2. [ Happy Family Virus ]

32.1K 2K 76
                                    

Sinar matahari yang menelusup dari celah jendela membuat Ello terbangun dari tidurnya. Dia menguap sebentar dan mencoba bangkit. Sial, tubuhnya sakit semua. Ello meraba luka-luka di wajahnya. Hampir mengering meski masih begitu perih.

Suara tangisan bayi membuatnya menoleh ke arah dapur. Dia baru ingat bahwa semalam menginap di rumah Erro. Cepat dia melangkah memasuki dapur. Di sana tampak kakak iparnya sibuk menyuapi Finza. Sementara Erro yang sudah rapi sibuk menggendong Eza.

Ello menatap mereka dengan seksama. Ribet juga punya anak kembar. Serius dia tidak mau punya anak kembar.

Eh, barusan dia bilang apa? Serius dia mau punya anak? Nikah aja belum. Pikiran itu membuatnya merasa tertampar. Belum lagi bayang-bayang Nasha dan si laki-laki brengsek.

Lagi-lagi Ello mendesis jengkel. Dia tidak mau ingat. Sama sekali.

"Om Ello udah bangun, tuh." Echa bersuara sambil sibuk menyuapi bayi perempuannya. "Ayo kasih salam dulu dong."

Finza tertawa sambil menepuk-nepuk tangan. "Agihh..."

Ello tersenyum. Dia mendekat dan segera mengelus puncak kepala Finza. Bayi itu tertawa lagi. "Pagi keponakan Om yang cantik. Sarapan pakai apa?"

"Pakai bubur, Om. Ayo akh dulu sayang," jawab Echa.

"Akhh..."

"Pinter. Jaja mau juga?"

"Mau. Sini dong Jaja laper, Cha." Ini yang berteriak Erro.

"Jaja buka mulutnya dulu—akh... Pinter." Echa bersorak sambil menyendokkan bubur kembali pada Finza.

Ello yang melihat kesibukan mereka hanya terkikik.

"Apaan lo ketawa? Besok lo juga bakal ngerasain gini juga kali."

Seketika Ello stop tertawa. Wajahnya kembali pada posisi semula. Datar. "Sorry, abisnya kalian rempong banget pagi-pagi gini."

"Yes, ini emang kehidupan rumah tangga. Rempong-rempong tapi seneng."

Ello mendengus. Jawaban macam apa itu. Dia hanya melenggang santai sambil meraih sebotol colla dari dalam kulkas.

"Pagi-pagi nggak bagus minum es, El." Echa berseru dengan tampang angry mom.

"Hmm..." Ello segera memasukkan colla itu kembali. Dia duduk di samping Erro yang tengah bermain dengan Eza. Kembarannya itu sudah rapi dengan kemeja biru donker dan celana katun.

"Pagi-pagi kok udah rapi sih, Ro?"

Erro yang tengah mengelap mulut Eza menoleh. "Gue ada projek baru. Jadi hari ini rapat crew."

"Majalah Grenada udah selesai?"

"Bulan ini udah. Mungkin dapet job lagi bulan depan. Sekarang gue lagi ada projek film era sembilan puluhan."

Ello hanya mengangguk-angguk. Dia paham betul kerjaan Erro juga menumpuk sama seperti dirinya. Sebagai fotografer sekaligus kameramen handal, tentu saja job yang didapatnya banyak sekali. Belum dia harus mengurus pemotretan beberapa majalah. Bahkan kadang mengambil beberapa shooting film. Tapi yang dia sukai dari Erro adalah moto hidupnya yang santai. Take it easy, begitu katanya.

Beda sekali dengan dirinya yang serba serius. Semua hal dibawa serius.

"Gila udah jam delapan. Gue bisa dimarahin si Boss. Mana meeting mulai jam sembilan." Erro berteriak heboh. Sekarang laki-laki itu sibuk mondar-mandir. Masuk-keluar kamar berulang kali.

Wedding Dash [FS 4th] RepublishWhere stories live. Discover now