K A M U

118 6 0
                                    

Melihatmu secara diam-diam, memperhatikanmu dengan cara yang aku miliki dan mengagumimu secara rahasia, sebenarnya sangatlah menyakitkan jika semua tindakan bodoh yang aku lakukan itu selalu muncul begitu saja dalam fikiran ku. Tapi tidak masalah, hanya dengan seperti ini aku sudah merasakan senang yang sangat luar biasa , walau pada akhirnya kamu tidak akan pernah menyadari semua itu.

Munafik memang, jika harus memakai topeng kebohongan yang selalu terlihat baik-baik saja. Namun sebenarnya tidak merasa baik.

"Ngelamun aja lo." sapanya mengejutkan ku dari lamunan ku tentang dirinya.

"Hobi banget si ngejutin gue, kalau gue jantungan gimana? Tanggung jawab lo." ujarku berpura-pura kesal, tapi pada dasarnya aku memang benar-benar terkejut dan detak jantungku lebih meningkat dari sebelumnya.

"He...he...sorry deh." tawanya tersenyum polos layaknya anak kecil.

"Sehabis pulang sekolah nanti, lo mau kemana?" tanyanya, seperti mengetahui isi kepalaku setelah jam pelajaran berakhir.

"Mau ketoko buku." Jawabku singkat menutupi kegugupun ku jika berada didekatnya.

"Gue nanti ikut ya." ujarnya tetap tersenyum dan berlalu begitu saja dihadapanku menuju kelas yang sama denganku .

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, ruangan kelas pun mulai terlihat sepi, sedangkan dia sudah keluar bersamaan dengan bunyi bel yang dipencet keras oleh satpam sekolah tadi.

Dengan sangat malas aku bangkit dari kursiku dan berjalan keluar menuju gerbang sekolah, dan aku berharap dia lupa untuk tidak ikut denganku ketoko buku, Namun semua doa yang aku rapalkan tadi sepertinya tidak terkabul.

Aku melihatnya sudah duduk manis diatas motor besarnya dan melambaikan tangannya kearahku. Mau tidak mau aku menghampirinya dengan memasang topeng yang selalu terlihat baik-baik saja.

"Jadikan ke toko bukunya?"

"Jadi si, lo yakin mau ikut gue ke toko buku. Gue bisa sampai berjam-jam loh disitu." jelasku mensugesti dirinya, agar dia berubah fikiran. Namun sepertinya sugesti yang aku berikan tidak ada gunanya.

"Jangankan sampai berjam-jam, sampai besok pun gue temenin." Paparnya, bagaikan gombalan kecil yang membuat diriku sedikit tersanjung.

Aku tidak membalas perkataannya dan langsung saja duduk diatas motor besarnya itu, kemudian motornya mulai melaju keluar gerbang sekolah, semua mata tertuju padaku saat ini.

Seperti yang aku tau dia tidak pernah terlihat menumpangi perempuan disekolah sebelumnya, tapi kalau diluar aku tidak tau.

Semuanya menjadi kacau jika aku berada didekatnya.

Setibanya ditoko buku langgananku, aku langsung saja masuk tanpa menunggunya terlebih dahulu dan menuju tempat bagian novel yang merupakan teman imajinasiku jika dimalam hari.

Aku tidak menyadari kehadirannya yang sudah berdiri disamping ku dan juga ikut melihat-melihat judul novel yang mungkin menarik baginya.

"Lo mau beli nove lagi?" tanyanya lagi padaku sambil menggumamkan beberapa judul novel yang sudah pernah aku baca.

"Bukan lagi, tapi akan selalu membelinya."

"Addict banget lo ya sama novel." Aku yang mendengar ucapannya barusan hanya tersenyum singkat.

"Kenapa nggak lo coba aja bikin novel." Sarannya padaku.

"Kalau gue bikin emang ada yang mau baca?"

K A M UWhere stories live. Discover now