II. Forget Me Not

13.9K 1.5K 54
                                    

  "Do not allow me to forget you" 
Gabriel Garcia Marquez 

***  

"Amelie." Isabella masuk ke dalam kamar rawat anak laki-lakinya dan tersenyum melihat Amelie yang nyaris tidak pernah meninggalkan Nathaniel sejak pria itu masuk ke rumah sakit. "Kau ingin makan sesuatu?"

Amelie menggelengkan kepalanya dan kembali fokus memperhatikan Nathan yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Matanya merah dan bengkak, rambutnya berantakan tidak teratur menutupi wajahnya yang memerah karena tangisannya."Hey, Nathan." Amelie berbisik lirih lalu melepas genggaman tangannya. "Kau berjanji tidak akan meninggalkanku lagi. Bangunlah." Amelie berbisik pelan di telinga Nathan dengan suaranya yang serak hingga dia yakin hanya dia dan Nathan yang tahu perkataannya.

"Ada apa?" Isabella berjalan mendekat ke arah mereka lalu berdiri di sisi tempat tidur Nathan. Menatap wajah Amelie yang masih memiliki jejak-jejak air mata.

"Aku kira dia sudah bangun." Amelie menarik napas panjang. Ia masih tidak bisa melupakan bagaimana getaran di tangan Nathan tadi pagi yang ternyata hanyalah merupakan peringatan palsu. "Ternyata itu hanya false alarm."

"Kita tidak boleh berhenti berharap." Isabella merangkul Amelie membiarkan wanita itu lagi-lagi menumpahkan air matanya ke gaun ratusan dollar yang Isabella kenakan.

"Sepuluh hari. Sepuluh hari dan keadaannya belum juga membaik." Amelie mulai merasa putus asa. Setiap detiknya ia merasa semakin takut kehilangan. Hanya bunyi teratur elektrokardiogram lah yang membuatnya tetap waras, setidaknya selama jantung itu tetap berdenyut ia masih memiliki secercah harapan.

"Semuanya akan baik-baik saja." Isabella memeluk Amelie erat. Mereka sama-sama merasa kehilangan saat ini. Melihat Nathan berada di atas kasur diambang hidup dan matinya tanpa bisa melakukan apapun juga membuat hatinya hancur secara perlahan. "If it's not okay, it's not the end. Dia akan bangun kau tahu?"

"Ku harap seperti itu." Amelie melihat tubuh Nathan yang masih mengenakan alat penopang hidupnya. Tidak pernah sekalipun Amelie melihat Nathan serapuh ini, selemah ini.

"Aku tahu. Aku tahu kalau dia akan bangun." Isabella berusaha meyakinkan Amelie, juga dirinya sendiri. "Dia anakku. Nathaniel lebih kuat dari apa yang kau bayangkan." Isabella menarik napas dalam-dalam. "Dia tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Dia tidak akan mengecewakan orang-orang yang mencintainya."

Pada detik itu, Amelie ingin mempercayai semua hal yang Isabella katakan kepadanya. Semua perkataan itu memberikannya secercah harapan kalau Nathan akan bangun suatu hari nanti.

***

Pada hari kedua puluh, Amelie duduk termenung menatap lurus ke arah bunga yang baru saja ia taruh di vas. Forget-Me-Not. Bunga yang berarti kesetiaan dalam sebuah hubungan, meskipun ada berbagai rintangan yang merintanginya. Sketsa bunga forget-me-not yang baru saja selesai ia gambar di buku sketsanya terlihat tidak seindah biasanya, warnanya hitam putih karena Amelie hanya menggunakan pensil untuk menggambarnya. Nyaris sebulan sudah berlalu sejak kecelakaan itu, keadaan Nathan masih belum banyak perubahan. Pria itu masih tertidur nyenyak di dalam komanya. 

Pada hari kedua puluh Amelie memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di galeri seni dan fokus untuk menjaga Nathan di rumah sakit. Beberapa kali Amelie mendapati jari-jari Nathan bergerak pelan, tetapi ia tidak ingin berharap terlalu tinggi, jadi wanita itu hanya menyimpannya di dalam hati dan tidak memberitahu siapapun baik suster maupun dokter. Amelie hanya tidak ingin kecewa lagi bila mengetahui bila gerakan jari-jari Nathan hanya sebuah gerak motorik biasa.

Eternal Sunshine | ✓Where stories live. Discover now