part 1

2.4K 600 188
                                    


Dari sinilah kisahku dimulai, kisahku dengan waktu yang tak siapapun dapat keluar darinya, ia menyimpan ribuan misteri, keajaiban, dan jebakan yang tak pernah siapapun tau, dulu aku percaya jika waktu tak pernah menghianati siapa pun yang menghargainya namun sekarang aku sudah tak percaya lagi. Semenjak semua itu berawal.

***
"Ma, aku berangkat dulu," ujarku sambil mencium tangan mamaku.

Semenjak papa meninggal 3 tahun yang lalu. Mama menjadi orang tua tunggal yang luar biasa di mataku. Mama menggatikan semua posisi papa termasuk menjadi pimpinan perusahaan, senakal apapun aku mama hanya berkata.

"Kamu ini, selalu mau jadi selebritis di depan guru-guru mu," ujar mama sambil mencubit lembut pipiku.

"Hey artis sekolahan, jangan merusak sekolah mu hari ini ya?" tutur mama dengan senyuman manis nya.

"Baiklah nyonya besar," ujarku sambil tertawa kecil.

***

Sekarang sudah jam tujuh, namun setengah berjalan pun belum. Ke sekolah butuh setengah jam perjalanan. Jalanan di kotaku memang sangat padat pada jam segini.

"Bagaimana ini, Non? Jalanan sangat macet, Non Nay bisa terlambat," ujar Pak Amto padaku -Pak Amto adalah supir pribadiku-

"Tidak usah dipikirkan Pak, sudah di antar saja aku sudah beruntung," jawabku sambil melihat keluar jendela yang sudah di padati kendaraan.

'Ini pasti butuh waktu lama, aku harus mengabarkan Lumna agar ia tak khawatir,' batinku dalam hati, karena diantara 5 orang sahabatku Lumna lah yang paling khawatir tentangku.

Aku lantas meraih handphone ku di dalam tas ransel ku, mengetik pesan singkat untuk lumna, namun belum sempat aku menekan tombol send di handphone ku, tiba-tiba Pak Amto mengrem mendadak mobil membuat tubuh ku ikut terdorong kedepan.

"Ada apa, Pak?"

"Ada seseorang yang berdiri di depan mobil, Non."

"Siapa, Pak?"

Belum sempat Pak Amto menjawab pertanyaanku, seseorang mengetuk jendela mobilku. Lantas Pak Amto lansung menurunkan kaca mobil.

"Iya nak, ada apa, Nak?" tanya Pak Amto ramah.

Sekilas aku lihat baju putih abu-abu berbadan tegap.

'Ck, Cowok.'

Dengan segera aku meraih earphoneku yang tergeletak di sampingku, memutar lagu kesukaanku, sambil menutup mata, tak peduli apa yang sedang terjadi disekitarku.

"Non?" Sebuah suara sayup terdengar olehku.

Beberapa kali terdengar olehku suara itu, untuk memastikan kondisi, ternyata itu suara Pak Amto.

"Ada apa, Pak?" tanyaku ogah ogahan.

"Ada seseorang yang ingin menumpang, Non," jelas Pak Amto.

"Siapa?"

Tanpa aba aba Pak Amto menurunkan kaca mobilku, agar aku dapat mengetahui siapa orang yang di
maksud Pak Amto.

"Huh? Kau lagi rupanya," kataku setelah melihat wajahnya.

"Hmm, bisakah aku menumpang di mobilmu ini?" tanyanya dengan nada rendah.

"Kau pikir aku ini tukang antar jemput anak sekolahan?" tanyaku sambil melipat tangan di dada.

Dengan senyum tipis ia merespon ucapanku.

Aku memutar bola mataku. "Masuklah, untuk kali ini aku mengizinkan mu masuk kedalam mobil ku," ujarku sambil menggeser duduk ke pinggir.

Dia lantas membuka pintu mobilku dengan melirik sekilas lantas aku membuang pandanganku darinya.

Jalanan mulai seperti biasanya, jam telah menunjukan pukul tujuh lewat 20 menit. Perjalanaku terasa lebih lama setelah bertemu cowok ini.

***

'Merco High School' itulah tulisan yang terpampang di gerbang sekolahku setnggi lima meter, tepat ditengah tulisan itu terpampang jam berukuran yang diameternya kurang lebih satu meter. Itu ukuran yang langka untuk ukuran jam. Di jam itu telah menunjukan pukul tujuh lewat 35 menit.-aku terlambat lima menit-

Seperti biasa, hukuman datang terlambat sudah menjadi makanan pokok ku di sekolah ini, dalam tiga bulan terakhir ini saja setidaknya aku tidak terlambat kurang lebih lima kali. -fantastik-

"Sudah sampai, Non," ujar Pak Amto sambil membuka pintu mobil ku.

Dengan senyum tipis aku keluar mobil, memandangi gerbang yang besar dihadapanku.

"Makasih untuk tumpanganya," ujarnya sambil menutup kembali pintu mobil ku.

Dengan memutar bola mataku aku menjawab ucapan terima kasih nya.

Tanpa memberitahu apapun, ia berjalan meninggalkanku di belakangnya.

'Menyebalkan,' gerutuku dalam hati.

Dengan langkah gontai aku mengikutinya, karna aku hanya ingin dua kemungkinan yang akan terjadi, pertama aku berjalan di belakangnya, kedua aku berjalan di depannya, tak ada bagiku kemungkinan berjalan disampingnya -impossible-

Namun yang membuatku risih adalah jika nantinya tersebar rumor yang akan membuatku naik pitam karna dikaitkan dengan cowok ini dan aku ingin pastikan bahwa itu tak akan terjadi jika aku memilih pilihan pertama saat aku berjalan bersamanya.

***

Me, Time And Sorry Where stories live. Discover now