Part 4

10.2K 792 21
                                    

Author

Rizky terpaku akan tatapan Zeeva, sampai tanpa di duga Bus berdecit mengerem mendadak. Refleks ia memeluk Zeeva. Detakan jantungnya semakin menggila, aneh. Posisi mereka cukup lama seperti itu. Merasa nyaman satu sama lain hingga mereka enggan untuk melepaskannya.

Sampai seorang ibu-ibu menegurnya, karena menghalangi jalan ibu itu untuk keluar dari kursi bus. Rizky memiringkan tubuhnya begitu juga Zeeva memberi jalan.

Rizky berdehem, ia menjadi salah tingkah. "Aira, terkena tipes"

"Eoh?" Sadarnya, dasar Zeeva bodoh runtuknya. Rona dipipinya belum juga hilang.

"Itu Aira terkena tipes" ulangnya kemudian berdehem. "Keadaannya sekarang sudah lebih baik, tidak perlu khawatir" Dengan matanya memberi kode kepada Zeeva agar duduk di tempat yang kosong tadi. Ia duduk dengan ragu. Zeeva mendesah, kenapa ia bisa tidak fokus.

Zeeva juga menepuk-nepuk ringan pipinya yang masih terasa panas. Hangatnya tubuh Rizky masih terasa melekat di dirinya. Oh... Rizky memeluknya.

Pukul 21.00 WIB mereka sampai di rumah sakit. Tak henti-hentinya Zeeva menciumi wajah Aira. Rindunya kepada Aira yang tak terbendung lagi, bertumpah ruah. Matanya berkaca-kaca terharu akhirnya ia bisa bertemu Aira dengan kondisi yang tidak baik.

Aira menggeliat kegelian atas tindakan Zeeva, ia tertawa kecil. Ia mengusap pipi Aira yang chubby.

"Tante, kangen Aira" senyumnya tak lepas dari bibir Zeeva.

"Aila, juga kangen tante" sahutnya lucu. Zeeva gemas sekali ingin memeluknya erat. Rizky yang sedang berdiri di ujung ranjang tersenyum tipis melihat keakraban mereka layaknya seorang anak dan ibunya.

Kebodohannya yang ia lakukan tidak akan diulanginya lagi, mungkin Aira memang membutuhkan seorang teman. Ya, teman.. Teman wanita dewasa bukan yang lain pikir Rizky.

"Ayah,," Aira tersenyum malu.

"Apa, sayang?" Ucapnya lembut.

"Telimakacih udah bawa tante Zi" Zeeva menggenggam tangan mungil Aira. Mereka tidak menyangka Aira akan berbicara seperti itu. Seolah-olah dewasa saja.

"Aira senang, tidak?"

Aira mengangguk pasti, "Tante, bawa kelinci ya?"

"Kelinci?" Zeeva menatap Aira bingung.

"Iya, itu di kaki tante ada kelincinya" Zeeva menunduk ke bawah kakinya. Ia mengenakan sandal rumah yang berbentuk kelinci berwarna putih. Bagaimana Aira bisa tau jika ia menggunakan sandal kelinci? Mungkin ketika masuk ruangan ini. Jeli juga mata Aira.

Zeeva beroh sembari tertawa. "Sandal ini ya?" Ia membuka Sandalnya lalu menunjukannya kepada Aira. "Lucu ya?"

"Iya, lucu sekali" matanya berbinar, sepertinya ia menginginkannya.

"Aira, suka?" Goda Zeeva, memainkan alisnya naik-turun.

"Iya" senyumnya malu-malu.

"Nanti tante belikan ya yang seperti ini, ukurannya yang kecil. Tapi ukuran kaki Aira nomor berapa ya?"

"Nomol empatkan, yah?" Tanyanya ke Rizky untuk memastikan.

"Iya.." sahutnya.

"Ya sudah nanti tante carikan untuk Aira, ya" Aira bersorak senang. Dasar anak kecil, cepat sekali lupa akan sakitnya jika keinginannya dikabulkan.

"Ayah, tante Aila ngantuk mau bobo dulu ya. Tante temenin Aila disini jangan kemana-mana nanti Aila sedih lagi" ucapnya sembari pura-pura merenggut sedih.

The LiFe (GOOGLE PLAY BOOK & DREAME/INNOVEL/MARIBACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang