Chapter 18

357 12 0
                                    

"Gea"

Dia salah paham. Aku langsung mengejarnya. "GEA TUNGGU",teriakku.

Dia terus saja berlari. "Ge,please dengerin aku dulu",aku meraih tangannya.

Dia berhenti,aku membalikkan badanku. Dia menangis. Ya Tuhan,aku membuatnya menangis lagi. Rasanya sakit melihat dia menangis karena ku.

"Kamu salah paham",ucapku lembut.

"Ini maksud kamu 'see you'? HAH? Aku lihat semuanya Di,kamu meluk dia." Dia tertawa sinis. "Dugaan aku selama ini bener. KAMU SELINGKUH",dia mendorong aku dan langsung berlari lagi.

"GEA,AKU NGGAK SELINGKUH. DENGERIN AKU DULU",teriakku.

Aku mengejarnya lagi,tapi terlambat dia sudah pergi.

"Gimana Di?"Tasya sudah ada di sampingku dengan nafas terengah-engah.

Aku menarik rambutku frustasi. Ini semua salah ku. Tidak seharusnya aku memeluk Tasya tadi walaupun dia sepupuku.

"Arrggghhh",aku mengepal tanganku. Marah dengan diriku sendiri.

"Maaf,ini salah gue Di",Tasya menunduk lesu.

"Bukan salah lo,gue yang meluk lo duluan"ujarku. "Sekarang semuanya hancur,gagal. Dia pasti nggak mau ketemu gue lagi."ku tertawa hambar.

"Sekarang kita pulang dulu besok kita ke rumah Gea buat jelasin semuanya,"Tasya menuntinku ke mobil.

Aku tidak kuat berjalan. Membayangkan wajah Gea yang menangis karena ku membuat hati ini semakin sesak. Aku sudah melanggar janji ku sendiri untuk tidak membuatnya menangis.

Lagu feelings dari marron5 mengaljn di ponselku. Segera ku raih ponselku yang ada di atas dashboard. Nama kak Adit tertera di id caller.

"Hallo"ucap ku parau.

"Kenapa Gea nangis sampe kayak gitu?"tanya nya penasaran.

"Ini salah gue kak,dia ngeliat gue meluk Tasya. Gue..."aku tidak kuat melanjutkan kata-kata ku.

"Cepet selesain,dia cuman salah paham. Jangan sampe..."kak Adit tidak melanjutkan kata-katanya.

"Iya besok gue kerumah".

"Nanti gue bantu jelasin kedia,"ujar kak Adit.

"Thanks kak",aku memutuskan sambungan dan melempar ponselku ke kursi belakang.

"Sabar Di,besok gue ikut jelasin ke Gea."Tasya menepuk pundak ku.

Aku hanya mengangguk lemah. Aku terus merutuki kebodohanku. Seharusnya aku tau kalau Gea akan segera datang,tidak seharusnya aku memeluk Tasya tadi walaupun hanya ingin berterima kasih.

Drrt drrt drrt

Ada notifikasi line dari Gea. Segera ku buka. Aku membacanya berulang kali. Ini tidak mungkin!

From : Be
KITA PUTUS.

Apa yang aku takutkan terjadi. Aku tidak mau berpisah dengannya. Air mataku langsung mengalir. Seperti ini akhirnya. Aku benar-benar harus menjelaskan semuanya. Bagaimana pun caranya.

"Lo kenapa?"tanya Tasya khawatir.

Aku menyerah kan ponselku ke Tasya. "Kita ke rumah Gea sekarang",dia langsung memutar balik arah menuju rumah Gea. Aku tidak mau menyetir dengan keadaan seperti ini.

Tasya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. "Sya pelan-pelan gue belum mau mati",ujarku takut.

"Lo tenang aja,gue udah biasa kayak gini",ucap Tasya tanpa memalingkan pandangannya.

Three YearsWhere stories live. Discover now