Chapter IX

3.5K 205 5
                                    

Dari sisi yang tidak dapat ku lihat, Akashi-kun mengeluarkan gunting dari balik selimutnya itu, mengangkatnya perlahan lalu mengarahkannya kepadaku.

Wajahnya tak dapat ku tebak, ia seperti bukan Akashi-kun di satu sisi, namun ada sisi dimana ia adalah Akashi-kun.

"Tetsuya"

Suara lembutnya kini memberat disertai dengan tatapan mata yang sangat mendekap dan tajam ke arahku, matanya menyipit sedikit.. lalu...

Zzzzztttt...

Tiba-tiba semuanya menjadi hening..

Tidak mungkin!

Tidak mungkin!

Tetesan darah ini, aku harap ini semua hanya mimpi, aku berharap ini semua hanya sebuah pembayangan yang salah.

"Kuroko.."

Sekejap setelah menatap kedua mata hetero itu, aku merasakan tarikan tangan kuat, ya.. tenang saja, aku tau kalau itu tangan Midorima-kun.

"Akashi, apa yang kau lakukan?!" cetusnya sambil merebut benda tajam itu dari tangan Akashi-kun.

Midorima-kun mengambil sehelai tissue untuk membersihkan darah di tanganku. Jika banyak yang bertanya-tanya, ada dua berita saat ini, baik dan buruk... berita baiknya adalah darah di tanganku ini bukanlah darahku, dan kalian pasti sudah dapat menebak kelanjutannya.

"Shintarou, tanganku hanya tergores tanpa sengaja, benar, Tetsuya?"

Sial!

Saat Akashi-kun mengatakan hal itu, aku hanya dapat terdiam, ku rasa, lebih baik diam daripada mati di kandang harimau.

"Bakashi! akan ku panggilkan dokter. Ayo Kuroko!"

Midorima-kun menarik kuat tanganku, wajahnya menjadi serius, seolah ada hal baru yang ia ketahui.

Belum jauh kita meninggalkan kamar Akashi-kun, ia langsung menatapku dingin.

"Ini sudah kedua kalinya ia melukai dirinya sendiri, entahlah matanya benar-benar ia lukai juga atau tidak.."

"Aku sekarang sadar, ketiga kepribadiannya." jawabku simpel.

"Apa yang kau maksudkan? aku memang menyadarinya juga, tapi untuk mengetahui kepribadian mana yang sedang menjadi sandiwaranya, itu sulit. Butuh penelitian lebih." balasnya.

"Aku yakin, baru saja ia menggunakan kepribadiannya yang pertama, dilihat dari cara menjawabnya yang tenang dan dengan senyuman simpul yang dapat ku yakini bukan dibuat-buat, tanpa menyadari semua kejadian sebelumnya."

"Bagaimana dengan kepribadian yang lain?"

"Menurutku, untuk kepribadian yang kedua, tatapannya lebih dingin, dan cara berbicaranya jauh lebih menusuk, bisa jadi ia benci dengan candaan walau hanya sedikit, untuk kepribadiannya yang ketiga, aku yakin, itu yang ia pakai saat menyerang dirinya sendiri."

Kenapa rasanya dunia semakin menyempit? seolah manusia hanya ditakdirkan hidup dengan para pemangsa sesamanya, bukan kanibal, tapi entahlah bagaimana aku menyebutnya, itu terlalu mencekam.

Apapun yang diinginkan Akashi-kun saat ini, rasanya tak dapat ku tebak, secara tak langsung, aku baru saja berkenalan dengan tiga orang dengan karakteristik yang berbeda jauh.

"Akan ku ceritakan sedikit tentangnya, tapi sebaiknya menjauhlah dari kamarnya, aku kuatir hal buruk bisa terjadi."

Ku angguk kepalaku pelan memberi isyarat setuju pada Midorima-kun, aku mengikutinya sampai ke lobby.

Suasana lobby terlihat biasa saja, seolah tidak ada hal yang pernah terjadi di rumah sakit ini, padahal kejadian itu bisa dibilang seperti baru saja terjadi, masih terlihat jelas dari bekas kerusakannya.

EinerWhere stories live. Discover now