tetapi tetap saja membuat Mia merasa aneh dan sedikit kaku.

Mereka menuruni appartment itu menggunakan lift yang tersedia, hanya mereka berdua yang ada didalamnya. Tak ada perbincangan apapun, ya karena mereka masing merasa asing satu sama lain.

Ting

Ken merangkul bahu Mia setelah pintu lift itu terbuka, membawanya untuk segera keluar. Menuju mobil lexus hitam yang telah terparkir di depan appartment Mia.

"Cepat masuk," Ken membuka pintu penumpang. Gerakan kaku Mia segera melakukan apa yang diucapkan pemuda sayko itu. Ken menutup pintu mobil mewah itu dan segera menuju tempatnya di kursi driver.

Mobil itu melaju, membelah salju yang cukup tebal yang menutupi aspal. Udara dingin menyeruak, padahal ac mobil jelas-jelas mati. Sepertinya suhu kota New York telah berada di titik beku.

"Kamu gila, Ken! Diluar sangat dingin" gerutu Mia. Mata tajamnya terus menatap pemuda yang sibuk dengan mobil yang ia kendarai itu.

"Kamu kan kenal New York sejak kecil, Mia," Ken tersenyum jahil kepada gadis itu, dan membuatnya semakin merasa gregetan. Darimana dia tau semua hal gila itu? Ya, hanya Keano jawabannya. Sepupunya memang sudah gila sekarang.

*

Mobil itu berhenti disebuah resto Italia, resto ini adalah salah satu dari sekian resto bintang lima di kota New York.

"Ayo turun," tangan Ken membuka pintu mobil itu. Mia segera keluar, kakinya terus menghentak salju yang menutupinya. Ken, lagi-lagi pemuda itu hanya tersenyum devil.

Tangan pemuda itu, Ya Tuhan, tangan pemuda itu merangkul bahu Mia, kini dengan sedikit tekanan kecil.

"Bersikaplah biasa saja" intruksi Ken pelan ditelinganya. Dasar pemuda tidak waras. Gerutu gadis itu merutuki kebodohannya untuk menerima ajakan Ken yang bukan lain adalah jebakan.

Mereka berdua memasuki hotel itu, menuju meja yang telah dipesan sebelumnya. Ya, pastilah pemuda itu yang memesannya.

Sepertinya semua makanan yang ada di daftar menu telah dipesan oleh pemuda itu ini. Siapa yang menghabiskan makanan sebanyak ini? Batin Mia menatap meja itu penuh dengan makanan Italia.

"Ini semua?" ucap Mia sedikit menegaskan. Pemuda itu hanya mengagguk dengan senyum aneh dibibirnya.

"Ken aku serius! atau jangan-jangan ini semua telah kau beri ra..." ucapan Mia terhenti, kini tangan Ken telah menyeka mulut Mia. Seorang gadis seusianya nampak berjalan mengarah ke mejanya, dan seorang pemuda nampak menggandeng tangan gadis itu.

Ken tersenyum kearah mereka berdua, dan melepaskan tangannya dari mulut Mia. Gadis itu hanya bisa mengernyit kesal dengan tingkah gila pemuda itu.

"Amber," sapa Ken seraya bersalaman dan cipika cipiki dengan gadis itu. Gadis yang sangat cantik dengan baju santai berwarna tosca. Ken juga menyalami pemuda itu, pemuda yang bernama Sean. Mungkin dia teman dekat Amber?

"Oh, perkenalkan ini Mia. Mia Simpson," Ken segera memperkenalkan Mia pada dua orang itu.

Amber menyambutnya dengan sangat ramah. Bahkan dia yang pertama menyalami Mia.
"Amber Miller" senyum gadis itu mengembang diwajahnya. Dan Mia hanya bisa tersenyum. Diikuti oleh Sean yang juga tampak ramah.

Mereka berempat mulai duduk bersama, mulai untuk makan hidangan yang telah disediakan. Ralat maksudnya telah dipesan oleh pemuda gila bernama Ken Hirano

Thanks for reading my story.

Dan tak lupa aku buat terus meminta vote dan comment dari kalian semua. Biar bisa tetep lanjutt ye chapt selanjutnya. See you.

AfterWhere stories live. Discover now