9: Sisi Lain Davian

2.5K 288 83
                                    

Apa benar, mereka berdua saling menghindar?

Apa benar yang dikatakan orang-orang kalau keluarga Hardijaya tidaklah harmonis?

Apa benar seorang Ferro Zenanta yang cukup terkenal karena kharismanya ternyata memiliki hubungan yang tidak baik terhadap saudara kandungnya; Readinata?

Dan semua pertanyaan-pertanyaan tak tahu diri itu terus berspekulasi dalam otak Davian yang semakin melebarkan pertanyaan lainnya. Davian sadar betul otaknya sudah memerintahkan untuk berhenti memikirkan hal yang bukan menjadi urusannya. Ia sadar betul tidak seharusnya ia memikirkan hal ini. Tapi entah bagaimana cara mengusir rasa penasaran hingga membuat pikirannya terus dihantui tanda tanya besar itu. Berusaha untuk melupakan kejadian ganjil yang masih terekam jelas dalam ingatan Davian sore tadi, entah sudah keberapa kalinya ia menghela napas kasar.

Ibu jarinya terus menekan asal tombol pada remot tv untuk mencari channel yang pas. Yang terlihat sekilas di ruangan ini Davian sedang menonton televisi, tapi kenyataan berkata lain--televisi yang menonton Davian. Pikirannya terasa kosong dan berlari entah kemana.

Hingga ia tersentak dan mengerjap pelan, seseorang yang menjadi alasan mengapa pikirannya melayang jauh dan menghasilkan tanda tanya itu sedang berakting singkat di layar kaca, dalam sebuah iklan hand&body lotion.

"Ini iklan barunya Rea?" tanyanya, ragu. Setahunya, cewek itu sempat melakukan ijin telat masuk sekolah untuk shooting iklan, apa mungkin iklan ini yang dimaksud?

Keningnya mengerut, matanya yang teduh kini berubah tak terbaca. Ia memerhatikan Readinata tanpa berkedip. Rambut hitam lurus yang sering tergerai itu sudah terlihat sangat halus tanpa perlu repot-repot mengusapnya. Kerlingan mata itu ... rasanya jantung Davian ingin loncat saja.

Tidak menyangka kalau mata yang selalu ada setiap hari di dekatnya itu begitu menghipnotis dengan bola mata hitam legam yang teduh dan tajam dalam satu cahaya yang melengkapi alis matanya yang melengkung sempurna. Hidung kecil mancung yang rasanya baru kali ini Davian ingin sekali mencapit hidung itu. Dan bibir mungil itu ... astaga entah bagaimana caranya jantung Davian terasa berdetak lebih kencang melihatnya.

"Cantik." Tanpa sadar ia bergumam. Tak lama Davian menggeleng mantap. "Apa sih gue, kenapa jadi aneh gini ngeliat tuh cewek?"

"Tunjukkan hari cerahmu!"

Suara terakhir yang diucapkan Readinata dengan senyum merekah yang menampilkan gigi rapi dan pipi merona menggemaskan membuat Davian semakin terduduk kaku di atas tempat tidurnya saat ini. Ia merasa ada yang aneh mengalir disetiap jengkal tubuhnya.

Kenapa dengan dirinya?!

Dengan cepat ia mematikan televisi yang membuatnya terlihat semakin kacau. Ia sadar betul, ini pertama kali baginya merasakan hal ajaib seperti ini--pubertas yang terlambat bagi Davian, mengingat teman-temannya sudah pintar menata suatu hubungan di masa SMA.

"Tadi lo mikirin keluarganya, sekarang lo mikirin orangnya. Jangan baper lah, Dav!" hardiknya pada diri sendiri.

Dengan malas, ia beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya, mendapati seluruh isi rumah dengan lampu yang sudah padam. Ia hendak mencari air dingin dari dalam kulkas yang sepertinya wajib untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.

Sambil bersandar pelan pada kulkas dua pintu di belakangnya, pikirannya melayang lagi.

Ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Readinata di kelas. Davian mengakui kalau cewek itu menarik dan memiliki ciri khas dalam penampilannya, walaupun dengan seragam sekolah yang masih terlihat kaku.

Hingga cewek itu disuruh duduk tepat di belakangnya.

"Kamu boleh duduk di sana, belakang Davian, dekat jendela."

SatintailWhere stories live. Discover now