1

265 7 1
                                    

my new story (again) guys. enjoy! ^^


***

Bintang POV

CAPEK!!!

Ingin rasanya aku berteriak di tepi pantai hingga suaraku dapat menyaingi deburan ombak yang menghantam karang. Biar saja mulutku sobek dan suaraku habis yang penting aku bisa mengeluarkan seluruh kekesalan yang terpendam di dalam sini.

Ini hari jumat dan sepantasnya merencanakan liburan untuk weekend besok bersama orang terdekat. Yah walaupun aku di perantauan dan aku tidak memiliki banyak teman di ibukota ini tapi setidaknya ada yang menghargai weekendku yang malang.

Aku menaiki tangga menuju rumahku. Apartemen jika kau ingin bahasa kerennya. Apartemen itu bukan milikku tapi milik teman satu kantorku. Awalnya aku menompang dan membayar sewa tinggal disana. Tapi karena teman ku itu sudah menikah maka ia pindah ke rumah baru yangg di beli oleh suaminya dan aku diijinkan tetap tinggal dengan bayaran yang sama saat dia tinggal bersamaku dulu. Teman yang baik bukan?

Gedung apartemen ini tidak bisa di bilang mahal dan mewah. Letaknya yang di pinggiran ibukota dan jauh dari pusat perkantoran membuat hanrganya sedikit lebih murah. Murah bukan berarti tidak memiliki lift. Gedung ini punya dua lift dan aku sedang malas menggunakannya. Aku memilih jalur tangga darurat hingga ke lantai empat tempatku.

Kesedihan yang ku terima di tempat kerja membuatku ingin lebih lama lagi larut dalam duka ini. Bagaimana tidak. Bos ku yang sok ganteng padahal sudah uzur itu memberiku tugas tambahan yang seharusnya dikerjakan oleh sekretarisnya. Bukan hanya itu. Pak tua itu juga memberiku tugas yang harus selesai senin depan padahal aku tahu deadline tugas itu jatuh pada hari kamis depan.

Aku tadi menolaknya dengan halus namun pak tua itu menatapku dengan matanya yang hampir berguling ke lantai dan tanduk yang sudah muncul beberapa senti di kepala berubannya. Bukannya takut namun aku belum ingin merasakan gosong karena disembur oleh api dari mulut pak tua itu. Aku menerimanya dengan berat hati. Pak tua itu terlihat senang. Wajahnya berubah tiga ratus enam puluh derajat. Sambil tersenyum sok manis ia mengatakan akan mengingat jasaku dan siap membantuku jika aku membutuhkannya suatu hari nanti.

"Dek. Dek Bintang" aku mengangkat wajahku menatap tetangga depanku. Wanita berumur empat puluhan yang sudah tinggal lima tahun di gedung ini.

"Ya kak?" dia memaksaku untuk memanggil kakak di umurnya yang tidak muda lagi.

"tadi yang punya gedung datang sama dua orang cowok tampan. Kayaknya sih mau tinggal di sebelah kamu. Gak tahu sih jadi apa enggak tapi tadi yang punya gedung bilang yang akan tinggal di sebelah kamu cuma satu orang." Jelasnya tanpa henti.

Aku mencoba tersenyum walaupun datar. Malas untuk menanggapi karena aku tidak perduli. Dia masih menyerocos tak jelas dan aku sudah cukup pusing.

"maaf kak. Saya masuk dulu ya. Permisi." Ucapku sesopan mungkin. Aku membuka kunci pintuku lalu masuk tanpa menoleh lagi padanya. Tidak perduli dia marah atau mungkin mengataiku.

Yang ku butuhkan malam ini adalah mandi air hangat lalu membuat susu hangat untukku sebelum tidur. Aku akan menyelesaikan tugas kantor besok.

Sabtu. Weekend ku yang malang. Hiks.

***

Pagi tadi aku bangun siang. Jam 9 dan dalam keadaan yang sangat lapar. Aku memutuskan untuk membeli sarapan ke seberang gedung.

Saat aku kembali dan hendak membuka pintu apart ku, kak Iren begitu nama ibu dua anak itu, memanggilku dan mengatakah beberapa informasi yang di dapatnya saat aku pergi tadi.

Ms. Gloomy and Mr. PlayboyWhere stories live. Discover now