1

21 4 0
                                    

Gabriella.

Aku memasuki rumahku dengan tergesa-gesa. Salju sudah mulai turun, membuatku sedikit menggigil. Aku beranjak menuju dapurku untuk membuat segelas susu hangat.

Aku menyukai dinginnya salju. Aku termenung sambil memegangi gelasku. Meratap pada salju yang terus-menerus turun.

"Hai" aura disekelilingku berubah menjadi lebih kelam. Aku menoleh dan menemukan Michael menatapku dengan senyumannya.

Lucifer Michaelis. Ia adalah seorang demon yang dapat membuatku jatuh cinta. Parasnya memang tidak dapat diragukan lagi.

Begitu pula dengan kekuatannya. Ia dapat membunuh beribu-ribu orang hanya dengan satu jarinya.

Aku tidak menyesal mencintainya. Mencintai adalah sebuah anugerah. Walaupun, aku harus terusir dari golonganku sendiri.

Tapi, itu tidak berlaku bagi Michael. Ia adalah penerus kerajaan demon. Ia terlalu kuat untuk dihukum. Yang ia dapat hanya penyegelan yang sebenarnya tak berguna bila dibandingkan dengan kekuatannya itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Kata Michael. Ia mendekat kearahku dan duduk dihadapanku. Ia mengambil tanganku lalu kemudian ia menciumnya.

Aku tersenyum. Dia memang berkuasa, makhluk pembenci, dan mungkin haus darah. Tapi, saat ia berhadapan denganku, ia menjadi pria yang berbeda. Lembut dan juga posesif.

"Tidak ada" aku menggeleng. Ia mengelus-elus rambutku dan memainkannya. Aku menepuk pelan tangannya, merasa terganggu.

"Apa? Ini sangat menyenangkan." Katanya. Ia kembali mengulurkan tangannya untuk mengusap kepalaku.

"Hentikanlah." Aku menatapnya jengah. Ia tersenyum-senyum sambil menatapku.

"Ya, terserahlah."kataku. Aku bangkit untuk menuangkan susu hangat dan memberikannya pada Michael. Ia tersenyum berterimakasih padaku.

"Gab" panggilnya. Aku menoleh. Ia mendekat dan menyentuh punggungku. Tepat di tempat bekas sayapku.

"Apa ini masih sakit?" Katanya. Aku tercenung. Aku tidak ingin memikirkannya lagi. Sekelebat bayangan melintasi pikiranku. Ia menatapku dengan cemas.

"Tidak, sudah tak apa." Kataku. Mulutku bergetar seolah terdengar ragu. Tak lama, ia mendekat kearahku dan mendekapku.

Pelukannya sangat nyaman. Bahkan, sebagian diriku sudah kembali rilex. Aku memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam bau Michael yang sangat menenangkan.

Ia kembali mengusap kepalaku. Aku memeluknya erat. Seakan, ia adalah satu-satunya milikku yang tersisa.

Ya, memang benar. Dia memang milikku dan takkan pernah berubah. Tanpa sadar, kesadaranku telah lenyap. Aku jatuh tertidur dalam dekapannya.

"Semua akan baik-baik saja, cintaku."

***

Hei (lagi)

Maap pendek. Jangan lupa untuk vote dan kalau gak keberatan comment. Satu Like
sangat berharga untuk keberlangsungan hidup eh, cerita.

Rabu, 3 Februari 2016. 20:51

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Fallen angelWhere stories live. Discover now