25

658 97 8
                                    

*Anne's POV*

Musim panas selalu menjadi salah satu musim kesukaanku. Matahari bersinar dengan hangat dan halaman sekolah dipenuhi rumput hijau yang menenangkan.

Dan ini adalah hari terakhirku di sekolah tua ini. Aku meregangkan badanku lalu menarik koperku keluar menuju halaman depan.

Aku melihat Mum melambai padaku bersama seorang wanita yang tersenyum padaku. Seorang gadis kecil memegang tangan wanita itu seperti ketakutan namun wajahnya terlihat sanagt gembira. Aku berlari dengan cepat ke arah mereka lalu memeluk Mum.

"Aku tak bisa percaya kau sudah lulus Anne," ucap Mum.

"Aku sudah besar Mum!" ucapku membuat Mum tertawa.

Aku berbalik melihat wanita itu.

"Mrs Sangster! Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku sembari memeluknya.

"Ava ingin melihat sekolahmu dan kau tahu aku tak bisa menitipkannya pada Thomas jadi aku ikut datang. Selamat atas kelulusanmu Anne,"

Ava memelukku dengan erat. Dia sekaramg sudah berusia 12 tahun dan tingginya sudah mencapai dadaku.

"Hei Ava, bagaimana sekolahku?" tanyaku.

"Ini sangat bagus! Seperti di St. Claire!" jawabnya membuatku tertawa pelan.

"Hanya saja disini bukanlah dunia Enid Blyton."

"Biarkan ia berimajinasi Anne,"

Aku berbalik dan melihat Thomas tersenyum padaku. Dia berpakaian seperti salah satu murid dari sekolah asrama pria di dekat sekolahku. Aku memeluknya dengan erat.

"Bagaimana kabarmu?" bisiknya di telingaku.

Aku melepaskan pelukanku lalu memukul bahunya dengan main-main.

"Anne, aku dan Mrs Sangster akan berkeliling sekolah terlebih dahulu. Kau pergilah bersama Thomas," ucap Mum.

Aku tersenyum lalu menarik Thomas menuju halaman hijau luas di pinggir lapangan lacrosse. Kami duduk di bawah sebuah pohon besar di tengah halaman tersebut. Beberapa gadis tampak sedang meminum teh di ujung halaman tersebut.

"Jadi bagaimana kabarmu?" tanyanya lagi.

"Aku baik-baik saja terimakasih. Aku bukanlah orang yang tak pernah memberi kabar selama musim semi ini." jawabku dengan nada sarkasme.

Thomas membenarkan posisi duduknya lalu tertawa pelan. Aku menatapnya dengan tatapan dingin.

"Baiklah aku minta maaf karena tidak menghubungimu sejak musim semi. Kau tahu jadwal syutingku sangat padat dan-"

"Oh Thomas, aku ini sahabatmu. Aku tahu kau hanya melakukan syuting sampai akhir musim dingin dan kau mengabaikanku selama musim semi!" potongku.

Thomas menghela napas lalu menarik bahuku sehingga aku menatapnya. Matanya yang cokelat masih sama seperti dulu.

"Anne, aku ingin sekali mengatakan yang sebenarnya padamu tapi kau akan marah padaku." ucap Thomas.

"Aku tidak akan marah Tommy,"

Mendengar nama panggilannya, Thomas hanya tersenyum. Dia melepaskan tangannya dari bahuku lalu bersandar kembali pada batang pohon yang besar.

"Aku bertemu seseorang Anne. Seseorang yang membuatku merasa nyaman."

Aku mendengarkan ucapan Thomas dan merasakan dadaku seakan sesak. Aku hanya memandangnya. Sepertinya dia tidak main-main.

"Apa maksudmu?" tanyaku pelan.

"Aku sepertinga jatuh cinta pada gadis itu. Aku bertemu dengannya karena sebuah tugas dan dia sangatlah menyenangkan."

Aku hanya diam mendengar jawabannya. Rasa hampa terasa di dadaku, membuatku bingung harus membalas Thomas seperti apa. Tanganku memainkan rumput di bawahku dan mataku menolak untuk menatap Thomas.

"Hei kau tak marah kan?" tanya Thomas sembari memegang bahuku.

Aku mendongak dan tersenyum padanya.

"Ya aku tidak marah. Itu baik bukan jika kau menyukai seorang gadis?"

"HAAAAAAAAAA"

Aku berteriak kencang dan mendengar suara seseorang berlari dengan cepat menghampiriku. Thomas memelukku, mencoba menenangkanku.

"Anne aku disini. Itu semua hanya mimpi," ucapnya menenangkan.

Badanku bergetar dan aku masih terisak. Thomas memelukku dengan lebih erat, membuatku merasa lebih aman.

"Tidak Thomas, itu bukanlah mimpi." ucapku pelan.

"Bukan mimpi? Apa maksudmu?"

Dan tiba-tiba saja kepalaku terasa sakit. Aku meringis, memegangi kepalaku.

"Anne, apa ka- Oh Tuhan, kau ingat kembali. Aku akan mengambilkan obatmu,"

Thomas bangkit berdiri namun aku menahannya. Dia menatapki dengan cemas tapi aku hanya menariknya duduk kembali.

"Anne tapi kau ha-"

"Tidak Thomas. Diam disini, aku tak mau sendirian."

Aku kembali berbaring dan merasakan kepalaku berputar dengan cepat. Thomas menyelimutiku lalu ikut berbaring di sebelahku. Tangannya memeluk pinggangku dengan erat, membuat rasa sakit di kepalaku menjadi sedikit berkurang.

"Tidurlah Anne, kau akan melupakannya pada pagi hari."

Dan hal terakhir yang kuingat adalah kecupan lembut di puncak kepalaku.

*Thomas' POV*

Aku merasakan gerakan lembut di tanganku. Aku membuka mata dan melihat Anne masih tertidur dengan nyaman di pelukanku. Wajahnya tertutup rambutnya yang panjangnya. Aku membenamkan kembali kepalaku di bahunya, merasakan napasnya yang pelan.

Dia berbalik dan tersenyum padaku.

"Pagi Anne, merasa lebih baik?" tanyaku.

"Ya, terimakasih."

Dia mencium bibirku dengan cepat, membuatku tersenyum. Aku memeluknya dengan lebih erat, menariknya lebih dekat.

"Bangun Anne, aku sudah da- HOLY HELL!"

Aku melompat berdiri dan melihat Max berdiri di ambang pintu. Dia terlihat terkejut dan juga canggung. Anne sudah berdiri dan menggaruk belakang kepalanya dengan canggung.

"Teruskan apa yang kalian lakukan. Aku baik-baik saja disini," ucap Max sembari menutup pintu kamar.

Aku dan Anne bertatapan dan kami langsung tertawa keras. Anne bahkan sampai harus kembali berbaring karena terlalu banyak tertawa. Aku berbaring di sebelahnya, memeluk pinggangnya.

"Setelah Dylan dan sekarang Max? Apa yang terjadi dengan semua orang?" tanya Anne setelah berhenti tertawa.

"Mungkin mereka ingin melihat kita melakukan itu,"

Anne memukul kepalaku, hanya membuat tertawa semakin keras.

IS IT TOO LATE NOW TO SAY SORRY?

Maafin aku lagi ujian praktek jadi ya gitulah

"

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now