2

35 11 0
                                    

Salman pov

Udah sebulan nih aku pindah ke Bogor. Jujur aja, aku masih sayang sama sekolah aku di Semarang. Tapi sekarang aku jauh lebih sayang sama kota Bogor ini karena ada Sasha.

Sasha, cewek pertama yang ngobrol akrab sama aku sejauh ini kecuali Mama. Aku ngerasa nyaman di deket dia. Mungkin kata orang yang aku rasain sekarang itu cinta monyet. Ahh biarinlah. Toh paling cuma sebentar.
"Sashaa tungguin dong huhh huhhh" panggil Salman sambih bernafas dengan terengah-engah. "Loh Salman? Kenapa ngos-ngosan gitu?" Tanya Sasha (sok) polos. "Ngejer kamu lah. Dari parkiran jemputan tadi aku udah manggil sama ngejer kamu. Tapi kamunya ga denger" jelas Salman panjang lebar. "Hehehe sorry deh Sasha ga denger. Ya udah ke kelas barengan yuk" maaf Sasha. "Yuk" jawab Salman

Hari Senin

Aku baru saja turun dari jemputan. Saat berjalan aku melihat sosok perempuan yang selama ini buat aku susah tidur karena memikirkannya. Yang buat aku selama ini suka ngelamun di rumah.

"Sashaaaaaaaa" panggilku. Sontak saja gadis itu terkejut saat melihat kebelakang. "I-iya Man" jawabnya kalem. Setelah berhasil menyajarkan langkah kaki, aku terpukau melihatnya. Dia memang gak putih ataupun langsing. Tapi yang buat aku sadar, tatapan matanya yang teduh dan senyumannya yang memukau itu yang membuat ku jatuh hati. Sasha akhir-akhir ini jadi lebih tertutup dan lebih dingin kepadaku.

--------------------

KRIIIING, Bel tanda istirahat pun berbunyi

"Sha ke Kantin yuk, Salman lapar" kataku sambil tersenyum 3 jari. Sasha hanya mengangguk. Aku jadi makin penasaran. Ada apa sih sama Sasha. Aku di cuekin terus. Aku harus nanya sama dia. "Sha?" Tanyaku. Sasha menoleh "Ya?". "Kamu kok akhir-akhir ini nyuekin aku sih? Ada masalah ya? Cerita dong sama aku". Sontak Sasha langsung bergidik. Air mukanya pun sulit untuk di tebak. Lama kelamaan air mata Sasha menetes dan membasahi pipinya yang lucu. Dia menatapku nanar. Entahlah apa yang terjadi padanya. Dengan reflek aku menghapus air matanya "Sha, maaf ya kalau kalimat aku tadi ada yang salah. Aku ga bermaksud kok. Aku cuma pengen kamu cerita kenapa kamu nyuekin aku". Senyuman lirih pun terpasang di wajahnya yang sedih "Iya Man, aku gak papa". Lalu Sasha berlari meninggalkan ku di lorong.

Apa aku tadi salah bicara ya? Bagaimana kalau Sasha nanti tidak mau memaafkan ku? Waduh gawat nihh

Aku berlari mengejar Sasha.

--------------------

Di Taman

Aku melihat sosok Sasha yang menangis sesegukkan di sana. Dia menangis seraya meracau menggunakan bahasa Inggris yang tak ku mengerti maksudnya. Aku berjalan mendekatinya. Aku memberikannya sapu tangan keberuntunganku. Eittss jangan pikir aku mempercayai hal-hal seperti itu. Tapii. Ah sudahlah sulit untuk di ceritakan.

"Salman, Sasha jelek ya?" Tanya Sasha yang masih menangis. Jujur aku tak kuat melihatnya sedih seperti itu. Demi pilus su*ro aku menahan tanganku agar tidak memeluknya. Karena aku sadar ini masih area sekolah. "Nggak kok Sha. Sasha manis, lucu lagi" jawabku. "Tapi kok ayah gak sayang sama Sasha?" Tuturnya. Aku kaget dan langsung bertanya "Memang ayah Sasha kenapa?". "Ayah sama Bunda pisah. Aku sedih, adikku juga masih kecil tapi sudah kehilangan sosok ayah". Aku memegang dagu Sasha. Dia pun mendongak. "Sasha ga usah terlalu di pikirin. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk Sasha. Atau mungkin Allah sedang menguji Sasha agar tetap tegar dan tersenyum" hiburko. Sumpah demi kacang kulit gar*da aku pun tak menyadari kata-kataku tadi. Perempuan ini membuatku menjadi bijak. "Haha, iya kali ya. Tapi Sasha takut kalau Salman nanti menjauhi Sasha karena orangtuaku bercerai" tuturnya. Spontan aku tertawa terbahak-bahak. Dapat ku lihat dari ekor mataku kalau dia cemberut. "Hahaha, ya tidak lah. Salman kan sahabat Sasha. Masa Salman tega ngeliat Sasha nangis sesegukkan kayak tadi sih hahaha" kataku. Aku jujur benci mengatakan kalau kami hanya sahabatan. Atau aku yang bodoh karena aku ingin hubungan yang lebih dari sekedar sahabat. Segaris senyum cerah menghiasi wajahnya yang cantik. "Makasih ya Man. Sasha sayang Salman" katanya. Aku hanya tersenyum.

Iya sama-sama Sasha. Selama Sasha bahagia, Salman juga bahagia

[ASS 2] My First CrushHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin