2

121 19 4
                                    

"Thanks for today, Cal." Aku tersenyum kearahnya. Calum mengantarkanku pulang dan sekarang kami berada didepan rumahku. "Pake makasih segala, kayak sama siapa aja." Calum memutar bola matanya. Aku terkekeh.

"But my mum said-" "ok ok. You're welcome sweety." Calum memotong ucapanku sebelum aku menyelesaikannya. Aku hanya tertawa.

"Nanti malem gue nginep disini ya, Li." Aku langsung menoleh kearahnya.
"Loh, ngapain? Lo diusir dari rumah?" Calum memutar bola matanya. Kurasa, Calum telah tertular kebiasaanku kali ini.
"Enggak lah, goblok. Gue tau mum lo pergi. So, gue yang bakal nemenin lo disini." Aku tersenyum.

"Tapi gue udah 17 tahun, ya. Pake ditemenin segala, kayak anak kecil."
"No. Gue mau nemenin lo. Mau umur lo 35 sekalipun, gue tetep mau jagain lo. Gue mau ngelindungin lo, Li." Jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya setelah mendengar kata itu.

Ia ingin melindungi diriku.
Ia ingin menjagaku.

"Okay?" Suara berat Calum membuyarkan lamunan liarku tentang 'kita'. Aku menoleh kearah Calum cepat lalu mengangguk. Setelah itu, aku turun dari mobilnya dan berjalan menuju rumahku.

Aku langsung merebahkan diriku diatas kasur indah nan empukku ini.
Semua hal yang kulakukan bersama Calum hari ini masih terbayang jelas diotakku.

Bagaimana cara ia senyum kearahku, bagaimana cara ia menggenggam tanganku,
bagaimana ia mengatakan bahwa ia ingin melindungiku.

Semua itu masih terbayang jelas dibenakku.

Aku segera tersadar dan mengganti pakaian lalu mengambil buku diaryku.
Buku berwarna biru muda ini adalah buku pemberian Calum disaat ulang tahunku yang ke 8. Katanya, ia tidak membeli makanan dikantin sekolah selama 1 minggu lebih hanya untuk membeli buku ini. Aku selalu tersenyum mengingatnya.
Itu berarti buku ini sudah berusia 8 tahun. Sementara buku ini baru kupakai ketika aku sadar bahwa aku menyukainya. Ya, isi buku ini adalah tentang dia. Buku ini sebenarnya biasa saja, tapi sungguh, karena ini pemberiannya, buku ini menjadi sangat berharga untukku.

Kubuka buku diaryku dan menuliskan sesuatu.

Sunday, 8th March 2015

How can I move on if your treatment always make me fall more and more with you?

Lots of love,
Callista Smith.

Setelah menulis, kututup buku itu lalu memasukknya kedalam laci dan menguncinya. Calum tidak pernah tau apa isi buku ini.  Bisa gila aku kalau Calum sampai tau isi bukuku ini. Rusak persahabatan kami. Ya, walaupun aku tidak pernah menuliskan namanya didalam buku itu, tapi tetap saja kan.

Setelah itu, aku memutuskan untuk tidur.

---

Aku merasakan sebuah tangan besar melingkar di pinggangku. Aku menoleh kearahnya dan melihat Calum tertidur disebelahku. Tenang. Wajahnya begitu tampan. Pantas saja jika banyak yang menyukainya. Well, aku salah satunya.

Aku membiarkan hal ini karena jujur, aku selalu ingin merasakan pelukannya. Aku tersenyum melihat wajah indahnya itu.

"Love the view, eh?" Tiba - tiba Calum berbicara dengan mata yang masih tertutup dan bibir yang menyungging ke atas.

"Ew." Aku berusaha untuk tidak tersenyum dan melepaskan diri dari tangan besarnya ini.

"Kalau mau senyum, ya senyum aja. Gak usah ditahan. Yang ditahan itu gak bagus loh." Aku tertawa mendengarnya. Calum membuka mata dan menarikku kedalam pelukannya.

Aku merasakan Calum sedang menghirup aroma tubuhku. Aku terkikik geli karena ulah bodohnya ini.

"Geli, bodoh." Calum masih melanjutkan aktivitasnya.
"Tapi lo suka kan?" Aku diam. Malas menjawab pertanyaannya.

11:11 » c.h ✔️Where stories live. Discover now