♂Part 3 : Kissmark

14.1K 1.3K 23
                                    

Apa yang lebih buruk dari bangun di pagi hari oleh teriakan seekor bocah?

Greget.

Kesal.

Frustasi.

Tapi nggak bisa apa-apa, selain bangun dan memulai rutinitas.

Aku memijat pelipis keras, kepalaku pusing karena efek kurang tidur. Demi Tuhan, ini baru jam 6 pagi. Dan aku hanya punya waktu tidur tiga jam. Itu pun tidak bisa disebut tidur berkualitas, mengingat posisiku di atas lantai tanpa alas yang sangat-sangat-sangat mengenaskan.

Setelah susah payah berdiri, aku berjalan ke arah lemari di pojok ruangan. Jangan bayangkan kamarku adalah ruangan sempit berukuran 3x4m berdebu dengan beberapa benda usang di dalamnya -khas kamar pembantu Konglomerat.

Ayolah kawan, ini bukan sinetron. Nyatanya, bapaknya Jeje -Pak Johan- selalu memperlakukan aku dengan baik. Semua pekerja di sini diperlakukan layaknya keluarga sendiri.

Kamarku nggak kalah kok sama kamar Jeje.

Ah, sudahlah. Bukan saatnya untuk memikirkan semua yang berhubungan dengan dia. Nggak munafik ya, jujur saja aku masih kesal dengan kejadian kemarin. Kesannya aku  seperti seorang pedofil hypersex yang terpaksa memuaskan diri sendiri karena teman tidurnya ketiduran. Konyol.

Aku keluar kamar sembari menenteng snack dan susu botol, cadangan makanan di saat lapar. Dengan santai berjalan menuju garasi untuk memanaskan mobil. Meski berisik, aku mengabaikan kegaduhan di ruang tengah -yang tak sengaja kucuri dengar- sedang membicarakan bekas kemerahan di leher Jeje.

Rempong deh, batinku. Aku nggak sedang mengarang cerita dan membesar-besarkan masalah. Karena Jeje sekarang beneran mirip anak perawan yang baru saja diperkosa. Ckckck..

Lagi pula, Jeje apa ya nggak punya malu untuk membicarakan hal itu -kissmark yang aku buat semalam- di depan Ayah Ibunya?

Jeje memang lugu, terkesan goblok.

Pukul setengah tujuh, aku mengantar Mas Jeje ke sekolah -selalu pakai Mas kalau lagi jam kerja, takut keceplosan.

"Sudah makan, Mas?" Tanyaku basa-basi.

Dia menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kemarin tidurnya nyenyak?" Lanjutku.

"Hmmm.."

Kulirik Mas Jeje lewat pantulan kaca spion depan. Males banget jawabnya? Kalau tau kayak gini, aku menyesal deh sudah tanya. Batinku.

"Nanti mau dijemput jam berapa?" Meski begitu, aku mencoba bekerja profesional. Abaikan ego, abaikan gengsi, abaikan malu.

"Lo berisik banget jadi orang! Gue makin sakit kepala denger ocehan lo. Diem dan jangan ngajak gue bicara!" Bentak Mas Jeje.

Aku bungkam seketika. Lah, Mas Jeje kenapa seperti macan PMS nih?

Dalam lubuk hatiku yang paling dalam,

Fuck.

Dasar nggak tau terima kasih. Dia tidak ingat apa, siapa yang kemarin rela waktu istirahatnya terpotong gara-gara panggilan orang di seberang sana yang lagi mabuk? Yang sempoyongan membawa tubuh beratnya? Yang hampir jadi korban pemerkosaan dan pelecehan seksual *padahal ngarep* bocah di atas umur?

Berjuang dengan sisa-sisa kesabaran untuk tak membuang Mas Jeje ke Samudera Hindia, aku menyalakan radio. Kuatur volumenya ke volume maksimal. Menyeringai.

Kebetulan saluran radio itu sedang memutar lagu Given Up nya Linkin Park. Jadilah mobil kami seperti diskotik dadakan, full musik berdentum yang bikin telinga berdenyut -saking kerasnya.

Hal ini tentu saja menambah kejengkelan Mas Jeje. "Heee!! Lo sinting apa!! Kepala gue sakit, kenapa malah nyalain lagu yang berisik banget!! Cepat matiin woi! Mati'iiiin!!! Anjing, babi, kucing, tikus lo!"

Ha-ha. Bodoh amat. Steve dilawan, nggak takut.

Kan yang gaji bapaknya, bukan dia. So, kenapa juga aku harus menuruti semua kemauannya? Dia bukan bayi kan?

Terus dia bilang apa tadi? Anjing, babi, kucing, tikus?

Astaga!

Dia mau mengataiku, apa mendaftar hewan mamalia sih? Nggak kreatif banget.

"I think I hear something. Who is it?"

"Gue pecat lo, bangsat!" Umpat Mas Jeje.

"Sorry, hard to say. But, I can't speak with you, Gosh."

Raut wajah Mas Jeje langsung berubah warna. Hijau seperti Hulk. Ha-ha. Syukurin. Senjata makan tuan.

Mungkin karena tak bisa membalas ejekanku, Mas Jeje menendang kursiku gemas. Sambil mengucapkan rentetan sumpah serapah yang tak aku pahami saking cepatnya.

Tawaku langsung meledak.

***

Bab-bab selanjutnya bakal membahas gimana ramenya Jeje sama Steve. Jadi jangan kaget kalau isinya nggak adegan R++ semua. Wahahaha~ *ketawa jahat*

Jangan lupa vote dan comment ya ^^

Makaseeh:v

Sugar ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang