Masa Depan Ku di Kamu

1.4K 83 2
                                    

Senyum manis nya masih terekam jelas. Wajah tampan berkulit putih, rahang kokoh, mata yang meneduhkan, alis tebal dan banyak lagi.

Tutur kata lembutnya selalu membuat ku melayang.

Ardi Pratama Dinata.

Seorang karyawan kantor yang membuatku di mabuk cinta.

8 tahun sudah dia pergi.

Aku masih memilih mencari pria sepertinya. Dan jika tak kudapatkan, aku akan menyendiri terus terusan.

"Woy! Dr. Kamila Adella?! Mila... Hellow...."

Riska menjentikkan jarinya di depan dokter cantik ini.

"Ssssshhhhhh..."

Mila meringis pelan. Dia merasa terkutuk dekat dengan dua sahabat yang menurutnya sudah kehilangan akal.

"Riska.... Ini kantin rumah sakit! Bukan tanah lapang... Asal cerocos aja tu mulut..."

Mila mengomel kesal karena Riska, sudah mengganggu acara flashback nya tentang Ardi.

Mendiang kekasih yang masih di ingat dalam benak.

Kamila Adella.

Dokter specialis jantung yang setia pada kata "sendiri".

Sampai saat ini, banyak pria yang mengetuk pintu hatinya. Namun, tampaknya belum ada nyonya yang mau membukakan pintu itu sampai umurnya 31 tahun.

"Eh Mil.. Ada panggilan darurat di bawah."

Ray, kekasih Riska lari tergopoh gopoh menemui Mila. Dia juga dokter. Namun dokter kandungan. Kacamatanya tampak hampir turun dari pangkal hidung mancung Ray.

Mila segera merogoh telponnya.

"Ritaaaaa..... Cepet ke bawahhhh ada panggilan darurat!!!"

Dia berteriak di telpon dan memutuskan sambungannya secara sepihak.

Dia langsung turun ke bawah dengan gelisah.

~~°°••°°~~

Sebuah ambulance menghampiri Mila dan Rita.

Dengan secepat kilat dia membuka pintu belakang ambulance tersebut.

Seorang tentara.

Menurut informasi, dia tertembak di dada sebelah kirinya tepat di jantung.

Mila langsung naik ke atas blankar dan memompa dada pasien tersebut.

Dia panik.

Kalut.

Dan dia sudah meracau tidak jelas.

"Kalian para perawat terlalu lambat mendorong blankarnya! Bisa mati dia nanti!"

Seorang tentara langsung mengambil alih mendorong blankar dengan cepat dan masih di bantu perawat perawat tadi.

Mila menatap kagum. Tampan, pintar dan baik hati.

"Tentara hebat."

Gumamnya pelan tak terdengar.

"Tunggu di situ!"

Aku memerintah pada tentara tampan tanpa cela itu.

Dia hanya mengangguk frustasi.

Aku pun segera masuk bersama suster suster dan Rita.

~~°°••°°~~

"Tenang aja. Dua jam lagi dilakukan operasi pengeluaran peluru. Dua dokter cantik itu bener bener lihai bro."

One Short StoryWhere stories live. Discover now