Satu

33 4 1
                                    

*Adrian's POV*

"Terlambat.
Aku terlambat lagi.
Terlambat termasuk keahlianku.
Bukan hanya aku terlambat hadir di kelas.
Bukan hanya terlambat mengumpulkan tugas.
Aku juga terlambat jatuh cinta."

"Yah aku jadi ngarang puisi gara2 telat. Puisinya gak jelas banget juga." Batin ku.

Aku sudah telat 15 menit dan aku belum juga keluar rumahku. Aku bergegas mengambil tasku lalu memakai sepatuku

Sesaat di sekolah aku melewati jalur kantin, jalur rahasia murid jika mereka telat. Aku memasuki lorong sekolah. Tidak ada guru.

Satu kata, Alhamdullilah.

Aku memasuki kelas ku, jam pelajaran sekarang adalah IPA. Guru yang mengajar di kelasku, Pak Yensid belum datang. Aku selamat.

Disebelahku yang biasanya kosong, hari ini ditempati oleh perempuan. Menurutku dia manis dan pendiam, apakah dia baru disini?
Aku tanya ke dia "Hai ,kamu baru ya disini?".
Tidak ada jawaban.
Perempuan yang rambutnya pirang gelap panjang dan menggunakan kacamata, hanya melirikan matanya kepadaku.
Aku tidak memaksanya untuk menjawab pula, jadi aku kembali duduk di tempatku.

Tepat waktu sekali, Pak Yensid datang.
Kelaspun dimulai.
Aku tidak perlu memperhatikan apa yang Pak Yensid ajarkan, aku yang baru kelas 10 sudah menguasai seluruh pelajaran kelas 12. Aku ke sekolah hanya untuk bertemu teman-temanku.

"Anak-anak kita sebenarnya kedatangan murid baru bernama Aesta Herald." Ujar Pak Yensid

Anak baru itu berjalan kedepan dari tempat duduknya yang paling belakang sebelah kanan.

"Halo aku Aesta Herald, aku pindah dari California ke Indonesia karena pekerjaan ayahku. Kalian bisa memanggil ku Aes."

Mata sipit bewarna biru.
Blasteran, sudah kuduga.
Perempuan lain dikelasku menatapi nya bagaikan kelompok singa lapar menatapi mangsanya.

Aku tidak tahu kalau mereka iri karena kecantikannya atau karena dia berasal dari luar negeri.

Seusai nya kelas, aku bergegas ke kelas sebelah dimana dua sahabatku, Ian dan Sarah.
"CUK KELAS LU BERUNTUNG BANGET ADA CECAN BLASTERAN," teriak Ian.
"Heh ,biasa aja kali, gua ga main cewe bro."
"CECAN NYA SEBELAH LU JUGA, HADUH SIA-SIAIN KESEMPATAN."
Ian termasuk tipikal cowo tipe idaman cewe secara umum. Ganteng, pintar, jago olahraga dan badan roti sobek. Aku mengenal dia sejak SMP.

"Adrian udah dari sana nya terlalu polos woi," ujar Sarah, sahabatku yang paling bertahan lama. Kita sudah bersahabat sejak TK. Dia tipe cewe tomboy. Rambut pendek seleher, anak dari guru Silat, gamer, keahlian olahraga nya melebihi semua cowo di sekolah. Termasuk Ian

"Heh, Adrian beneran polos gasuka mainin cewe atau......."

Ian menjauh dariku sejarak 3 meter.

"Oy, gue walaupun homo pun gabakal mau sama tipe kayak lu yang boxer nya ga dicuci ampe 3 minggu," ujarku ke Ian.

"Heh, publik Ran, publik," Ian jawab dgn muka jengkel.

Aku dan Sarah menahan tawa.

Bel berbunyi, aku pergi ke kelasku.
Aku melihat si murid baru itu. Mukanya seperti habis dihajar oleh preman. Seluruh kelas juga melihatnya, kecuali perempuan- perempuan yang melirik tadi pagi. Aku khawatir jika dia ditindas oleh mereka
"Ehh.. Kau tidak apa-apa? Kalau kau mau, aku bisa mengantarmu ke UKS jika kau mau," aku bilang dengan panik.

"Tidak usah dan tidak perlu, makasih." Respon yang singkat, padat dan jelas.

Mungkin aku akan susah akrab dengan nya.

Summer sakura Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin