Pagi-pagi sekali sebuah mobil jenis hatchback yang dikendarai Galih berhenti di depan rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Gendis. Rencananya mereka akan menghadiri acara pernikahan salah satu rekan kerja satu kantor di daerah BSD City.
Gadis itu segera keluar rumah dengan setelan kebaya modern yang membuatnya terlihat manis. Dan wajahnya yang selama ini selalu tampil polos, kini terlihat berbeda karena sedikit polesan makeup yang semakin mempertegas kecantikan khas gadis-gadis Sunda.
"Siap ke penghulu, Neng?" kelakar Galih saat Gendis masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.
Gendis tertawa. "Mas El kenapa nggak jadi ikut?" tanyanya.
"Dia mau menghadap calon mertua."
"Jadi, Mas El emang udah serius, ya, sama Mbak Zulmi?"
Galih terkekeh di sebelahnya. "Sejak kapan?" tanya Galih.
"Apanya?"
"Sukanya?"
Gendis memutar kepala dan menatap Galih. "Emang keliatan banget, ya, Mas?"
"Nggak banget, sih, cuma keliatan aja."
"Aku juga bingung, Mas. Padahal dari awal Mas El udah jelas-jelas pasang tanda perboden, akunya aja yang baper."
"Namanya juga hati, Dis, bukan mobil yang bisa lo setir ke mana tujuannya. Asal lo mau buka mata dan buka hati untuk hati yang baru, karena bukan nggak mungkin ada orang lain di sekitar lo yang siap menawarkan hatinya sebagai obat sakit hati buat lo."
Gendis refleks menatap Galih. "Siapa?"
"Gue," jawab Galih dengan lantang. "Gue bersedia kok, jadi obat patah hati lo."
****
Sementara di tempat lain, Ello tengah berdiri tegang di depan gerbang rumah Zulmi. Ia menekan bel dan menunggu beberapa lama, hingga seorang satpam membukakan pintu untuknya.
"Cari Mbak Zulmi, ya, Mas?" tanya satpam itu.
"Iya," jawab Ello.
"Cuma ada Bapak aja di dalam. Mbak Zulmi lagi nggak ada."
"Kalau gitu, saya mau ketemu Bapak aja."
Satpam itu membukakan pintu gerbang lebih lebar agar mobil yang dikendarai Ello bisa masuk ke halaman.
Terlihat seorang pria paruh baya berdiri di beranda seakan tengah menunggu kedatangannya. Pria dengan rambut yang sudah mulai memutih itu menatapnya dari atas kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai.
"Cari Zulmi?" tanyanya.
Ello mengangguk. "Saya Ello, Pak. Teman Zulmi."
"Zulmi sedang tidak ada di rumah."
"Sebenarnya, niat saya datang kemari untuk bertemu langsung dengan Bapak."
Pria tua itu menaikan alisnya dan menatap Ello intens. Kemudian ia mempersilakan Ello masuk. Kini, kedua pria berbeda generasi itu telah duduk berhadapan di tengah-tengah ruang tamu yang megah.

YOU ARE READING
(Ello Series #1) Gadis Jabal Rahmah
SpiritualTakdir mempertemukan Ello dengan seorang gadis misterius di bukit Jabal Rahmah. Seorang gadis bercadar yang memiliki mata indah hingga membuat Ello terpikat dan penasaran akan sosoknya. Apakah bisa Ello menemukan gadis itu kembali di antara ribuan...